Epilogue 3 | The Wedding

2K 31 2
                                    

POV - Liana Aryanti

Duh jantungku semakin berdebar-debar nih. Padahal tadi saat acara ijab qobul, aku bisa melaluinya dengan lancar, gak setegang seperti sekarang.

"Saya terima nikahnya Liana Aryanti Bin Hartono dengan mas kawin seperti yang di sebut dibayar tunai." aku mengingat saat-saat Rangga mengucapkan kalimat sakti itu kepada diriku untuk pertama kalinya dalam hidupku.

"Bagaimana saksi? Sah?" tanya bapak penghulu kepada saksi pernikahan aku dengan Rangga.

"SAH!" saat papa Yoga, yang menjadi saksi untuk pernikahanku dengan Rangga mengucapkan kata itu, rasa lega langsung terasa di hati dan jiwaku.

Sampai sekarang aku masih mengingat dengan jelas proses pernikahan kami berempat dengan Rangga. Di mulai dengan mengucapkan kalimat ijab qobul kepada Oli, dimana ayahnya Rani yang menjadi saksi di pernikahan Oli.

Dan kemudian dilanjutkan dengan Rangga mengucapkan ijab qobul kepada diriku, yang kedua. Lalu yang ketiga saat Rangga mengucapkan ijab qobul kepada Rani, dimana papa Yoga kembali menjadi saksi pernikahan Rangga dengan Rani.

Dan terakhir saat Rangga mengucapkan ijab qobul kepada Cherllyne, dimana ayahnya Rani kembali menjadi saksi bagi pernikahan Rangga dengan Cherllyne.

Hari yang kami tunggu-tunggu dan telah kami rencanakan berbulan-bulan sebelumnya akhirnya terbayar saat Rangga dengan lancar mengucapkan ijab qobul di hadapan saksi dan penghulu serta wali masing-masing dari kami.

Seperti yang sudah kami duga, kami cukup banyak mendapatkan pertentangan dan cibiran untuk tetap menyelenggarakan pernikahan kontroversial kami. Tapi, ini lah takdir kami. Kami tidak berharap orang-orang bisa mengerti dan memahami takdir yang kami pilih untuk kami jalani ini.

Tapi aku...kami tidak perduli. Selama Tuhan Yang Maha Adil terus bersama kami, kami yakin jalan yang kami tempuh ini merupakan takdir untuk mencapai kebahagiaan kami. Dan untungnya semua orang tua kami benar-benar mendukung keputusan kami berempat untuk hidup berpoligami.

Rangga menyiapkan mahar yang sama untuk kami berempat. Yaitu sebuah kalung emas 20 karat. Perbedaan di kalung kami hanyalah pada bandulnya saja, dimana bandulnya merupakan inisial nama Rangga dan nama kami masing-masing.

Saat saksi mengatakan "Sah", setelah Rangga mengucapkan ijab qobul, rasanya segala beban yang ada dipundakku langsung hilang seketika. Karena dengan ini, kami berempat telah resmi menjadi istri Rangga.

Semua sahabat dan keluarga kami pun akhirnya hadir dan mendukung pernikahan kami. Dan mereka yang pernah menentang dan menghina kami, sekarang justru malah mengagumi kebersamaan dan kedekatan hubungan kami berlima, yang bagaikan tidak terpisahkan.

Orang tua Cherllyne juga menepati janji mereka untuk datang dan menjadi wali di pernikahan kami, walau berbeda keyakinan. Kedua orang tua Cherllyne tetap mendukung pernikahan kami. Mereka juga membantu membiayai pernikahan kami ini, dan mereka memaksa kami untuk menerima, sebagai bentuk bagian dari keluarga. Kami pun tidak memiliki pilihan selain menerimanya.

Setelah kami melalui proses ijab qabul, sekarang yang harus kami hadapi adalah resepsi pernikahan kami.

Terima kasih kepada Rani, yang memaksakan ide gila ini, sehingga membuatku menjadi terus berdebar-debar tidak menentu seperti ini. Aku dan Cherllyne yang pada awalnya menolak karena tidak pernah melakukan ini, mau tidak mau akhirnya terpaksa menerima, karena Rani terus memelas untuk melakukan ini di pernikahan kami, sesuai angan-angan dia.

Walau kami sudah sering berlatih, namun suasana saat ini sungguh berbeda saat latihan. Karena saat latihan tidak ada orang, sedangkan ini tamu yang hadir adalah ribuan, dengan relasi-relasi orang tua Oli, orang tua Cherllyne, dan orang tua Rangga yang paling banyak menyumbang jumlah tamu yang hadir ini.

4 Hearts & A FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang