62.04 | Entre Vous et Moi

2K 34 0
                                    

POV - Robi Wiraatmadja

       
DORR! DORRR! DORR!

Pertarungan ini, benar-benar pertarungan yang sungguh berbeda dari yang pernah aku hadapi selama ini. Inilah untuk pertama kalinya aku bertarung dengan bersenjatakan sebuah pistol.

Aku terpaksa menggunakan dua pistol, di mana satu pistol lagi aku ambil dari salah satu anggota Detasemen 88 yang tergeletak, entah tewas atau pingsan, karena lawanku ini begitu mahir bergerak dan bertarung dengan kedua pistolnya.

Hanya mengandalkan kecepatan dan teknik bertarung, tanpa jurus-jurus maut. Namun justru lebih fatal apabila terkena tembakannya itu.

Aku benar-benar menjadi emosi kepada tentara bayaran sialan ini, saat aku juga mengetahui jatuh banyak korban di tim B, saat Sandi naik tadi. Artinya tim A dan B sudah dilumpuhkan total oleh jebakan mereka.

Kalau aku gagal dan kalah di sini olehnya, semua akan berakhir. Para saudaraku juga sedang berjuang. Dan aku yakin mereka akan mampu mengatasi para tentara bayaran ini. Jadi aku pun harus bisa mengatasinya juga. Setidaknya begitu lah yang menjadi penyemangatku dalam bertarung kali ini.

Orang ini kembali menyerang dengan gesit dan tajam. Gerakannya hampir tidak terduga dan sangat efektif, untuk menunjang kemampuannya dalam menembak. Dan aturan dalam pertarungan dengan orang ini sangat simple namun fatal. Jangan sampai kita jatuh. Karena apabila sampai jatuh, maka tidak akan punya banyak kesempatan untuk menyerang balik. Selesai lah semuanya kalau aku sampai terjatuh.

Dia kemudian langsung menyerang lagi dengan menyabetkan tangannya kearah kepalaku, setelah tembakannya masih meleset dari sasarannya. Berusaha membuatku kehilangan keseimbangan.

Pilihanku ada dua. Menunduk atau menahan. Apabila menunduk, dia pasti akan langsung mengarahkan pistol di tangan satunya untuk menembak kepalaku. Dan aku tidak akan punya cukup ruang untuk bermanuver.

Apabila aku menahan, dia bisa mengarahkan pistolnya ke perutku, memanfaatkan tangannya yang menahan tanganku. Tapi artinya aku juga bisa menembak perutnya dengan pistol di tangan kiriku. Dan aku yakin skenario ini gak masuk ke dalam perhitungannya.

Aku lalu menahannya sambil berputar, sehingga punggungku membelakangi tubuhnya. Dan saat aku berhasil menahan gerakan tangannya, aku langsung menghantamkan siku kananku kearah belakang, berusaha menghantam kepalanya.

Tapi dia berhasil menahan sikuku dengan tangannya, dan langsung berusaha untuk membelit tangan kananku sambil mengarahkan pistol di tangan kirinya ke kepalaku. Dan dengan reflek aku langsung menghantamkan kepalaku ke belakang sebelum ia menekan pelatuknya, dan menghantam tepat ke kepalanya, membuatnya mundur beberapa langkah.

Aku berputar dan menghadap dia kembali sambil mengarahkan pistolku ke kepalanya, namun dengan gerakan berputar, dia berhasil menepis tangan kananku dengan tangan kirinya.

DORRR!

Gilaaa! Hampir aja kepalaku tertembus peluru andai saja reflekku tidak cukup cepat menghindari sodokannya yang disertai dengan sebuah tembakan yang mengarah ke kepalaku.

Aku langsung menendang lututnya hingga membuat dia sedikit kehilangan keseimbangan untuk sesaat, namun cukup bagiku untuk langsung mengeluarkan jurus Harimau Naik Ke Puncak Bukit. Kaki kananku dengan cepat melesat ke atas dengan tujuan menghantam rahangnya. Namun dia masih mampu menahannya dengan kedua tangannya yang disilangkan di wajahnya.

Walau begitu, dengan kekuatan tendanganku, tetap mampu membuatnya terpental ke belakang, dan wajahnya pun terhantam oleh tangannya sendiri. Meskipun efek yang diterimanya tidaklah sebesar apabila menerima langsung tendanganku.

4 Hearts & A FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang