"minho, kapan kita bisa pulang?"
lelaki yang diberi pernyataan hanya menghela nafas, sudah bosan mendengar kalimat yang sama sedari tadi.
"pulang? kau mau pulang? selesaikan dulu pekerjaanmu, setelah itu kita bisa pulang."
"berapa rapat lagi yang harus aku hadiri?" lelaki bersurai blonde itu mengacak rambutnya frustasi. "aku hanya ingin pulang saat ini juga, aku lelah."
"lelah atau ingin menemui seungmin?" cibir minho. "seorang workaholic sepertimu merasa lelah? cih."
chris diam setelahnya, perkataan minho tidaklah salah. ia memang ingin segera pulang, untuk menemui seungmin.
dua hari tidak mendengar atau menatap wajahnya seketika membuat chris merindu, hanya saja jika mengingat apa yang telah diperbuatnya malam itu, chris ragu apakah seungmin masih mau bertemu dengannya atau tidak.
"kau itu sudah dewasa chris, berhentilah bermain-main."
"tsk, kau itu tidak berkaca sama sekali ya?"
"setidaknya aku sudah mengikat jisung dalam sebuah hubungan serius, hanya perlu satu langkah lagi untuk memilikinya. dan kau—" minho menunjuk sahabatnya yang tengah bersandar pada sandaran sofa itu dengan dagunya. "apa yang sudah kau lakukan? mengukung seorang anak malang dengan uang tiga ratus juta dan mempermainkannya."
"itu karna dia yang menyerahkan dirinya. dan juga—"
chris terdiam.
saat pertemuan pertama aku sudah tertarik secara seksual padanya, itulah alasan kenapa aku membuat kontrak simbiosis itu, lanjutnya di dalam hati.
"aku hanya memperlakukannya sebagaimana seharusnya."
"kau itu memang bodoh chris!" kesal minho. "tidakkah kau berfikir jika seungmin mungkin melakukan itu karna sebuah kerterpaksaan?"
chris mendongak, melirik sahabatnya dengan dahi berkerut. "maksudmu?"
"kau masih menganggap jika seungmin menjual diri padamu demi uang? buka matamu tuan bang! seungmin itu terlalu polos dan sederhana untuk hal semacam itu."
mendengarnya, chris termenung kembali.
"lalu untuk apa dia melakukan itu?"
"mana aku tahu, cari saja sendiri!"
minho mendengus, kemudian merapikan beberapa berkas yang diperlukan untuk rapat nanti. sial, karna seungmin tidak bisa ikut ia harus menjadi sekertaris dadakan untuk menggantikannya.
"dan juga hilangkan sedikit sifat temperamen itu. kau sudah menyakiti anak itu terlalu banyak."
"ck, kau dan tunanganmu itu sama-sama cerewetnya." chris memang mendengus kesal, namun didalam hati ia menyesal.
pagi itu saat terbangun setelah malamnya memperlakukan seungmin dengan sebegitu buruk, ia menghubungi jisung dan meminta dokter itu agar datang ke apartementnya sementara ia harus berangkat ke luar kota untuk pekerjaan.
jisung menghubungi balik beberapa jam kemudian, meneriakinya dengan berbagai macam sumpah serapah.
"kami cerewet karna kami peduli. tidakkah kau memikirkan betapa sakitnya perasaan seungmin? man, kau bercinta dengannya seperti hewan liar. lalu setelahnya pergi begitu saja tanpa meminta maaf."
"itu karna dia melanggar aturanku."
"egomu itu masih saja tinggi bung." komentar minho ikut kesal. "apa salahnya mengaku salah dan meminta maaf? pengecut." lanjutnya dengan mengecilkan suara pada kalimat terakhr.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐏𝐢𝐞𝐜𝐞 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐌𝐨𝐨𝐧✓
Fanfiction┊⁀➷ [𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝] ❝berawal dari sebuah hubungan mutualisme, dan berakhir dengan perasaan ingin memiliki. christoper bang, rela melakukan segalanya, bahkan hal licik ...