"minum ini."
seungmin mendongak, menerima secangkir coklat panas pemberian baekjin. "terimakasih," gumamnya, lalu meneguk cairan manis itu untuk membasahi kerongkongannya yang kering.
"sudah merasa lebih baik?"
seungmin mengangguk sebagai balasan, hanya diam saat baekjin mendudukkan diri disebelahnya sembari merapikan selimut yang melilit tubuhnya.
setelah itu hening, keadaan seketika begitu canggung. seungmin yang membisu serta baekjin yang bingung harus mengatakan apa.
"hei."
lelaki yang lebih tua akhirnya membuka mulut, tidak tahan dengan situasi yang terjadi. seungmin hanya diam semenjak baekjin membawanya pergi meninggalkan pesta, dia juga banyak menangis dan baru berhenti setelah kelelahan.
"maafkan aku."
baekjin memulai dengan permintaan maaf, tapi itu masih belum cukup untuk menarik perhatian seungmin.
"maaf karna sudah meninggalkanmu tanpa pamit, aku tahu kau pasti marah padaku, kau memang pantas melakukannya. jika kau ingin menampar atau memukulku, kau bisa melakukannya sekarang."
seungmin bergeming, tapi sepasang netranya kembali berembum siap menumpahkan air mata.
"saat itu aku tidak bisa mengucapkan perpisahan karna aku meyakinkan diri bahwa aku akan kembali padamu. dan bodohnya juga, selama di belanda aku tidak pernah menghubungimu."
setetes air mata seungmin jatuh, lelaki itu kemudian menggerakkan kepalanya untuk menatap baekjin.
"ti—tiga tahu baekjin, kau meninggalkanku selama itu."
"aku tahu, maafkan aku."
"seandainya kau sudah tidak mencintaiku, harusnya kau memutuskan hubungan kita sebelum pergi. bukannya memberiku harapan untuk menunggu sementara kau disana mungkin sudah tidak memikirkanku."
"aku selalu memikirkanku setiap saat seungmin." balas baekjin cepat, dia meletakkan cangkir seungmin diatas meja dan menggenggam jemari mungilnya. "bagaimana bisa aku melupakan orang yang sangat aku cintai? aku tidak bisa memikirkan orang lain selain dirimu."
"lalu kenapa kau meninggalkanku?"
"ini semua juga untukmu. aku harus menyelesaikan pendidikanku di luar negeri agar ayah mau mempercayakan perusahaannya padaku."
tangisan seungmin tidak terbendung, pandangannya memburam karena air mata.
"se—setidaknya katakan yang sejujurnya padaku."
tenggorokan seungmin tercekat, sungguh dadanya begitu sesak apabila mengingat waktu dimana baekjin yang meninggalkannya sendirian selama tiga tahun ini.
"setelah kau pergi, orang tuaku meninggal karna kecelakaan, jaehyuk juga sekarat. a—aku sendirian, aku sangat membutuhkanmu saat itu, tapi kau tidak disana untukku."
pertahanan seungmin runtuh, lelaki itupun akhirnya menangis keras, membuat baekjin harus memeluknya erat-erat.
"maaf sayang, maaf." bisik lelaki itu tepat di telinga seungmin. dia tahu tentang kecelakaan yang menimpa keluarga seungmin, tapi saat itu dia tidak bisa melakukan apapun. "maaf tidak berada di sisimu saat itu."
tangisan seungmin berubah menjadi raungan, lelaki itu memukul-mukul punggung baekjin dengan brutal, mencoba melampiaskan perasaan sakit yang menjejali dadanya.
"a—apa kau tahu bagaimana hancurnya aku saat itu? hiks, a—aku harus menanggung semuanya sendiri."
"aku tahu, maaf."

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐏𝐢𝐞𝐜𝐞 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐌𝐨𝐨𝐧✓
Fanfiction┊⁀➷ [𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝] ❝berawal dari sebuah hubungan mutualisme, dan berakhir dengan perasaan ingin memiliki. christoper bang, rela melakukan segalanya, bahkan hal licik ...