Sehari setelahnya Seungmin sudah baikan lagi. Bahkan dia sekarang tersenyum cerah ketika gue baru saja memasuki ruangan tempatnya dirawat.
"Mama Rose mana?"
"Hmm... Lagi keluar katanya ada urusan."
Gue nganggukin kepala, kemudian menarik kursi yang ada di pinggir kasur Seungmin. "Gimana masih sakit kepalanya?"
Tangan gue terulur mengelus pipi Seungmin. Dia gelengin kepalanya terus senyum lagi. "Udah engga, kan sudah ada kamu obatnya."
"Pinter banget ngomongnyaaaa."
Terus gue sama Seungmin sama-sama ketawa. Seungmin menarik telapak tangan gue lalu menggenggamnya, matanya menatap gue teduh.
"Aku mau ngomong," Seungmin menautkan jarinya di sela-sela jari gue. "Aku udah dikasih tau sama Hyunjin kalau Syiren yang buat aku jadi kayak gini."
Gue nganggukin kepala, "terus gimana... Kamu mau laporin dia ke polisi?"
Seungmin gelengin kepalanya. Dia mencium punggung tangan gue, "aku udah maafin dia. Aku juga sudah bilang sama orang tua aku buat bebasin dia dan menutup semua masalah ini."
Gue menatap Seungmin bingung. "Tapi Min..."
"Gak papa, aku tau dia. Dia kayak gini karena kesepian Rei, dia gak punya seseorang untuk berbagi. Obsesinya buat dapetin aku bikin dia kayak gini."
Gue cuma bisa menghela nafas panjang, "ya udah kalau itu emang kemauan kamu aku ngikut aja."
"Jangan benci dia ya." Seungmin menjeda omongannya sebentar. "Kasian Hyunjin."
Mendengar nama Hyunjin disebutkan membuat gue langsung menyelanya. "Tapi dia gak pantes buat Hyunjin. Aku gak setuju kalau Syiren sama Hyunjin."
Jujur gue gak suka dengan tabiat Syiren. Dia yang menolak Hyunjin mentah-mentah saja sudah gue benci apalagi ditambah dengan kelakuannya kali ini.
Seharusnya dia bersyukur Seungmin mau memaafkannya dan menutup kasus ini. Tetapi lihat, bahkan sampai sekarang dia belum menjenguk Seungmin dan meminta maaf secara langsung.
Seungmin mengulurkan tangannya, mengelus pelan pipi kiri gue. Bahkan dengan kondisinya yang seperti ini dia masih bisa tersenyum hangat menenangkan gue.
"Dendam tidak selamanya akan menyelesaikan permasalahan. Belajarlah untuk memaafkan orang walaupun dia dia membuatmu sangat terluka, jangan biarkan penyakit hatimu bersarang cukup lama sehingga menimbulkan luka batin untuk diri sendiri."
Gue nangis denger Seungmin ngomong kayak gitu. "Seungmin mau bagaimana pun, dia udah bikin kamu kayak gini."
"Gak papa Hwang Reira, aku udah maafin dia jauh-jauh hari."
•--•
Siang ini Jisung, Felix dan Hyunjin kembali menjenguk Seungmin. Dari kejauhan Hyunjin dengan jelas melihat Syiren yang hanya berdiri di depan pintu inap tanpa mau masuk ke dalam.
"Lo berdua masuk aja duluan, gue mau ngomong sama Syiren."
Felix dan Jisung yang pada dasarnya tidak tau siapa yang membuat Seungmin seperti sekarang pun hanya mengangguk acuh dan masuk ke dalam kamar inap Seungmin.
"Ada yang mau gue ngomongin," Hyunjin menatap ke arah Syiren. "Tapi kita ngomongnya di rooftop rumah sakit."
Syiren menganggukkan kepalanya. Mereka berdua pun melangkahkan kakinya menuju ke rooftop rumah sakit. Aneh, selama mereka berjalan Syiren tidak secerewet biasanya.
"Gak jenguk Seungmin?" Hyunjin membalikkan badannya menatap lurus ke arah gadis yang tengah duduk di kursi rooftop rumah sakit.
Gadis itu menggeleng lemah. "Gue, gue merasa bersalah. Gak seharusnya gue melakukan itu ke adek lo dan juga Seungmin. Gak seharusnya gue merusak kebahagiaan mereka."
Hyunjin menghela nafasnya. "Lo ngira yang naik mobil itu adek gue? Kenapa ... Kenapa lo tega mau mencelakakan dia, Ren?"
Syiren menundukkan kepalanya, bahunya bergetar dengan hebat. Ia menangis sesegukan membuat Hyunjin tak tega melihatnya.
"Gue rasa lebih baik kalau gue pergi aja dari negara ini nyusul papa gue yang ada di Paris. Gue gak mau sakit hati lagi terus terobsesi buat mendapatkan Seungmin lagi, Jin."
Hyunjin tidak tega melihat Syiren menangis. Bagaimana pun gadis itu adalah orang yang pernah ia sukai.
Iya, Hyunjin berusaha untuk melupakan perasaannya terhadap Syiren demi Reira karena ia tau sampai kapan pun perasaannya tak akan pernah terbalaskan.
Dia duduk disebelah Syiren dan menarik gadis itu kedalam pelukannya.
"Sttt... Sudah, jangan sesali yang sudah berlalu. Anggap aja ini sebagai pelajaran yang paling bisa lo kenang seumur hidup lo. Terkadang, untuk bahagia ... kita tak harus mengharapkan seseorang membalas perasaan yang telah kita berikan, cukup kita melihatnya dari jauh dan bahagia itu sudah lebih dari cukup."
Kayak gue yang melihat lo dulu bahagia bareng Seungmin.
"Lo harus nyari kebahagiaan lo yang tulus, Ren. Tapi maaf, sekarang gue sudah memutuskan untuk mundur. Gue gak akan kayak dulu lagi, jaga diri lo karena sekarang gue gak akan punya waktu lagi buat memperhatikan lo."
Dan detik itu juga Lee Syiren sadar. Ia telah menyia-nyiakan dua orang laki-laki yang ternyata selalu ada untuknya.
Tbc
Wahhhh, satu chapter lagi nihhh udah mau ending aja😃
KAMU SEDANG MEMBACA
Candu | Kim Seungmin (✓)
FanfictionWhen your smile is always an opium for me. cute cover by ExacIm ©marklipss,2018