Rapuh namun tak pernah patah
Diterjang namun tak pernah mengelah
Ini awal dari sebuah kisah.
Panggil saja Dandelion.
30 MaretTune terdengar nyaring di telinga Naya, yang menandakan alarm jam 5 berbunyi.
Setelah selesai mandi, beribadah dan mengganti pakaian dengan seragamnya, Naya pergi ke dapur, untuk mencari dapur saja membutuhkan waktu beberapa menit, mungkin saking luasnya.
Naya pun mulai mencari bahan makanan yang bisa dimasak.
Tiba-tiba seorang gadis cantik berambut pirang datang dari arah pintu menuju dapur.
"Biii," teriaknya memanggil pembantu yang berada di rumah ini.
"Bi inah mana? Ooh lo pembantu baru ya? Cepet siapin sarapan," titah gadis itu, panggil saja Tasya, anak tunggal dari Mama Tia dan pak suripto.
"Hah?"celetuk Naya dengan wajah polosnya sambil membalikkan badan.
"Kenapa?" tanya Tasya heran.
"Na..Naya bukan__" ucap Naya terpotong.
"Pokoknya cepetan, jangan lupa resep sarapan gue dari bi inah," ucap Tasya sambil berjalan menuju ruang makan. Tasya tidak tahu bahwa gadis yang dia suruh adalah saudaranya.
Naya pun keluar dari dapur dengan membawa nasi goreng ditangannya lalu diletakkan diatas meja makan.
"Lo bikin sarapan kayak gini? Mau buat gue alergi apa?" nada keras keluar dari mulut Tasya, pasalnya dia alergi dengan makanan seperti itu.
"Tasya ada apa?" tanya mamah Tia sambil beranjak turun dari tangga.
"Ini nih mah, masa bi Inah gak ngasih tau apa-apa ke pembantu baru," ucapnya kesal.
"Tasya, dia itu Naya yang mamah ceritain ke kamu," mama Tia sudah menjelaskan tentang Naya tadi malam kepada Tasya.
"What? Si cupu ini sodara gue?" batin Tasya sambil memperhatikan penampilan Naya dari kaki hingga ujung rambut.
"Ya sudah mah, Tasya berangkat dulu, nanti aja sarapan di sekolah," Tasya pamit pada mama Tia dengan wajah ditekuk. Saat melihat Naya dan mendengar cerita mama nya membuat mood Tasya hancur seketika.
"Kalian berangkat barengan aja," usul mama Tia.
"Hah? Kata mama kan dia sekolah di SMA 1 DARMAJAYA," Tasya memang tidak sekolah disana karena dia lebih menyukai semua yang bertentangan dengan entertaiment. Dia pun mengambil sekolah jurusan itu.
"Kalian kan searah," mama Tia berusaha membujuk agar Tasya mau berangkat bersama Naya. Namun Tasya menolak dan pergi begitu saja.
"Tidak apa-apa, Naya bisa naik angkot," ucap Naya. Di kota besar yang baru kali ini naya injak, bagaimana dia bisa tahu tempat sekolah baru nya?
"Beneran?" tanya mama Tia.
"Iya, Naya bisa bertanya sama supir angkot," Naya meyakinkan ibu tirinya itu. Naya heran mengapa ibu tirinya begitu baik sedangkan anaknya tampak tidak menyukai dirinya.
SMA 1 DARMAJAYA terpampang jelas di atas gerbang, yap! sekolah negeri yang terkenal ini sangat banyak peminatnya namun untuk masuk ke sekolah ini memerlukan NEM yang cukup besar, jadi tidak sembarang orang dengan NEM pas-pasan bisa sekolah disini.
Setelah keluar dari ruang TU, bingung! ya, kata itu yang menggambarkan pikiran Naya sekarang. Pasalnya sekolah ini sangat luas dan Naya kebingungan harus mencari kelasnya yang sudah ditentukan oleh guru di ruang TU. XI MIPA 4.
Naya menyusuri koridor kelas 11 yang berada di lantai 2. Saat berjalan dikoridor yang bertuliskan XI MIPA 1.
Duuk
Tiba-tiba seorang pria membuka pintu dari dalam kelas, yang sialnya pintu itu tepat mengenai jidat Naya.
"Aaw!" ringis Naya sembari memegangi jidatnya.
Pertemuan ketiga adalah takdir, mungkin!
***Holla-holla guys...
Hayoh tebak siapa diaaa?
Don't forget follow my account👇
Ig : @dpermadhani
Fb : @Dewi Permadhani
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion's [COMPLETED]
Teen FictionDia seperti Dandelion... Terlihat rapuh namun tak rampuh Terlihat sederhana namun istimewa. Jangan menghampirinya! Karena dia akan terbang ketika mendengar derap langkah yang kencang juga sedikit siulan angin. Cukup kagumi dari kejauhan! Itulah cara...