Rooftop

2.1K 124 3
                                    

"Hidup itu tidak selalu berjalan dengan yang kita harapkan. Terkadang kita harus merasakan sebuah rasa sakit untuk membuat kita lebih tegar dari sebelumnya. Beberapa menguji materi, mental, juga perasaan. Disinilah kita harus mencari solusi, bukan lari."


Naya memandang matahari yang nampak muncul dari persembunyiannya sambil memicingkan matanya karena silau yang di tampakkan.

Naya menghentikan sebuah taxi. Taxi itu tidak asing dimata Naya. Dia hapal sekali dengan nomor yang tertera di plat mobil berwarna biru itu.

"Eh neng Naya, kita kayaknya teh jodoh," ucap amang supir ketika Naya masuk ke dalam mobil.

"Sama amang?" tanya Naya polos.

"Sama taxinya atuh," amang taxi terkekeh mendengar pertanyaan gadis yang masih saja polos sama seperti dia pertama kali melihat gadis itu. Mendengar itu Naya hanya tertawa.

"Berangkat siang neng?" tanya amang taxi pasalnya sekarang sudah jam 7 lebih 10 menit.

"Iya," jawab Naya. Dia harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumah seperti membereskan rumah, memasak, belum lagi mamaTia dan Tasya yang menyuruh ini itu. Itu sebabnya akhir-akhir ini Naya sering berangkat siang.

Ini enaknya naik mobil taxi, Naya tidak harus berjalan lagi ke sekolah karena taxi mengantarkan sampai ke depan gerbang.
"Terima kasih mang. Nih," Naya memberikan beberapa lembar uang.

"Neng Naya ini kembaliannya," amang taxi mengulurkan uang kembaliannya.

"Ambil saja mang. Hitung-hitung Naya bayar hutang kemarin hehe," Naya segera berlari menuju kelas saat melihat gerbang belum di tutup. Untung saja.

Saat kaki Naya menginjak anak tangga terakhir lantai 2, matanya melihat Raka sedang berbincang dengan perempuan. Sepertinya adik kelas. Naya juga melihat Raka memberikan kunci pada perempuan itu. Lalu Naya mengingat kejadian kemarin, itu pasti adik kelas yang jaga UKS hari ini.

Naya lihat mata perempuan itu sangat berbinar saat menatap Raka.
Entah mengapa ada sesuatu yang Naya rasakan melihat pemandangan itu. Entah rasa apa yang pasti bukan rasa yang menyenangkan.

Pelajaran pertama adalah Bahasa Indonesia yang di gurui oleh pak Pasha. Sudah dijelaskan sebelumnya, pak Pasha ini adalah guru pria termuda yang terbilang tampan dengan gaya bicara baku serta sopan dan lembut tentu saja membuat para murid siswi menyukai pelajarannya. Tepatnya pengajarnya.

"Hari ini kita akan belajar mengenai puisi," ucap pak Pasha.

"Yowww puisi."

"Males dah kalo udah belajar puisi. Tapi guru nya pak ganteng. Gak papa deh."

"Makin semangat deh belajarnya, apalagi gurunya pak ganteng."

Itulah beberapa selentingan para murid yang Naya dengar.

"Silahkan buka halaman 37. Disana ada contoh puisi," perintah pak Pasha.

Naya membuka buku paketnya. Sapardi Djoko Damono, melihat nama itu tertera di halaman 37, Naya sangat bersemangat. Naya sangat menyukai puisi apalagi puisi karya Sapardi Djoko Damono. Menurutnya untaian kata dalam puisi ciptaannya sangat menyentuh.

Dandelion's [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang