Penculikan

1.5K 95 3
                                    

Kejahatan ada karena jiwa-jiwa yang tak merela mulai meronta.

"Kita cari Naya barengan," Raka menunjuk mobil dengan dagunya.

Devin pun mengikuti Raka dan masuk ke dalam mobil.

"Kita cari Naya kemana?" tanya Devin. "Alvaro juga gak bisa dihubungi," ucap Devin sambil meremas ponselnya.

"Ka," panggil Devin karena Raka sibuk dengan ponselnya. Jarinya mengetik dan wajah Raka terlihat sangat serius menatap ponsel.

"Lacak nomornya Naya," titah Raka. Devin pun langsung mematuhinya.

Ketemu! Jalur berwarna merah yang ditampilkan di ponsel Devin menunjukkan tempatnya sekarang dan nomor ponsel yang baru saja dilacak. Alangkah terkejutnya Devin ketika melihat garis merah itu sudah jauh dan semakin menjauh.

Devin menunjukkan ponselnya pada Raka. Dengan cepat Raka mengikuti arah itu.

Dalam perjalanan, tiba-tiba ponsel Devin berdering. Dengan cepat tangannya menekan tombol hijau.

"Nay? Lo dimana Nay? Nay?!"

Tidak ada jawaban, dan sebelum sambungannya terputus, terdengar teriakan. Hal itu membuat Devin dan Raka semakin geram.

"Gue bakal hajar habis-habisan orang yang berani nyulik Naya!" ucap Devin.

"Orang yang nyulik lo gak berfikir dua kali," gumam Raka. Mungkin orang itu akan berpikir dua kali bahkan ribuan kali jika tahu seorang pun menyentuh Naya, dia akan berurusan dengan Raka.

Tapi Raka dibuat heran. Apa yang mereka inginkan sehingga menculik Naya. Apa mungkin pelakunya adalah Alvaro? Raka terus menebak-nebak.

Dia menghilangkan pikiran-pikiran itu yang terpenting sekarang adalah dia harus menyelamatkan Naya. Dia terus membelah jalanan. Mengebut tingkat dewa sudah menjadi hal biasa baginya.

"Berhenti!" titah Devin ketika mobil yang mereka tumpangi akan memasuki kawasan yang berbahaya.

"Lo tau jalanan ini kan?" Devin memastikan kalau Raka juga tahu tempat ini.

"Kampung preman," jawab Raka. Sudah dipastikan Raka tahu tempat ini.

"Lo yakin?" Devin sediki ragu.

"Gue pernah hilang keyakinan. Sehilang-hilangnya. Dan sekarang gue yakin. Seyakin-yakinnya," Raka mengucapkan kalimat itu dengan tegas. Dia menarik napasnya dalam-dalam kemudian menginjak pedal gas kembali.

Devin menunjukkan ponselnya pada Raka. Dilihatnya titik merah yang mereka ikuti berhenti dan jaraknya kini sudah semakin dekat.

"Naya pasti disekap di salah satu rumah yang sama persis kayak rumah yang berjejer ini," Raka memperhatikan setiap rumah yang dilewati. Semuanya hampir memiliki desain yang sama. Rumah-rumah itu berbahan kayu. Seperti tidak berpenghuni. Namun beberapa kali dia melihat pria dengan tubuh kekar. Itu sudah pasti preman.

"Kalo emang iya, kita harus atur strategi," tambah Devin.

"Disana pasti banyak penjaga. Kita harus terpisah. Lo pancing penjaga buat keluar, disaat mereka terpancing, disitu gue masuk nolongin Naya," usul Raka yang dibalas anggukan oleh Devin.

Titik merah itu semakin dekat. Tinggal beberapa meter saja. Raka pun menghentikan mobilnya dan keluar. Mereka berjalan menyelinap diantara semak-semak.

Sial! Tidak seperti dugaan Raka tadi. Dan strateginya harus dia rubah karena ternyata disana terdapat dua rumah. Kedua rumah itu berdekatan namun bersekat. Keduanya pun dijaga dengan ketat.

"Kita ubah strategi. Lo kerumah sebelah kiri, dan gue sebelah kanan," ucap Raka setengah berbisik.

"Polisi akan datang 30 menit lagi. Jadi kita cuma punya waktu 30 menit buat bebasin Naya. Kalo bisa kurang dari itu," jelas Raka. Sebelum mengikuti arah yang Devin tunjukkan, Raka sempat menghubungi polisi dan menjelaskan apa yang terjadi untuk berjaga-jaga.

"Oke," balas Devin.

Hari mulai larut. Dan sepertinya akan ada pergantian sift penjaga. Ini kesempatan yang tidak boleh dilewatkan oleh Raka dan Devin.

Raka menganggukkan kepalanya pada Devin. Dia membalas dengan hal serupa. Itu tanda keduanya sudah siap.

"Hati-hati. Lo harus selamat biar nanti gue bisa pukul lo," ucap Devin.

"Lo juga," Raka menepuk bahu Devin.

Para penjaga sudah tidak ada. Mereka berdua pun berlari menuju rumah yang berdampingan tersebut dengan hati-hati.

Raka sudah berada di depan pintu. Tangannya meraih handle pintu. Namun tidak dapat dibuka. Terkunci. Raka berpikir tidak akan ada penjaga didalam. Dia pun mendobraknya karena pintu itu berbahan kayu yang mulai rapuh. Alhasil, pintu itu terbuka.

Bugh!

Kayu panjang yang kuat itu berhasil menumbuk punggung Raka. Hingga tubuhnya sedikit terdorong. Ternyata masih ada tiga orang penjaga di ruangan ini. Ketiga orang itu mendekati Raka. Tangannya dicengkrama kuat oleh dua orang, dan yang satunya memukul perut Raka hingga Raka menunduk lemah.

Saat itu Raka teringat akan Naya. Dia kembali mendongkakan kepalanya. Mengumpulkan semua tenaganya. Kakinya menendang keras penjaga yang ada di depannya, sementara kedua tangannya menyikut penjaga yang sedari tadi mencengkrama tangannya. Raka menghajar mereka habis-habisan. Kemampuan Raka memang tidak bisa diragukan lagi.

"DIMANA NAYA?!" teriak Raka sembari mengangkat kerah pria yang tersungkur.

Dor!!!

***

Holla-holla guys...
Katakan apa yang ingin kalian katakan, gratis!😭

Dandelion's [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang