Memaafkan memang sulit
Tapi jika permasalahan dilanjutkan bukankah semakin rumit?-Dean
Intrumen piano mengalun lembut di penjuru kamar yang berasal dari I-phone milik Raka. Tatapannya tak lepas dari sebuah foto dirinya dan seorang gadis cantik berkulit putih dengan senyum yang menawan mereka terlihat sangat bahagia. Tatapan yang awalnya teduh itu berubah menjadi tatapan amarah penuh kebencian.
"Aaaah!" amarah Raka memuncak, dia melempar foto itu ke lantai dan kemudian bergegas keluar kamar.
"Raka kenapa jam segini baru berangkat?" tanya seorang pria yang baru Raka lihat lagi setelah enam bulan tak ada kabar.
"Tumben pulang?" sinis Raka. Pria itu adalah Putra Adijaya yang merupakan papa Raka, dia dan istrinya Ajeng yang memang sangat sibuk mengurusi perusahaan yang ada di Yogyakarta, itu sebabnya mereka sangat jarang memiliki waktu untuk menengok anak sulungnya.
"Raka jangan begitu, ayo sini kita makan bersama, bunda kangen sama kamu," ajak Bunda Ajeng kepada Raka yang masih berdiri di anak tangga terakhir.
"Raka! Papa sama bunda bela belain ngebatalin rapat besar supaya bisa ketemu sama kamu!" papa Raka mulai habis kesabaran menghadapi prilaku anaknya.
"Siapa suruh kesini, mendingan ga usah pulang sekalian," Raka benar benar lepas kendali.
"Raka sayang ga boleh gitu," Bunda Ajeng menghampiri Raka. Kelembutan bunda lah yang selalu meluluhkan hati Raka sehingga dia tidak dapat berkata kasar kepada bundanya.
"Bun Raka berangkat," Raka berpamitan dengan mencium tangan bundanya dan berlalu tanpa sepatah kata pun untuk papa nya.
"Raka!"
"Sudah pah mungkin Raka sedang emosi, biarin emosinya reda dulu" saran istrinya.
"Bunda, bang Laka kenapa?" tanya gadis cilik berusia 5 tahun dengan suara cadel nya. Dia adalah Talia adik Raka yang ikut tinggal bersama orang tuanya di Yogyakarta.
"Gak papa Lia, abang kamu cuman lagi buru buru mau ke sekolah," ucap bunda sembari menyuapi Talia.
Hari ini benar benar membuat mood Raka hancur, dia berniat pergi ke camp nya dan bukan ke sekolah. Tapi sebelum itu Raka pergi ke bengkel untuk mengambil motornya, dan taxi langganannya menjadi pilihan Raka untuk menjemput motornya.
"Kemana den Raka?" tanya amang taxi. Dia memang mengenal Raka karena dia adalah taxi langganan Raka jika motor dan mobil Raka rusak.
"Bengkel," ucap Raka sembari memasuki taxi.
"Oh ya den, kemarin pacarnya aden teh kebingungan pas dikasih bakso, katanya dari siapa?" amang taxi pun terkekeh.
"Dia bukan pacar," ralat Raka.
Raka baru ingat akan hal itu, dia merasa bersalah atas kejadian kemarin sore, dia berfikir Naya adalah anak baru dan tidak tahu apa-apa, sebagai permintaan maaf Raka menyuruh amang taxi untuk mengirim bakso kerumah Naya sebagai ganti bakso yang dia tumpahkan.Kenapa Raka tahu rumah Naya? Gampang! Amang taxi langganannya pernah menceritakan kejadian waktu dia pertama kali mengantar Naya kerumahnya, dan cerita itu membuat Raka tertawa sekaligus mengetahui rumah Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion's [COMPLETED]
Teen FictionDia seperti Dandelion... Terlihat rapuh namun tak rampuh Terlihat sederhana namun istimewa. Jangan menghampirinya! Karena dia akan terbang ketika mendengar derap langkah yang kencang juga sedikit siulan angin. Cukup kagumi dari kejauhan! Itulah cara...