Number : 38

2.3K 172 5
                                    

Sikap ku mudah berubah, Maaf!
Aku hanya belum terbiasa dengan sesuatu yang baru,
Beri aku waktu sampai rasa sakit ini hilang.

-Raka Azkan

Camp merupakan tempat paling menyenangkan menurut Raka karena disana dia tidak sendiri, ada Farel, Gian dan beberapa orang yang berbeda kelas pun menjadi teman Raka, bukan geng hanya sebuah perkumpulan para pencinta Racing dan mereka semua sudah sangat akrab.

"Aku sayang kamu Raka."

Raka terbangun dari mimpi nya yang membuat dia mengingat lagi akan sosok wanita yang pernah amat dicintainya, juga wanita yang merubah sikapnya menjadi Raka yang sekarang.

Raka bangkit dari tempat duduk nya dan berniat pergi ke sekolah karena siang ini akan diadakan latihan mengisi soal matematika untuk persiapan olimpiade.

"Kemana ka? Lo gak mau ikut balapan?" tanya Gian, pasalnya sekarang adalah jadwal balapan Raka.

"Sekolah."

"Ngapain bukannya udah pulang?" Gian terheran.

"Mau kenalan sama cewek penjaga sekolah, katanya cantik," Jawab Raka sambil terkekeh. Maksud cewek penjaga sekolah adalah rumor yang sering beredar dikalangan para siswa mengenai hantu penjaga sekolah.

"Rel temen lo naksir sama hantu?" tanya Gian pada Farel ketika Raka sudah keluar.

"Gue juga naksir sama tu cewek," bisik Farel pada Gian yang bermaksud ingin menakut-nakuti Gian lalu berniat pergi ke tempat balapan.

"YA ALLAH GIAN TAU SOLMET SOLMET GIAN PADA JOMBLO SEMUA TAPI JANGAN BIARIN MEREKA SUKA SAMA HANTU JUGA," ucap Gian dengan histeris.

Sekarang Raka sudah berada di sekolah dan berjalan menuju lab math atau lab matematika.

Langkah Raka tiba-tiba terhenti ketika melihat selembar kertas bertuliskan rumus matematika, lalu Raka memungutnya dan saat di teliti ternyata itu adalah jawaban dari soal yang Raka cari. Raka pun melipat kertas tersebut lalu memasukkan nya ke dalam saku jaket.

"Eh! Tunggu!" teriak Naya ketika melihat kertas tersebut dibawa oleh Raka lalu berlari menghampiri Raka, namun Raka tidak menghiraukannya.

"Tunggu!" Naya pun menarik tas Raka hingga Raka berbalik badan tepat di depan Naya dengan jarak yang sangat dekat, Naya pun langsung mundur membuka jarak.

Raka hanya mengangkat sebelah alisnya tanpa bertanya apa tujuan Naya memanggilnya.

"Itu kertas Naya," jari telunjuk Naya mengarah ke saku jaket Raka.

Raka hanya diam dan menatap Naya, sebenarnya dia ingin mengetahui reaksi Naya selanjutnya.

"Kembalikan!" pinta Naya, tapi Raka malah berbalik badan lagi dan berjalan. Naya berlari dari arah belakang dan menghadang Raka dari arah depan.

"Kembalikan!" Naya mengulangi perkataannya dengan membuka telapak tangan nya di depan Raka berharap bahwa Raka akan mengembalikan kertasnya.

"APAAN SI LO? JANGAN PEGANG PEGANG GUE!" Nada tinggi Raka keluar ketika Naya mencoba mengambil paksa kertasnya.

"Ya sudah, kembalikan kertas Naya!" pinta Naya lagi.

"Ini kertas lo? Yaudah ambil sendiri!" Mata Raka mengarah ke saku jaketnya. Raka merasa geli sendiri mengingat ucapan nya barusan.

Saat Naya akan mengambil kertasnya perlahan tangan nya mendekati saku jaket Raka daaaan...

Naya membalikkan tangan nya lalu menghentakkan kaki nya dan berbalik kemudian berjalan dengan cepat meninggalkan Raka. Menyebalkaaan.

Rasanya Raka ingin tertawa dengan tingkah Naya yang menggemaskan.

Matematika menjadi alasan Raka mengapa dia tidak mengikuti balapan hari ini.

Seorang gadis tengah duduk sembari membaca buku novel dan beberapa kali membetulkan letak kacamatanya adalah pemandangan pertama yang Raka lihat ketika dirinya membuka pintu lab Math.

"Lo ngapain disini? " Raka menggebrak meja di depan Naya hingga membuat nya kaget.

"Naya..." ucap Naya terpotong ketika bu Fani masuk ke ruangan, Raka pun langsung duduk di bangku sebelah meja Naya.

"Ibu mulai saja ya, berhubung nilai kalian adalah yang terbesar dari semua kelas yang mengikuti tes matematika, maka kalian akan mewakili sekolah SMA 1 DARMAJAYA JAKARTA sebagai peserta olimpiade matematika, Apa ada yang perlu ditanyakan dulu sebelum ibu mulai materi?"

"Apa gak ada peserta lain selain dia?" Raka mengacungkan tangan dan mengutarakan pertanyaan nya.

"Tidak ada, walaupun Naya ini anak baru tapi nilai nya sangat bagus, dan bahkan dia pernah masuk tiga besar waktu olimpiade kelas 10," jelas bu Fani.

"Oh iya kalian sudah saling kenal ?" tanya bu Fani sebelum lanjut ke materi, karena menurut nya di dalam kerja kelompok atau partner hal utama yang tidak boleh dilupakan adalah kenyamanan dalam berkmunikasi.

"Belum," "sudah," ucap Raka dan Naya bersamaan.

"Belum bu," jawab Raka lagi.

"Sudah bu," Naya pun mengulangi jawabannya.

"Jadi gimana ini? Kalian sudah saling kenal?" bu Fani mengulang lagi pertanyaan nya.

"Belum," "sudah," lagi-lagi mereka menjawab hal serupa secara bersaman.

"Waktu di UKS Raka tanya nama Naya," Naya memperkuat jawabannya sambil menoleh pada Raka tanpa melihat matanya.

"Kapan?" Raka mengingat betul kejadian waktu dia menanyakan nama Naya dan memperkenalkan dirinya dengan cara yang bodoh, itu sebab nya Raka pura-pura lupa.

"Raka amnesia ya?" tanya Naya dengan polos nya hingga membuat Raka ingin menjitak nya.

"Sudah-sudah jangan ribut! Sekarang kalian sudah tahu kan nama masing-masing, ayo kita mulai masuk materi tentang trigonometri......" satu jam sudah berlalu, rasanya otak Naya sudah penuh dengan rumus-rumus.

Bu Fani sudah meninggalkan ruangan terlebih dahulu, setelah selesai mengerjakan beberapa soal Naya memasukkan buku dan alat tulis nya ke dalam tas begitupun Raka.

"Lo anak olim?" mereka berjalan beriringan menyusuri koridor.

"Bukan, Naya anak nya mamah Arumi bukan anak nya olim," penjelasan Naya membuat Raka ingin menelan tubuh nya yang mungil.

"MAKSUD GUE LO ANAK OLIMPIADE?"

"Ooh. Iya," singkat Naya.

"Nih," Raka menyodorkan handphone nya kepada Naya, berniat untuk meminta nomor Naya.

"Hah?" Naya menoleh pada Raka ketika dia menyodorkan handphone bercast hitam nya.

"Selain curut lo juga bego ya! Gue minta nomor hp lo! Bukan mau ngasih hp gue!"

"Ooh," Naya pun mengambil handphone Raka dan mengetikkan sesuatu lalu mengembalikan nya pada Raka, setelah itu Naya berjalan mendahului Raka.

Name : Nomor sepatu Naya😀
Number : 38

"WOY! DASAR!" teriak Raka pada Naya yang mulai jauh, apa yang Naya ketik di handphone Raka bukanlah apa yang Raka pinta.

"Maaf! Naya tidak punya handphone," teriak Naya dan akhirnya dia hilang dari pandangan Raka.

Tanpa disadari bibir Raka terangkat mengulas senyum tulus yang baru di tampakkan lagi setelah sekian lama.

Gue gak tau pasti gimana perasaan gue sekarang, tapi semenjak permasalah yang sering muncul dan lo terlibat di dalam nya, ada satu keyakinan 'lo bisa nyembuhin hati gue' ya, gue harap!


***

Raka peka dong!
Kasih Naya handphone, sekalian juga sama sepatu nomor 38 yaa😂😂😂

Dandelion's [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang