Bertahanlah pada setiap cobaan
yang ada
Sampai kamu tahu apakah perjuangan itu benar benar ada?-Dean
Minggu, 28 April.
Tepat satu bulan Naya berada di Jakarta, tidak lupa setiap minggu nya Naya selalu mengabari bude dan juga sahabatnya Cici, tapi minggu terakhir ini Naya tidak menerima surat balasan dari kantor pos. Ya maklum saja Naya tidak punya handphone."Mau kemana lo?" Ketika melihat Naya menuruni anak tangga menggunakan sweeter dan jeans panjangnya serta rambut yang diikat ditambah lagi dengan kacamata bulat nya membuat Tasya melontarkan pertanyaannya.
"Naya sedang ada urusan," jelas Naya.
"Lo gak boleh kemana-mana sebelum beresin tugas yang semalem gue kasih," ancam Tasya. Tasya mengetahui bahwa Naya bersekolah di SMA favorit dan pasti Naya termasuk anak yang pintar.
"Tugasnya sudah beres, ambil saja di meja belajar Naya," Senyum simpul keluar dari bibir mungilnya, karena hanya itu yang bisa Naya lakukan ketika dirinya sedang tertekan.
Setidaknya senyumnya adalah penghibur dirinya sendiri."Eh amang taxi," Sapa Naya ketika memberhentikan taxi dan ternyata itu adalah amang taxi yang kemarin menghantarkan bakso.
"Eh Neng Naya mau kemana?"
"Anter Naya ke kantor pos sama bank ya mang soalnya Naya engga tahu tempatnya dimana," Biasanya tukang pos dan petugas bank lah yang selalu menghantarkan surat juga uang dari bude nya.
"Gimana ya neng?" amang taxi mengingat kejadian satu bulan lalu dimana gadis itu hanya membayar 20.000 dalam waktu kurang lebih satu jam perjalanan.
"Tenang, sekarang Naya bayar full kok plus sama yang kemarin," jelas Naya.
"Amang tunggu disini ya," setelah sampai di kantor pos yang kebetulan juga bersebelahan dengan bank Naya pun langsung turun.
Rp.100.000 nilai uang yang tertera direkening Naya. Kenapa bude belum ngirim uang juga ya?
Setelah mengecek uang Naya langsung masuk ke kantor pos dan akhirnya dia mendapatkan surat tapi bukan dari bude melainkan Cici yang berisi:27 April, Bandung.
Untuk : Naya.
Assalamualaikum.
Bagaimana keadaanmu Nay? Semoga baik baik saja.
Sebelumnya Cici mau minta maaf, soalnya Cici mau ngabarin berita buruk.
Satu minggu terakhir ini bude dirawat di rumah sakit karena mengalami gagal ginjal dan kemarin baru saja melakukan cuci darah. Dan soal biaya ditanggung sama bude sendiri dengan menggadaikan sertifikat rumahnya.
Sekarang kamu bisa datang ke Bandung?Wassalam.
Cici
Sesedih apapun Naya hanya bisa menahan air mata dan membuat bendungan di kelopak matanya, namun kali ini dia tidak dapat lagi menahan air matanya
"Mang anterin Naya ke terminal ya," Naya berniat pulang ke Bandung tanpa berpamitan kepada mamah Tia.
"Ini mang ongkosnya, terima kasih," setelah sampai di terminal Naya bergegas turun dan memberikan ongkos, amang taxi merasa heran dari tiga kali bertemu dengan gadis itu dia baru melihat ekspresi yang tidak biasanya. Kunaon nya? (Kenapa ya?).
Uang Naya hanya tersisa 20.000. Kalo Naya naik bus uang nya enggak mungkin cukup.
Naya memperhatikan sekitar dan pandangannya berhenti pada sebuah warung masakan padang pinggir jalan di sebrang sana."Permisi, begini teh Naya mau nawarin jasa, siapa tahu teteh perlu bantuan, mengenai biaya itu terserah teteh ya teh ya?" bujuk Naya pada seorang wanita kira-kira berusia 37 tahunan yang sedang membuat pesanan.
"Gimana ya?" tanya wanita itu pada dirinya sendiri.
"Apapun pasti Naya kerjain, cuman satu hari kok," Naya penuh semangat.
"Paling juga cuci piring."
"Naya bisa, Naya mau, sekarang dimana cuciannya?" semangat Naya bertambah ketika wanita itu memberikan satu opsi.
"Itu," wanita itu menunjuk tumpukan piring kotor di beberapa meja para pembeli yang sepertinya sudah selesai makan.
Naya mendapat upah yang tidak seberapa, tapi tidak apa yang penting cukup untuk naik bus ke Bandung.
Sesampainya di Bandung, Naya disambut oleh derasnya hujan juga kibaran bendera kuning di beberapa penjuru menuju rumah nya.
Dan ketika melihat bendera terakhir bartaut pada pagar rumah nya membuat hati Naya hancur seketika, untuk melangkah pun rasanya tak kuasa lagi, rintik hujan yang berjatuhan seakan panah yang tajam menancap ke tubuh Naya."Nayaaa," panggilan Cici yang tidak seperti biasanya, dia langsung memeluk Naya ketika melihatnya diambang pintu dengan baju yang sudah basah kuyup.
"Bude Naay," tangisan Cici membasahi bahu Naya. Mendengar ucapan itu Naya tahu apa artinya dan seketika Naya terjatuh dengan tatapan kosong tanpa ekspresi dan air mata yang mengalir.
Pigura yang didalamnya terdapat foto bude dan dirinya yang tengah tertawa di sebuah taman wisata Bandung menjadi lamunan Naya sembari duduk di kamarnya selepas pulang dari pemakaman.
"Kamu yang sabar ya Nay," ucap mamah Cici selaku tetangga nya.
"Iya Nay kamu bisa tinggal di rumah Cici ko kalo pulang dari Jakarta," pelukan hangat Cici menyentuh hati Naya.
"Makasih Ci, tapi Naya mau pulang saja ke Bandung," lirih Naya masih dengan tanpa ekspresi.
"Kenapa Nay? Kamu harus bisa banggain bude dan jadi orang sukses disana, bukankah bude akan bangga kalo Naya bisa lulus di sekolah itu?" Cici pun melepas pelukannya.
Naya tidak membalas perkataan Cici, rasanya jika mendengar nama bude Naya ingin menangis.Cici benar, Naya harus banggain bude dan jadi orang sukses.
Dan malam ini Naya akan pergi lagi ke Jakarta. Ya malam dengan hujan yang lebat ini.Tidak ada satupun kehilangan yang menyenangkan, apalagi itu datang dari orang tersayang.
***
Holla-holla guys..
So saaaad jangan lupa siapin tisu yang banyak readers😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion's [COMPLETED]
Fiksi RemajaDia seperti Dandelion... Terlihat rapuh namun tak rampuh Terlihat sederhana namun istimewa. Jangan menghampirinya! Karena dia akan terbang ketika mendengar derap langkah yang kencang juga sedikit siulan angin. Cukup kagumi dari kejauhan! Itulah cara...