Beberapa hal dilakukan tanpa karena, tanpa tapi...
Aku mencintaimu, itu sudah cukup. Perihal mencintaiku kembali, itu terserah kamu.-Devin Aldinandra
"Minggir! Minggir!" Devin menyeka setiap orang yang menghalangi jalannya dengan Naya.
"Devin ngapain sih?" Naya heran Dengan tingkah aneh pria disampingnya.
"Jagain lo,"
"Hah?"
"Dengan gak sengaja lo udah bawa gue kedalam kehidupan lo. Dan mulai sekarang gue harus jagain lo," jelas Devin. Setelah melihat kejadian beberapa hari lalu, Devin tidak bisa diam lagi jika melihat Naya disakiti.
"Devin tidak malu dekat Naya?" tanya Naya karena melihat beberapa tatapan tak suka dari para siswa dan siswi.
"Gue pake baju. Kenapa harus malu?"
"Sekarang mau kemana nona?" tanya Devin. Sekarang sikap Devin seolah-olah seperti bodyguard saja.
"Emm Naya lapar," Naya memengangi perutnya yang keroncongan karena belum makan pagi.
"Oke kita ke restoran,"
"Restoran?"
please deh Devin ini sekolah!
"Katanya lo lapar?"
Tanpa menjawab, Naya menarik baju Devin menuju kantin. Dia memesan bakso dan teh manis untuk dirinya dan Devin.
"Kenapa?" tanya Naya melihat Devin hanya memandangi makanan di depannya.
"Ini pertama kalinya gue makan di kantin sekolah,"
"Karena Devin tidak punya uang?"
"Gue gak mungkin ngajak ke restoran kalo gak punya uang Naaay,"
Naya menyeruput mie dari mangkuknya, dilanjutkan dengan air baksonya.
"kalo Devin tidak mau, sini buat Naya saja," Naya menggeser mangkuk bakso milik Devin.
"Eh! Gue juga mau coba," Devin menarik kembali mangkuk baksonya. Dengan ragu dia mengarahkan sendok ke mulutnya.
Dan...
"Enak!" Devin mendaratkan sendok kedua dimulutnya. Rasanya tidak terlalu jauh dari restoran-restoran bakso yang pernah Devin beli. Apalagi ini harganya lebih murah.
"Soal beberapa hal belakangan ini yang menyangkut lo, apa gak seharusnya kita selidiki aja? Kita bisa laporin hal ini ke pihak berwajib," Devin membuka pembicaraan mengenai penyebaran foto dirinya juga mamanya ditambah lagi dengan kematian mamanya yang tiba-tiba. Padahal sebelumnya mama Arumi mengalami perkembangan sembuh yang menigkat.
"Tidak perlu," Naya masih lahap menyantap baksonya.
"Gak perlu? Lo gak mau bales dendam sama orang yang udah nyebarin fitnah yang enggak-enggak tentang lo?"
"Mama Naya pasti gak akan suka kalau Naya jadi anak pendendam. Untuk masalah ini, setiap orang akan mendapat balasan sesuai apa yang dirinya perbuat. Jadi Naya tidak perlu repot-repot kan?" jelas Naya.
Devin masih dapat melihat kesedihan dimata Naya sejak beberapa hari lalu mamanya meninggal. Namun, Devin tahu Naya sedang menyembunyikan lukanya.
"Andai semua orang kayak lo,"
"Mirip Naya? Berkacamata juga?"
"Bukan gitu Naaaay. Maksud gue andai semua orang punya sikap baik kayak lo," jelas Devin.
"Tapi walaupun semua orang mirip lo. Yang gue suka bakal tetep lo," gombal Devin.
"Gombal!"
"Oh ya Nay. Lo mau tetep kerja di restoran milik tantenya si Alvaro itu?" Ya, Naya bekerja di restoran milik tantenya Alvaro sepulang sekolah, dan sekarang ia tinggal di sebuah kostan milik Alvaro yang tak jauh dari tempatnya bekerja. Alvaro memang pernah menawarinya untuk tinggal dirumahnya, Namun Naya menolak dan lebih memilih untuk mengekost.
Naya mengangguk.
"Naya sudah nyaman kok disana,"
"Kalo Alvaro ganggu dan godain lo, lo tau harus apa?" tanya Devin.
"Apa? Godain balik?"
"Bukan! Lo harus bilang ke gue. Biar gue kasih dia pelajaran,"
"Siap! Tapi jangan dikasih pelajaran yang susah-susah ya,"
"Ya...paling satu pukulan," ucap Devin sambil berpikir pelajaran apa yang akan diberikan pada Alvaro jika berani mengganggu Naya. Mengenai Alvaro, Devin sudah tahu bagaimana sifat kakak kelas yang satu ini.
"Jangan main pukul-pukulan!" kecam Naya.
"Naya tidak suka! Iya nay iya," Devin meragakan gaya bicara Naya sambil tertawa.
"Oh ya, lo sama Raka..."
"Kita sudah tidak pacaran," potong Naya sebelum Devin menyelesaikan ucapannya.
Naya menyesap teh manisnya. Mendengar nama Raka membuatnya membutuhkan sesuatu yang manis-manis karena Raka terlalu pedas untuk Naya!
"Bagus!"
"Hah?"
"Ya...bagus, jadi kerjaan gue berkurang buat jauhin lo dari orang-orang yang mau nyakitin lo,"
"Nay," panggil Devin. Dia sudah menyelesaikan aktivitas makannya, dan kini nadanya berubah menjadi serius.
"Mulai sekarang lo harus bisa jaga diri lo sendiri. Bukan gue gak mau jaga lo lagi, tapi gak setiap saat lo di sisi gue. Gue bilang gini karena gak mau lo kenapa-napa,"
"Tentang apapun yan udah terjadi sama lo, lo harus kuat. Harus tetep senyum kayak gini. Bukan cuma karena lo tambah cantik karena senyum, tapi lo juga akan lebih bisa bertahan dengan apapun yang terjadi kalo lo senyum,"
"Lo itu orang yang berbeda dimata gue. Sejak pertemuan pertama, penampilan, cara bicara, senyum lo, lo berbeda, dan itu yang bikin gue gak bisa liat lo disakitin sama siapapun. Gak ada alasan yang pastinya sih,"
"Pokoknya lo harus bahagia. Harus!" Devin mengacak rambut Naya, dan Naya hanya menganga mendengar penuturan Devin yang sangat panjang. Kali ini Naya dibuat terpaku. Naya kira Devin hanya pandai menggombal dan menggoda saja. Kali ini Naya salut.
***
Holla-holla guys...
#teamRaka
#teamDevin
Me: #teamkaumrebahan
Lanjutkah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion's [COMPLETED]
Genç KurguDia seperti Dandelion... Terlihat rapuh namun tak rampuh Terlihat sederhana namun istimewa. Jangan menghampirinya! Karena dia akan terbang ketika mendengar derap langkah yang kencang juga sedikit siulan angin. Cukup kagumi dari kejauhan! Itulah cara...