Nona

2.1K 126 6
                                    

Semoga sapaan itu bukan hanya sekedar harapan yang mematikan.

-Dean


"Pagi nona," sapa seorang pria yang tak asing lagi bagi Naya, ditambah lagi dua bebenyit yang selalu mengikutinya.

"Pagi nona nya Raka," ucap Gian mengikuti Raka.

Mendengar sapaan itu membuat Naya terkekeh dan merasa aneh juga karena baru pertama kali Raka memanggil dirinya dengan nama lain selain nama curut.

Ketika sedang berjalan di koridor tiba-tiba Raka menyeret tangan Naya.

"Ka lo mau kemana? Kita belum ngerjain tugas fisika," ucap Farel ketika Raka membalikkan tubuhnya.

"Taman belakang," jawab Raka.

"Ngapain?" tanya Gian penasaran.

"Kepo," jawab Raka. Ia langsung menuju taman belakang bersama Naya dan meninggalkan mereka berdua.

"Terus kita gimana ngerjain tugas fisika?" Farel menggaruk kepalanya yang tak gatal. Pasalnya fisika adalah pelajaran pertama dan akan dimulai 20 menit lagi.

"Tenang ada gue, lo tinggal liat aja nanti," ucap Gian dengan percaya diri.

"Gue gak mau dapet nilai kursi lagi gara-gara liat jawaban lo," timbal Farel.

"Ada pepatatah mengatakan sepandai- pandainya tupai melompat ia akan jatuh juga, nah sama____"

"Iya muka lo sama kayak tupai," ucap Farel sembari memasuki kelas.

"Anjiiir! Gue ga bakal kasih jawaban fisika. Awas aja lo!"

Di taman belakang sekolah Raka mengajak Naya untuk duduk di bangku taman.
"Raka mau apa ngajak naya ke sini?" tanya Naya penasaran.

"Mastiin."

"Mastiin apa?" Naya menautkan kedua alisnya.

"Mastiin kalo lo juga suka sama gue," jawab Raka to the point.

"Hah? Raka bilang apa? Naya enggak ngerti," ucap Naya polos. Hal seperti inilah yang membuat Raka ingin menelan gadis polos yang sedang ada di hadapannya. Bagaimana bisa gadis itu selalu membuyarkan keromantisan yang sudah Raka rancang semalaman hanya untuk mengutarakan hal ini.

"Lo tuh!__" Raka tidak melanjutkan ucapannya. Ia menarik nafas dan mencoba mengutarakan maksudnya.

"Gue suka sama lo. Lo ngerti kan?" Raka memperjelas lagi ucapannya. Tapi Naya hanya menganggukkan kepalanya.
"Kok lo cuma ngangguk aja sih?" heran Raka.

"Kan Raka tanya sama Naya. Jadi jawabannya iya Naya ngerti," jawab Naya.

"Kalimat sebelum itu__"

"Oh makasih ya," jawaban Naya membuat Raka semakin bingung.

"Kok makasih sih?" Raka sudah mulai kesal kepada gadis yang entah polos atau bodoh ini.

"Kata budenya Naya, kalo orang suka sama kita itu bagus, itu berarti kita sudah bersikap dengan baik. Sudah mau masuk, Naya ke kelas duluan ya" ucap Naya dengan polosnya sembari berdiri. Baru saja ia melangkahkan kakinya, ucapan Raka tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Dandelion's [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang