Ternyata tidak semua lollipop itu manis, beberapa membingungkan.-Dean
Pemandangan pagi yang menyakitkan. Melihat bangku sebelah Raka kian terisi oleh seorang gadis yang amat mencintainya. Bukan! Bukan Naya lagi melainkan Niken. Melihat senyum yang ditampakkan Niken tatkala melihat Raka sangat jelas menggambarkan bahwa ia sangat mencintai Raka. Bahkan gadis itu rela datang ke rumah Naya untuk menjelaskan betapa dirinya tak ingin kehilangan Raka. Ya, pagi sebelum Niken ke rumah Raka untuk mengajaknya jalan, ia terlebih dahulu menemui Naya. Niken tahu semuanya dan tentu saja sahabatnya Renata yang memberitahu hubungan Raka dan Naya selama dirinya di luar kota.
"Nay lo duduk sama gue aja," ajak Renata. Namun Naya menolak dan lebih memilih duduk sendirian di bangku paling belakang pojok kanan. Satu baris dengan meja Raka.
Naya sempat bertatapan dengan mata Raka beberapa detik sebelum di buyarkan oleh kehadiran Mr.Suko.
"Kita akan berlibur ke pantai," ujar Mr.Suko. Sontak seisi kelas ricuh.
"Liburan ke pantai. Bisa liat ubur-ubur dong," timpal Gian.
"Serius Mr?" Farel merasa aneh. Tidak mungkin tiba-tiba diadakan liburan dadakan.
Mr.Suko menarik sedikit kacamatamya kebawah. "Iya tapi nanti kalo kalian sudah UAS yang akan diadakan satu minggu lagi," jawaban Mr. Suko membuat semua pikiran siswa tentang pantai beralih menjadi tumpukan buku penuh rumus.
"Yaah."
"Aelah Mr suka becanda," bisik beberapa murid.
"Siapkan alat tulis dan catat kisi-kisi untuk ulangan____" perintah Mr.
Bel istirahat pun berbunyi. Beberapa siswa memilih untuk mengisi perutnya dengan aneka jajanan kantin.
"Kantin yuk Ka," ajak Niken.
"Gue nyusul," jawab Raka.
Ketika Naya membereskan alat tulisnya dan akan memasukkannya ke dalam tas, tiba-tiba aktivitasnya terhenti karena kehadiran Raka.
Tapi Naya tidak menghiraukannya. Ia tetap melanjutkan niatnya pergi ke perpustakaan untuk belajar menghadapi UAS. Tanpa berkata apapun ketika langkahnya melewati Raka.
Naya memilih tempat duduk paling pojok di perpustakaan. Bukan karena suka. Melainkan di pojok itu tidak terlalu berisik sehingga Naya bisa fokus belajar.
"Cewek cantik gak boleh mojok sendirian," Naya di kagetkan dengan kehadiran pria berjaket boomber warna hijau tua yang dengan tanpa permisi duduk di sebelahnya. Bukan permisi untuk duduk di bangku itu. Tapi setidaknya ada kata lebih enak di dengar untuk tidak mengagetkan.
"Lebih enggak boleh mojok berduaan," timpal Naya sambil melanjutkan membacanya.
"Tunggu! Devin enggak lagi ngikutin Naya kan?" Mimik Naya seakan mengintrogasi Devin. Sejak kapan Devin suka ke perpustakaan? Bahkan ini adalah kali pertamanya Naya bertemu Devin si perpustakaan.
"Suudzon itu merupakan perbuatan yang tidak baik," Devin menirukan suaranya mirip dengan para penceramah.
"Gue kesini tuh mau belajar buat ngadepin ujian hidup. Eh! Maksudnya Ujian Akhir Semester," jelas Devin. Mendengar itu Naya hanya terkekeh. Meskipun Naya tahu alasan utama Devin bukan itu. Tapi tak apa. Setidaknya Naya tidak sendiri dan hanyut ke dalam sepi.
"Ajarin gue dong," pinta Devin sambil membuka buku paket yang ada di hadapannya secara acak. Jika bukan karena Naya, mana mungkin ia mau menginjakkan kakinya di perpustakaan. Ini seperti mencoba melawan alergi membacanya.
"Ajarin apa?" Naya mulai lagi. Dan inilah yang Devin suka dari Naya. Polos juga menggemaskan.
"Baca buku," Jawab Devin.
"Devin belum bisa baca?" Devin di buat tertawa oleh pertanyaan spontan dari mulut Naya.
"Maksud gue ajarin gue materi ini."
Waktu istirahat mereka di gunakan untuk belajar bersama. Ya, walau kebanyakannya digunakan untuk bercandaan tapi hal ini mampu membuat Naya melupakan masalahnya sejenak.
Naya membereskan bukunya dan berniat kembali ke kelas."Nay," panggil Devin sambil menyodorkan lollipop ke arah Naya.
"Untuk Naya?"
"Untuk kura-kura Ninja."
"Hah?"
"Ya buat lo lah. Nih."
"Darimana Devin tahu Naya suka manis?" tanya Naya sambil menerima lollipop.
"Senyum lo."
"Kok bisa?"
"Senyum lo terlalu manis. Jadi gue pikir mungkin lo kebanyakan makan makanan yang manis," Devin berhasil membuat Naya tertawa dengan ucapannya.
"Devin mau kemana?" tanya Naya karena Devin beranjak terlebih dahulu.
"Tadinya mau ke hati lo. Tapi udah ada yang ngisi kayaknya," ucapan Devin beriringan dengan hilangnya tubuh Devin di hadapan Naya. Naya dibuat lagi tersenyum ketika matanya beralih melihat lollipop yang ada di genggamannya.
Sesampainya Naya di kelas dan duduk di bangkunya, pandangannya fokus ke lollipop yang berada di atas mejanya.
'Maaf' tulisan itu menyisip di gagang lollipop yang diikat pita berwarna merah muda.***
Holla-holla guys...
Satu atau dua pilih aku atau dia yang engkau cintaaa🎶 eh! Kok malah nyanyi.Kali ini aku fast update soalnya lagi kehilangan kesibukan karena virus corona. Oh virus corona kehadiranmu ternyata lebih menakutkan daripada cinta bertepuk sebelah tangan.
Para readers juga harus jaga kesehatannya ya. Tuh kan kurang baik apa coba author perhatiannya sama readers😂
#stayathome
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion's [COMPLETED]
Teen FictionDia seperti Dandelion... Terlihat rapuh namun tak rampuh Terlihat sederhana namun istimewa. Jangan menghampirinya! Karena dia akan terbang ketika mendengar derap langkah yang kencang juga sedikit siulan angin. Cukup kagumi dari kejauhan! Itulah cara...