Aku takut pada sebuah perkenalan
Yang mengajak berkencan
Lalu berujung meniggalkan.-Dean
Cahaya mulai memasuki kaca jendela kamar, namun tak ada sambutan dari sang pemilik nya, juga selimut yang masih saja setia menemani nya.
"Abaaaang," suara gadis berusia lima tahun terdengar nyaring di telinga Raka.
"Bang Laka kata bunda banguuun," ucap Lia sembari menarik-narik selimut Raka.
"Abaaaang," teriak Lia, namun yang diteriaki tidak memberi respon apapun.
"Iya iya Lia abang bangun," ucap Raka yang langsung mengambil handuk dan bersiap-siap berangkat sekolah.
"Bang sarapan dulu," bunda Ajeng datang dari arah dapur sembari membawa kotak nasi.
"Raka papah mau bicara sama kamu," ucap papah Raka dengan nada yang tidak seperti biasanya.
"Gak ada waktu, udah telat," ucap Raka dengan tanpa ekspresi.
"Lia mau makan sama bang Laka," kalimat yang terucap dari bibir mungil adik nya membuat Raka luluh. Walaupun Raka adalah orang yang tidak peduli dengan apapun, tapi entah kenapa dia sangat menyayangi adik nya.
"Papa, bunda dan Lia hari ini akan berangkat ke Yogyakarta," papa Raka membuka pembicaraan ketika Raka sudah berada tepat di depan nya.
"Gitu doang?" jawab Raka dengan sinis nya sambil beranjak dari kursi nya.
"Raka!" ya, papah Raka tidak bisa menahan emosinya lagi.
"Papa!" tegur bunda.
"Nih buat abang, hati-hati ke sekolah nya, jangan nakal! Jaga diri baik baik ya" bunda menghampiri Raka yang sudah beranjak dan memberikan kotak nasi."Raka berangkat bun," pamit Raka sembari mencium tangan bunda dan mengelus rambut Lia.
Saat ini Raka sedang berada di koridor lantai ke dua sembari duduk dan membaca buku sejarah karena sebentar lagi akan diadakan ulangan harian.
"Eh! eh! tolongin dong."
"Nay, Naya bangun."
"Aduh gimana nih guys?"Teriakan-teriakan itu membuat konsentrasi Raka membuyar dan dia berniat untuk berpindah tempat, tapi saat Raka berdiri dan melihat ke bawah tepatnya ke arah lapang, Raka melihat beberapa wanita sedang berusaha membantu menyadarkan teman nya yang pingsan, tanpa sengaja mata Raka melihat sosok yang selama ini sering dijumpainya. Apa ini waktu yang tepat buat minta maaf?
Raka langsung berlari menuju lapang tidak lupa membawa tas nya terlebih dahulu lalu menghampiri kerumunan itu.
Sebenarnya Raka ingin menolong Naya, namun rasa gengsinya terlalu tinggi hingga membuat langkah nya terhenti dan kemudian membalikkan badan nya untuk kembali ke kelas."Eh! Ka tunggu, bisa bantuin gendong Naya ke UKS ga?" ucap Sinta tiba-tiba ketika melihat Raka yang hendak pergi.
"Kenapa gue?" Raka sebenarnya kasihan pada Naya dan sangat ingin membantu tapi...ya itulah Raka.
"Temen cowok gue udah pada ke kelas, kita ga bisa gendong Naya," bujuk Sinta agar Raka mau membantu Naya.
Tanpa membalas perkataan Sinta, Raka langsung menghampiri dan menggendong Naya menuju UKS dan di susul oleh Sinta. Ekspresi terkejut pun ditampilkan oleh wanita-wanita yang menyaksikan adegan barusan.
"Guyyys dia digendong Rakaaa,"
"Ke kantin yuk."
"Mau apa?"
"Mau beli es, panas banget gueee" itu lah beberapa ucapan alayers dari beberapa wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion's [COMPLETED]
Fiksi RemajaDia seperti Dandelion... Terlihat rapuh namun tak rampuh Terlihat sederhana namun istimewa. Jangan menghampirinya! Karena dia akan terbang ketika mendengar derap langkah yang kencang juga sedikit siulan angin. Cukup kagumi dari kejauhan! Itulah cara...