Rencana Tuhan selalu lebih indah, dan kita cukup menjalani skenarionya.
Bel menandakan istirahat yang langsung disambut oleh rombongan siswa yang pergi ke kantin. Di meja tengah sudah ada Gian yang dengan lahap menyantap baksonya, Farel yang berkutat dengan Mie ayamnya dan Raka yang masih dengan ekspresi datarnya, tapi perbedaannya sekarang tampak lebih berseri. Pemandangan yang berbeda juga adalah disana ada Naya, gadis kedua yang bisa duduk dengan Raka dan sahabatnya.Sebenarnya Naya tidak mau ketika Raka mengajaknya ke kantin, tapi Naya menurut saja karena dia menjadi siswa baru lagi di kelas XI MIPA 1 dan belum memiliki teman wanita. Naya juga sangat risih mendapatkan tatapan tajam dari para siswi yang ada di kantin. Sungguh! Naya tidak suka menjadi pusat perhatian seperti ini. Naya juga sedikit minder dengan 3 cowok yang sekarang satu meja dengannya. Pakaian mereka sangat stylish berbeda dengan Naya dan sepertinya mereka bertiga adalah anak dari keluarga berada.
Di tengah perbincangan mereka, tiba-tiba seorang gadis dengan rambut tergerai dan sedikit poni yang menyampir ke kiri itu menghampiri meja Raka dan teman-temannya sambil membawa satu mangkuk bakso di tangan kirinya dan lemon tea di tangan kanannya.
"Gue boleh duduk disini? Soalnya tempat duduknya udah pada penuh," tanya gadis itu.
"Ga___" ucapan Raka terpotong.
"Oh boleh kok boleh," Naya mempersilahkan gadis itu duduk. Naya tidak memperhatikan Raka yang sudah merah padam melihat gadis itu. Dan kedua temannya itu hanya bungkan saja enggan untuk bersuara.
"Gue Renata, cukup panggil Rena aja," Rena memecah kecanggungan di meja itu. Dia mengulurkan tangannya pada Naya.
"Nay__"
"Iya gue udah tau, Naya kan?" tanya Rena dan Naya menganggukkan kepalanya.
"Kamu kelas apa?" pertanyaan Naya itu membuat Rena tertawa.
"Gue sekelas sama lo," mendengar hal itu Naya hanya terkekeh. Iya Naya baru ingat dia adalah gadis yang tersenyum padanya ketika pertama kali Naya menginjakkan kaki di kelas XI MIPA 1.
Sekedar info, Rena ini adalah teman sebangkunya Niken, mantan pacar Raka. Dulu Raka sangat akrab dengannya karena Raka selalu bertanya pada Rena mengenai banyak hal tentang Niken. Mereka juga sering bercanda. Tapi hal itu berubah 180 derajat setelah Niken pergi dan memutuskan pindah sekolah.
"Oh ya gimana kalo lo sebangku sama gue aja?" tanya Rena sambil mengunyah baksonya.
"Emm__" Naya tidak sempat menjawab karena Raka menarik lengannya untuk meninggalkan kantin. Sebelum itu Raka sempat menaruh lembaran uang di meja kantin. Kedua teman Raka pun mengikutinya. Hal itu membuat Naya bertanya-tanya mengapa Raka seperti itu pada Rena, padahal dia adalah teman sekelasnya. Bahkan Naya tidak sempat melihat ekspresi Rena ketika Raka melakukan itu. Tapi Naya memilih bungkam saja karena tidak ingin mendapatkan kata-kata kasar Raka lagi ketika cowok itu sedang marah.
"Gue denger bakalan ada pasar malam di alun-alun sekaligus pembukaan alun-alun baru itu, kesana yuk?" ucap Farel ketika mereka memasuki kelas dan ternyata sudah ada bu Sri guru sejarah yang duduk di tempatnya menunggu siswa datang karena bel yang menandakan masuk sudah berbunyi 5 menit lalu. Namun siswa sepertinya masih enggan untuk masuk kelas karena di sana hanya ada Raka, Naya, Farel, Gian dan bu Sri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion's [COMPLETED]
Teen FictionDia seperti Dandelion... Terlihat rapuh namun tak rampuh Terlihat sederhana namun istimewa. Jangan menghampirinya! Karena dia akan terbang ketika mendengar derap langkah yang kencang juga sedikit siulan angin. Cukup kagumi dari kejauhan! Itulah cara...