Keesokan harinya Ruby baru saja selesai mandi. Dia sangat terkejut ketika tidak mendapati Rius di tempat tidur. Ia menengok melihat ke sofa dan balkon namun pria itu tetap tidak ada, padahal tadi sebelum mandi Rius masih posisi tertidur.
Ruby menyisirkan rambutnya, setelah selesai dia memutuskan untuk turun ke bawah karena sayup-sayup Ruby mendengar suara keributan. Begitu tiba di bawah Ruby kembali di kagetkan oleh kehadiran Dante.
"Apa maumu, Hah?" Rius menggeram, mencengkram leher Dante.
"Bertemu gadis di belakangmu!" Dante tersenyum memandang kebelakang Rius.
Rius menoleh, rahangnya mengatup keras. Ia melepaskan cengkramannya kemudian mendekat pada Ruby. Meraih tangan gadis itu seraya membawanya masuk kedalam. Akan tetapi baru beberapa langkah Dante sudah menghadang dengan menarik tangan Ruby.
"Kau tidak bisa membawanya pergi. Aku dan dia sudah ada janji untuk ketemu pagi ini." tambahnya.
Ruby terperangah, menatap Dante kebingungan. "Kapan kita janjian? Aku bahkan tidak membuat janji apapun!" ujar Ruby beralih menatap Rius. "Sumpah demi Tuhan, aku tidak pernah membuat janji dengan dia."
"Kenapa kau mengelak? Jelas-jelas kau yang mengirimkan pesan padaku."
"Bohong!" pekik Ruby menggeleng-gelengkan kepalanya. "Itu tidak benar. Aku tidak pernah tahu nomer telfonmu."
Rius beranjak pergi untuk memastikan kalau Dante berbohong. Namun, begitu sampai di kamar dan meriksa isi pesan Ruby. Kenyataan berbedalah yang ia temukan, setelah memastikan Rius kembali turun ke bawah sambil membawa handphone Ruby.
"Kau sudah meriksanya?" tanya Dante pada Rius.
"Meriksa apa? Jelas aku tidak pernah–"
"Kau mengirim pesan pada dia dan meminta dia untuk datang kesini." sela Rius cepat.
"Apa-apaan itu? Rius aku tidak pernah mengirim pesan pada dia." bela Ruby pada dirinya. Memang benar, dia sama sekali tidak mengirim pesan pada Dante ataupun orang lain.
"Buktinya ada!" ujar Rius datar.
"Tidak mungkin. Aku tidak pernah mengirim pesan pada Dante ataupun orang lain." sahut Ruby.
"Tidak mungkin?" ulang Rius bergumam. "Kau masih bisa bilang tidak mungkin padahal jelas ada buktinya?"
"Tapi aku memang tidak Rius!" Ruby menatap Rius lirih.
"LALU SIAPA YANG MENGIRIM PESAN PADA DIA UNTUK BERTEMU PAGI INI, HAH?" bentak Rius tangannya terkepal kuat.
Ruby bergetar melihat Rius berkaca-kaca. "Tapi memang bukan aku." kata Ruby lirih.
"Ada apa Ruby? Kau bosan padaku, Heum?" tanya Rius dengan mata yang terpejam, ada denyut di dalam hatinya. Ia kembali membuka mata menatap Ruby.
Ruby menggeleng tipis. Dia sendiri tidak tahu akan pesan itu, semalam ia tidak memainkan handphone. Lagipula bagaimana mungkin pesan itu bisa terkirim sedangkan Ruby saja tidak memiliki nomer Dante.
"Katakan padaku Ruby, kau bosan padaku dan pada hubungan ini?" Rius kembali bertanya.
"Kenapa kau bertanya padaku? Kenapa tidak bertanya pada dirimu?" Ruby menunduk. "Kau bertanya padaku kan? Baiklah, aku akan menjawabnya–" jeda Ruby, mengadah menatap Rius. "Rius aku tidak bosan padamu ataupun hubungan kita ini. Tidak ada rasa bosan dalam diriku menjalani ini semua, aku mencintaimu lalu bagaimana mungkin aku bisa bosan padamu? Aku sudah berkata jujur mengenai rasaku padamu ataupun tentang pesan itu. Rius, aku sama sekali tidak pernah mengirim pesan itu pada Dante apalagi sampai mengajaknya bertemu di pagi hari. Aku sudah jujur Rius, tapi kalau kau masih tidak percaya padaku itu tidak apa." sambung Ruby tersenyum getir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protective's Pilot [SUDAH DIBUKUKAN]
Roman d'amourKetika sepasang orang saling mencintai terpisah dan kembali di pertemukan. Bagaimana kelanjutannya? Silakan di baca 😊, semoga suka ya 🙏.
![Protective's Pilot [SUDAH DIBUKUKAN]](https://img.wattpad.com/cover/176647941-64-k303729.jpg)