Khawatir, panik dan cemas yang saat ini Rius rasakan ketika mendengar Ruby akan melahirkan. Mendengar itu Rius langsung meminta supir untuk memutar balik arah menuju rumah sakit. Ia bahkan tidak peduli akan tugas yang harusnya saat ini Rius jalani untuk beberapa hari kedepan. Siap akan resiko nantinya, asal hari ini juga Rius bisa menemani Ruby melahirkan.
Akhirnya mobil Rius sampai di rumah sakit, ia berlari secepat mungkin, tadi Keshila sudah mengirimkan lantai dan juga nomer kamar Ruby. Wanita itu belum melahirkan karena menunggu kedatangan Rius.
Rius menatap nomer yang menempel di pintu. Di bukanya pintu itu, dia dapat melihat Keshila berdiri di samping Ruby sambil memegangi tangan wanita itu.
"Ruby?" gumam Rius mendekati blankar wanita itu.
"Rius!" sahut Ruby terisak.
"Hei, sayang! It's okay, don't cry. Ada aku disini, aku akan menemanimu." balas Rius berbisik, menciumi wajah Ruby berkali-kali.
"Jangan tinggalkan aku, Rius! Temani aku." kata Ruby lirih.
"Ya sayang, aku tidak akan meninggalkanmu. Aku ada disini untuk menemanimu!" Rius mengecup tangan Ruby.
Dokter datang memeriksa persiapan Ruby. Sudah pembukaan terakhir, blankar Ruby di bawa keruang bersalin karena sudah waktunya. Air ketuban wanita itu juga baru saja pecah begitu dokter akan memeriksa.
Keenan, Keshila sangat menemani Ruby. Memberikan kekuatan pada wanita itu agar bisa kuat saat melahirkan nanti. Sebagai Ibu Keshila sangat tahu sakitnya melahirkan, tapi di balik rasa sakit itu ada perjuangan yang luar biasa.
Keenan hanya mampu diam. Dia hanya sesekali mencium kening Ruby, memberi tepukan pada bahu Rius agar pria itu senantiasa kuat. Karena Keenan tahu perjuangan Keshila waktu melahirkan Athava dan Rius.
Blankar Ruby sudah masuk ke dalam ruang bersalin, tadi Rius juga sudah di izinkan dokter untuk menemani Ruby dalam proses melahirkan.
"Rius sakit!" Isak Ruby meremas tangan Rius kencang.
"Remas tanganku sekencang mungkin, salurkan rasa sakitmu padaku." bisik Rius di telinga Ruby. "Berjuang sayang, aku yakin kau kuat."
"Aku takut tidak bisa melahirkan anak kita, aku takut kalau ternyata aku-"
"Sayang jangan berkata seperti itu. Semua akan baik-baik saja!" sela Rius mencium kening Ruby.
"Jangan pergi Rius, temani aku." lirih Ruby sesekali merintih.
"Tidak sayang tidak, aku tidak akan pergi. Aku disini untukmu, untuk anak kita! Aku akan terus ada di sampingmu. Kita berjuang sama-sama!" ucap Rius menyerka air mata Ruby.
Rius menciumi kening Ruby berkali-kali ketika wanita itu mulai berteriak, mengejan. Keringat bercucuran membasahi kening Ruby, jujur saja sebenarnya Rius tidak tega melihat Ruby kesakitan seperti ini. Perjuangan wanita itu begitu besar untuk melahirkan anak pertama mereka ke dunia.
"Eegghhh! Rius!!" teriak Ruby dalam sekali mengejan. Suara tangis bayi terdengar sangat menggelegar di seisi ruangan bersalin ini. Nafas Ruby terengah-engah, ia menangis haru karena telah berhasil mengeluarkan buah cintainya bersama Rius. Di sampingnya Rius ikut meneteskan air mata merasakan haru yang luar biasa saat melihat bayi mungil masih berlumuran darah di angkat oleh sang dokter untuk di perlihatkan padanya. Tubuh Rius lemas tidak bertulang, lidahnya kelu untuk mengatakan bahwa ia begitu bahagia detik ini ketika melihat sang buah hati. Hidungnya mancung, matanya bulat, eyes bola mata si kecil berwarna cokelat sama persis seperti bola mata Rius dan Ruby.
Rius mencium kening, kedua mata Ruby dan terakhir bibir wanita itu. Ia menyatukan keningnya di pipi bulat Ruby, lalu berbisik. "Terima kasih sayang, terima kasih. Kau berhasil Ruby, kau luar biasa. Aku mencintaimu sangat mencintaimu!" bisik Rius kembali mengecup bibir Ruby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protective's Pilot [SUDAH DIBUKUKAN]
RomanceKetika sepasang orang saling mencintai terpisah dan kembali di pertemukan. Bagaimana kelanjutannya? Silakan di baca 😊, semoga suka ya 🙏.