Tik..tok..tik..tok
02.30am
Mata itu mengerjapkan beberapa kali. Nafasnya berhembus teratur...
Jari-jari nya bergerak kecil hingga pada akhirnya ia benar-benar sadar.He-Ran tersadar, entah tenaga dan kekuatan dari mana ia bahkan bisa bangkit untuk duduk dalam kondisinya yang sudah tak sadarkan diri beberapa jam.
Hal pertama yang ia lihat adalah Jimin yang tertidur dengan kepala di atas ranjang nya dengan posisi duduk.
Tak ia pungkiri tubuhnya sangat lemah, dadanya sedikit sesak dan nyeri. Terlintas di pikirannya untuk membangunkan namja ini. Tapi, hal itu tak terjadi. He-Ran hanya memandangi wajah Jimin dengan tatapan sayang sambil mengelus perlahan kepala namja ini.
"Aku bermimpi, aku melihat dirimu, Nenek, Seok Jin Oppa dan yang lainnya. Dalam mimpi itu, aku mengucap selamat tinggal kepada kalian. Tapi, aku tak yakin benar-benar bisa melakukannya sebelum aku pergi. Jimin, aku benar-benar ingin jujur tentang perasaan ku pada mu. Aku sangat mencintaimu. Mendengar mu mengatakan itu di telinga ku membuat aku ingin cepat-cepat bangun dari mimpi itu. Tapi aku malah bangun dan tersadar dalam mimpi lagi. Entah, besok aku masih bisa bernafas atau tidak yang aku pikirkan hanya dirimu. Aku akan meninggalkan mu disaat kau masih mencintai ku. Aku khawatir tentang mu. Ku harap berbagia lah walau tanpa adanya aku lagi".
Ucap He-Ran sambil menitihkan air mata. Seakan tahu, bahwa setelah ini ia akan kembali tak sadarkan diri, dengan cepat ia meraih sebuah pulpen dan buku yang terdapat di atas nakas di samping ranjangnya. Ia menuliskan semua yang ingin ia katakan pada Jimin. Semua, yang mungkin tak akan pernah Jimin dapat dengar langsung darinya.Setelah selesai, ia menyelipkan kertas itu diantara jari-jari Jimin lalu ia menggenggam tangan itu. Ia kembali merebahkan diri dan menutup mata...
Ia tak sadarkan diri lagi untuk kedua kali...
***
"Jimin ada apa dengan He-Ran?"
Nenek sudah kesusahan bernafas saat melihat dokter maupun perawat terlihat tergesa-gesa menangani He-Ran."He-Ran..."
Jimin hanya terus bergumam dalam hati."Ku mohon tetap bersama ku"
Pintanya.Hana dan Sandy menangis sejadi-jadinya. Ibu Jimin berusaha menenangkan Nenek dan Seok Jin bahkan terduduk di lantai rumah sakit karna tak sanggup lagi berdiri di kondisi seperti ini.
"He-Ran bertahan lah. Besok adalah ulang tahun mu kan bengun lah cucu ku. Nenek akan memberikan hadiah apapun yang kau mau untuk mu nak"
Nenek menangis sesegukan sambil terus merapalkan do'a di hatinya.Tak lama Ayah Jungkook keluar dari ruangan itu.
"Sudah tak ada jalan lain nyonya Kim..."
Ucap Dokter Jeon.***
Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit......
Alat detektor jantung sudah tak mendeteksi detak jantung apapun.
***
Tepat 5 Desember hari ini. Hari ulang tahun He-Ran.
Beberapa orang berpakaian hitam-hitam dengan beberapa membawa payung mengelilingi pusara.
Orang tua Jimin, Dokter Jeon, Jungkook, Minhoo, Sandy, Hana, Nenek, Seok Jin, Ibu Hyera, Hyera berada di sana dengan Jimin yang terduduk sambil mengusap pusara itu. Semua orang berduka. Tak ada satupun yang tidak menangis. Mereka menangis sampai sesegukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
But I Still Want You "1st" Ver (COMPLETED-END)
FanfictionAku yang bodoh, selama ini tak pernah menganggap mu. Aku yang bodoh selalu menepis perasaan mu, tapi aku sendiri tak bisa mengabaikan mu. Tapi, aku sadar sekarang walau terlambat. Bisakah kau tetap disini karna aku masih ingin bersama mu lebih lama...