Chapter 17

2K 138 6
                                    

Aloha... sebelumnya sorry nih ya... kalo misalkan lanjutan chapter ini aneh atau apa. Jujur gue bingung sendiri😖

ARGHHHH! Kesel gue njir😤 lah napa jadi gue emosi? Auah kzl gue. Badmoot gegara onoh. Ituloh... onoh si B:(

*Jadi curhat si authormah nggelo.

Langsuyyy baca aja lah.

Typo bertebaran.
Happy readin9;)

***

"Ups! Sorry habisnya tangan gue gatel. Okay kenalin kalo gitu. Gue Stela. Tunangan. Andra!" Ujarnya dengan penekanan di dua kata terakhir.

Milka menaikan sebelah alisnya berfikir. Tunangan? Jelas-jelas bonyok Andra sama nyokap gue hari itu hampir jodohin gue sama tuh curut. Dasar cabe ngaku-ngaku aja lo! Cuih kepedean tingkat otak petrik lo. Batinya.

"Terus? Hubunganya sama gue apa?" Tanya Milka tak faham.

Stela tersenyum meremehkan. "Lo gak tau? Apa pura-pura gak tau? Jelas-jelas belakangan ini gosip tentang Andra lagi deketin lo itu udah nyebar seantero sekolah! Dan... kalo bukan lo yang kecentilan Andra gak mungkin mau sama cewek kayak lo. Cewek apaan lo, cuek, dingin, cantik kagak, apalagi badan lo itu kayak papan triplek. Gak masuk sama kriteria Andra Rovalno Haris!" Tuturnya.

Milka awalnya cuek-cuek saja namun setelah mendengar penuturan badanya seperti papan triplek dia tidak terima akhirnya ia membatin.

Papan triplek pala lo kotak! Jelas-jelas badan gue body goals gini. Kalo gue mau, gue bisa aja bales lo sekarang juga, lo belum tau gue kayak gimana. Dirumah aja gue berani sleding abang gue sendiri. Masak lo doang gak bisa. Gampil! Batinya geram menatap Stela dengan tatapan mencoba sedatar mungkin.

"So? Itu aja yang mau lo bilang ke gue? It's okay. Mending sekarang lo lepasin gue." Pinta Milka.

Stela melotot. Baru kali ini ada korban bulynya yang menghinanya. Sial!

"Gak segampang itu. Gue akan lepasin lo tapi lo harus jauhin Andra. Kalo misalkan gue liat lo lagi deket atau berdua sama Andra gue gak akan segan-segan ngelukain lo. Faham?" Ancamnya yang hanya mendapat tatapan datar dari Milka.

"Lo faham gak! Hm?" Milka mengangguk. "Iya."

Sebelum membebaskan Milka, Stela ingin mencoba melukainya sedikit.

Milka menaikan sebelah alisnya. "Apalagi? Ud---- AWWWW!" Stela menendang kaki Milka tepat di tulang keringnya.

Milka menahan emosinya. Ingin rasanya ia mencabik-cabik muka si cabe ini.

"Sakit gak? Enggak ya. Ok. Gue kasih satu lagi deh, itung-itung oleh-oleh dari gue sebelum lo keluar."

Stela mendekat dan langsung menarik rambut Milka ke belakang dan menginjak kakinya dengan keras. Membuat Milka meringis kesakitan.

Milka ingin membalasnya saat ini juga. Namun karena tangan dan kakinya diikat ia jadi tak bisa apa-apa mengingat kakinya juga sakit.

Padahal baru sembuh dari keseleo eh malah dikasih sakit lagi dibagian kaki. Tulang kering pulak.

Stela melipat tanganya di dada. "Ok. Cukup sampai disini aja, bye!" Ia melepaskan ikatan di tangan Milka dan kakinya kemudian langsung melenggang pergi. Meninggalkan Milka yang memegangi kakinya dan mengelus-elus kepalanya kemudian berganti mengelus-elus pipinya yang masih sedikit panas akibat tamparan Stela yang bisa dibilang cukup keras.

"Psycho dasar!" Ia mencoba berdiri dan berjalan keluar gudang.

Milka berjalan sempoyongan, jadi setiap di perjalan ingin ke kelas, ia selalu memegangi tembok guna untuk menopang tubuhnya.

Milka's Destiny {On Going} Belum Di REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang