Sudah dua hari Milka tidak masuk sekolah karena kakinya yang masih sakit dan belum di peruntukan untuk berjalan.
Sekarang ia sedang duduk sambil bersandar di kepala ranjang. Bosan. Itu yang ia rasakan selama tak sekolah.
Milka menghela nafas lalu menghembuskanya. "Bosen gilaa." Ucapnya sedikit keras sambil meremas rambutnya kasar.
"Dek lo kenapa sih!" Reon tiba-tiba membuka pintu kamarnya dan berdiri di ambang pintu.
Milka menoleh ke Reon yang hari ini tidak masuk kuliah dikarenakan mamahnya tadi sebelum berangkat bekerja menyuruhnya untuk merawat Milka.
Merawat? Yakin?
Apaan, bukanya di rawat baik-baik adiknya malah di cuekin mulu. Ngasih minum aja kalo dia baru ngomong haus, kalo gak ngomong-ngomong gak akan dikasih minum. Nyebelin kan.
"Gue tuh kesel ya sama lo," Milka menggantungkan ucapanya dan Reon semakin masuk kedalam kamarnya dan duduk di tepi ranjang. "Kesel kenapa sih?" Tanyanya.
Milka berdecak. "Lo kan di suruh rawat gue. Tapi malah sibuk sendiri. Temenin gue ngobrol kek atau ajak gue keluar rumah. Bosen kali!" Ocehnya panjang lebar.
"Kaki lo lagi kayak gitu malah minta keluar rumah. Ogah. Nanti lo minta gendong lagi. Punggung gue gak rela yang buat ngangkat badan lo yang beratnya ngelebihin karung beras. Encok bisa-bisa." Ujarnya membuat Milka memukul lenganya.
"Badan body goals gini, entenglah!" Bela Milka tak terima berat badanya di lebih-lebihkan.
Reon terkekeh kemudian mengusap puncak kepala Milka lembut. "Lo istirahat aja Mil. Kaki lo masih bengkak nanti tambah bengkaknya gimana? Lagian gue masih penasaran kenapa kaki lo bisa sampe kayak gitu." Ucap Reon lembut.
Milka menepis tangan Reon dari atas kepalanya. "Sok-sok'an peduli lo. Lagian kali gue kayak gini tuh ya karna udah takdir lah." Jawab Milka melenceng.
Reon berdesis. "Mil lo gak bisa boong sama gue. Udah jujur aja kaki lo kayak gitu kenapa? Gue abang lo, gue sayang sama lo dan gue gak mau lo kenapa-napa." Ucap Reon sedikit pelan.
Milka berfikir coba saja yang bicara seperti itu orang yang ia cintai. Pasti bengkak di kakinya langsung kempes. Tapi ia bersyukur juga karna kakaknya sangat menyayanginya walaupun bikin kesel.
"Idih perhatian banget sih abang gue ckckckc." Milka mencubit kedua pipi Reon gemas. Membuat Reon kesal lalu menepisnya.
"Gak usah alihin pembicaraan." Ucap Reon tegas membuat Milka diam dan bingung harus jawab apa.
Jujur?
Ia bisa saja berkata jujur hanya saja ia malas menceritakanya. Pegel mulutnya nantinya pikirnya.
"Udah tinggal cerita aja. Jangan males ngomong cuman karna takut pegel mulut lo." Reon seperti bisa menebak apa yang dipikirkannya.
Milka menghela nafas berat sebelum akhirnya menatap Reon dan mulai menceritakan semuanya.
Dari mulai ia sebenernya menyukai Andra, lalu ia di fitnah kemudian Andra mulai menjauhinya dan tentang akibat kakinya sampai bengkak. Tak lupa ia juga menceritakan tentang masalah pesan yang sempat ia baca di handphone Justin.
"Anjir. Lo di fitnah tapi gak ngomong terus lo diem aja? Goblok!"
Milka membalakan matanya. "Heh! Gue juga udah bela diri gue sendiri. Tapi tuh si Stela terus-terusin mojokin gue." Ujar Milka.
"Ck iya-iya. Terus sekarang lo masih suka sama Andra anjing itu?" Tanya Reon membuat Milka sedikit ingin tertawa namun ia tahan.
"Gue lagi berusaha move on." Jawa Milka sambil tersenyum.
Reon membelai rambut Milka. "Kalo dia bikin lo sakit hati lagi. Bilang ke gue biar gue buat tuu mukanya jadi buntelan kentut." Ucap Reon membuat Milka langsung memeluknya.
"Iya." Ia melepaskan pelukanya dan wajahnya seketika berubah menjadi bingung.
"Kenapa?" Tanya Reon melihat perubahan raut wajah Milka.
"Emmm gue masih kepikiran sama pesan Andra. Menurut lo-" perkataan Milka terpotong oleh reon.
"Lo berfikir kalo dia suka sama lo?" Bukanya menjawab Reon malah bertanya balik.
Milka menggaruk tengkuknya. "Emm gak tau sih. Belum pasti." Jawabnya.
"Gue juga sebenernya mikir gitu. Tapi di lain sisi gue juga mikir kalo dia bukanya udah punya pacar? Terus tuh anak ngapain suka sama lo?"
Milka mengedikan bahunya sambil menggeleng. "Gue juga gak tau. Dan ya, sebenernya tuh anak playboy bang. Tapi saat pacarnya udah bangun dari komanya dia langsung tobat dan gak mainin cewek lagi. Tapi dia sempet deketin gue mulu sih." Ujar Milka.
"Pantesan tuh anak playboy. Gak heran juga kalo dia suka sama dua cewek. Lo sama si yang namanya siapa tadi Mil. Ucil?" Tanya Reon.
"Icha bang?" Koreksi Milka.
"Nah ya itu. Udahlah lo gak perlu berharap lagi sama tuh anjing. Nanti bisa-bisa lo sakit hati lagi. Dan buat Stela nanti gue lapor ke mamah biar Stela di laporin ke kepala sekolah." Milka melotot ketika mendengar ucapan Reon.
"Dih jangan bang. Nanti malah gue semakin di buly lagi." Sergah Milka harap-harap abangnya mengerti.
"Tapi dia udah buly lo sampe kayak gini, kalo di diemin aja bisa-bisa tuh anak ngelunjak. Lagian cuman karna cowok titisan anjing dia masa sampe rela ngelakuin gini. Dasar!" Oceh Reon membuat Milka geleng-geleng karna abangnya sudah seperti emak-emak.
"Namanya juga udah di butakan sama cinta bang. Jadi otaknya langsung gila. Udah deh mending gini aja. Kalo Stela ngelakuin yang lebih jauh dari ini, gue akan biarin lo ngomong ke mamah untuk lapor ke kepala sekolah. Gimana?" Milka tersenyum berusaha meredakan emosi abangya.
"Yaudah deh kalo itu mau lo. Tapi gue minta ke lo janga deketin si Anjing itu lagi. Bahaya." Reon memperingatkan.
"Dih, gue sih gak pernah tuh deketin si Andra. Paling juga dia yang selama ini deketin gue secarakan gue ini memang cantik." Milka mengibaskan rambutnya. Menyombongkan diri.
Reon memukul pelan puncak kepala adiknya. "Sombong lo. Padahal cantik kagak, muka pas-pas'an aja juga. Mendingan gue, ganteng. Banyak yang udah ngantri buat jadi pacar gue, tinggal gue pilih aja kalo mau." Koni giliran Reon yang menyombongkan diri.
"Gue aduin ke kak Silvi mampus lo!" Ancam Milka.
Reon mengalah. "Iya-iya. Gue bercanda doang. Yaudah gue keamar lo istirahat aja." Reon mengecup pipi Milka sebelum akhirnya ia berlari cepat keluar kamar Milka.
"Enak aja lo main cium-cium. Gue haru basuh pake tanah 7 kali inimah!" Teriak Milka kencang.
"Pake tanah bekas pup si kucing peliharaan sebelah aja Mil!" Teriak Reon tak kalah kencang membuat Milka memukul sebelah kasurnya yang kosong.
"Anjir." Umpatnya.
Ia mengubah posisinya menjadi berbaring dan mencoba tidur siang saja.
***
Ting Tong
Rani, Milka dan Reon yang sedang makan malam mendengar suara bel berbunyi.
Mikka menoleh ke mamahnya. "Siapa sih ma. Malem-malem tumben." Ucapnya.
"Mamah juga gak tau sayang, yaudah biar mamah bukain aja. Kalian lanjut makan aja. Bentar ya." Rani segera berdiri kemudian berjalan menuju pintu utama.
Ia membuka pintu rumah kemudian berjalan ke arah pagar rumahnya. Di luar pagar ia jelas melihat kendaraan seseorang. Tak ingin berfikir lama ia kemudian membuka pintu pagar sampai terlihat jelas siapa sang pemilik kendaraan itu.
❤❤❤
Yang mau di feedback bisa komen ya.
Vote wajib gaes wkwkw🌟
Komen di setiap paragraf juga boleh awokawok😅💬
KAMU SEDANG MEMBACA
Milka's Destiny {On Going} Belum Di REVISI
RomanceAndra semakin menggenggam erat tangan Milka. "Please, bertahan Mil. Kamu harus kuat hiks... hiks.." Air matanya jatuh mengenai tangan Milka. Milka hanya tersenyum. Senyum yang memancarkan kepedihan. "Ish Ndra. Kam-kamu jangan nangis dong." Tanganya...