Secarik Surat

665 41 11
                                    

"Milka sayang." Panggil Rani, di tengan kegiatan makan malam.

Milka yang duduk di depan Rani yang hanya berbatas meja makan bergumam sambil mengunyah. "Tadi itu si Andre tiba-tiba telfon mamah. Katanya dia kangen kamu loh." Ujar Rani.

"Terus?"

Reon yang ada di meja makan ikut menimpali. "Milka katanya udah gak peduli lagi mah sama Andre. Gak tau tuh anak kenapa."

Milka langsung mengambil selembar tisu yang sebelumnya sudah ia buat menjadi bola. Lalu melemparnya ke wajah Reon.

Reon memungut tisu yang tadi dilemparkan adiknya ke wajahnya. "Yee...benerkan? Lo sendiri yang ngomong ke gue." Lalu balik melempar.

Rani melerai. "Heh heh, kok jadi lempar-lemparan tisu sih. Udah-udah," Rani menoleh ke anak gadisnya. "Milka, mamah cuma kasih info aja. Tadi siang pas mamah di kantor, Andre bilang kalo dia kangen kamu. Dia mau main tapi jauh." Alis Milka menaut seketika.

"Hah, jauh gimana si mah? Rumah dia gak jauh-jauh amat sama komplek rumah kitakan."

"Itu si emang iya. Tapi maksud jauh itu karena dia udah gak tinggal di indo lagi. Cukup lama si dia pindah." Rani berjalan menuju dapur untuk mencuci piring.

Sedangkan Milka masih mencerna. Jadi karena itu dia sudah tidak pernah bertemu dengan Andre lagi kalau di sekolah. Andre sudah pindah ke luar negeri bahkan tidak mengabarinya. Ck

"Oh pantes gak pernah keliatan di sekolah. Pindah toh..." gumam Milka pelan tetapi pemilik telinga di sebelahnya cukup bisa mendengar apa yang di gumamkan. Ia mengambil air minumnya dan menenggaknya.

Reon mejawil dagu Milka. "Kangen ya..." godanya. Milka melirik sinis ke sebelahnya. "Gak lah!"

"Ye...nggegas segala mba."

"Bodo."

***

Andra melirik arloji yang di pakainya. Pukul 05.00. Sungguh ini adalah hal terlangka bagi Andra karena tiba di sekolah lebih awal. Bahkan awal sekali.

Ia melakukannya bukan semata-mata ingin menjadi murid yang terlihat rajin dengan datang ke sekolah di pagi buta. Bahkan ia yakin sekali murid yang rajin sekalipun tidak datang di pagi buta seperti ini. Ia tertawa memirkirkan apa yang ia lakukan.

Kakinya terus melangkah ke depan. Bukan untuk ke kelasnya melainkan tempat loker seseorang yang ia taksir. Milka.

Ia mengambil sesuatu dari tasnya kemudian menyelipkannya di loker sang pujaan hati yang terkunci. Sungguh miris, ternyata lokernyapun tak jauh berbeda dengan hati si penggunanya. Sama-sama terkunci.

Itulah yang ia pikirkan. Walau tak yakin hati itu benar-benar terkunci karena ia yakin bahwa kunci itu adalah dirinya.

Setelah selesai melakukan aksinya. Kakinya melangkah   keluar gedung sekolah. Ya, ia akan kembali kerumah untuk sarapan karena tadi saat ke sekolah ia tak sempat sarapan. Lagipula tujuanya ke sekolah di pagi buta seperti ini hanya untuk menyelipkan secarik kertas di loker sang pujaan hati.

Ia akan kembali ke sekolah 10 menit sebelum bel berbunyi.

***

Jam pelajaran pertama kelas XII IPA 2 telah usai dan segera di ganti oleh mata pelajaran olahraga. Semua murid-murid berjalan menuju toilet untuk berganti pakaian.

Bukan ke toilet melainkan kaki Milka melangkah menuju lokernya berada. Ia ingin mengambil baju olah ragannya yang selalu ia taruh di loker sehari sebelum hari dimana mata pelajaran olahraga berlangsung.

Itu adalah salah satu kebiasaanya karena ia tau diri bahwa ia pelupa.

Saat ia ingin membuka lokernya. Matanya menangkap secarik kertas yang di hias cukup cantik. Dahinya mengernyit heran. Siapa yang menaruh kertas se cantik ini di lokernya.

Kepalanya menoleh ke kanan-kiri berharap matanya menangkap seseorang yang mungkin saja bersembunyi di balik tembok untuk memantaunya. Tapi nihil. Di sini ia hanya sendiri, tidak ada murid lain selain dirinya.

Milka menghembuskan nafasnya sebelum tanganya terulur untuk mengambil sekaligus membuka kertas---mungkin lebih tepatnya sebuah surat---- yang cantik.

Matanya membaca serius setiap kalimat yang tertulis di atas lembar kertas. Alisnya menaut. Rasa penasaran bercampur kesal menyergapnya.

Siapa yang memberikan surat menyebalkan ini padanya? segera ia melipat kertas itu kemudian memasukanya ke saku baju. Tanganya mengambil sesetel baju olahraga sebelum melangkah menuju toilet dengan perasaan dongkol.

Saat berganti baju, pikiranya terus saja menuju si pengirim surat. Siapa?

------------------------------------------------------

For Milka

Gue kira lo cewe yang baik. Gue kira lo cewe yang cukup pinter.

Tapi ternyata perkiraan gue salah. Lo cuma cewe yang terlihat seperti kurang belaian. Hahaha. Lo pikir selama ini gue deket sama lo itu karena mau berteman? Big no!

Lo tuh cuma cewe yang kurang belaian. Keliatan banget! Sok jadi pendiem di depan tapi di belakangnya jauh dari kata pendiem. Hidup lo penuh drama banget si. Gak capek?

Lo kayak gitu karena gak laku apa gimana? Apa perlu gue bantu cariin jodoh buat lo. Cowo yang bisa terus NGEBELAI lo sampe puas?!:^

Dasar PHO.

B-I-T-C-H

From : HRA:)
------------------------------------------------------

***

Tbc

Welcome guysss....😂

Kangen gakkk....

Eh, kira-kira itu suratnya parah banget. Ngerendahin milka banget:((


BANJIRIN KOMEN DONGG:(((

Milka's Destiny {On Going} Belum Di REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang