SEBELUM BACA, SAYA MAU KASIH LINK PROLOG CERITA TIOOH. https://my.w.tt/mUi6n5QYIY
SILAHKAN DIBACA!! MUNGKIN ITU SALAH SATU PETUNJUK YANG MENGARAH KE ENDING CERITA:)
***
Cahaya hangat sang mentari sudah menerobos masuk ke kamar Milka melalui sela-sela jendela, dan bunyi alarm jam beker juga sudah berbunyi beberapa waktu lalu. namun si pemilik kamar tetap tidak terusik akan hal itu. Tubuhnya masih betah di baluti selimut tebal.
Semalam ia membereskan kamar yang sudah seperti kapal pecah ke awal semula dengan di bantu Reon. Karena ini ulahnya jadi ia harus bertanggung jawab, namun untuk coretan di tembok, mereka tidak bisa membersihkanya. Milka menyarankan untuk di timpal oleh cat yang warnanya sama saja, namun Reon bilang sisa cat yang ada di gudang sudah habis. Jadi dengan perasaan masih kesal Milka menghela nafas kemudian langsung menuju atas kasur dan terlelap, meninggalkan Reon yang masih berdiri di kamarnya.
Milka bergelut dari tidurnya. Ia duduk dan menyandar di kepala kasurnya sambil merenggangkan otot-otot yang kaku.
Ia melirik jendela kamar yang memancarkan sinar hangat sang mentari dengan tersenyum. Namun senyum itu sirna ketika ia menyadari bahwa ini sudah siang. Yang artinya, ia terlambat ke sekolah!
Milka menyibak selimutnya kemudian berlari ke kamar mandi. Setelah selesai, ia segera berlari ke lantai bawah.
Sepi. Tentu sepi. Tanpa perlu berfikir ia sudah tau kemana dua penghuni lain yang tinggal satu atap denganya.
Rani----mamahnya---- tentu ia sudah berangkat bekerja atau bisa saja semalam ia tidak pulang. Untuk Reon, dia pasti sudah berangkat lebih dulu karena tidak mau telat hanya karena dirinya.
Akhirnya Milka berangkat ke sekolah sendiri.
***
Sampai di depan gerbang sekolah ia berhenti. Menatap pos yang ada disudut gerbang dengan pemikiran bingung. Ia lupa jika pak Agus sudah tidak ingin membantunya lagi, jadi ia haru apa?
"Manjat tembok belakang sekolah aja yuk." Milka langsung menoleh kebelakang dan menemukan Justin dengan senyum kudanya.
"Susah." Milka mengeluh karena memanjat tembok yang rata itu pasti sulit dan membuang-buang tenaga. Dan Milka tidak mau buang-buang tenaga hanya untuk masuk ke sekolah.
Justin geleng-geleng kepala karena Milka terlihat menggemaskan. Tanpa izin ia langsung menarik Milka ke belakang sekolah. Milka hendak protes namun terlalu malas protes. Entah kenapa.
Justin menunjuk pohon mangga besar di depan mereka. "Lo bisa manjat pohon dulu biat bisa ke atas tembok. Paham?" Tanpa banyak babibu. Milka langsung memanjat pohon walaupun harus mengeluarkan tenaga.
Ia duduk di atas tembok dan menunduk untuk melihat Justin di bawah sana. "Ayok naik. Gur duluan ya... makasih tin. Dah!" Dengan beraninya ia melompat dari atas tembok.
Ia mendengus sedikit kesal karena pendaratanya gagal. Bukan kaki yang menginjak tanah dulu melainkan bokongnya. Walau terasa nyeri di bagian bokongnya, ia tetap tidak membuat suara aduhan karena sakit. Takut nanti urusanya makin lama.
Milka berjalan ke kelasnya. Ia sudah sampai di dekat kelasnya yang sepertinya ramai sekali. Sebelum masuk, ia mengintip ke jendela dan melihat ke depan.
"Alhamdulilah... gak ada guru. Pantesan." Kemudian ia melakah masuk.
"Kok telat lagi sih Mil?" Maya berkaca pinggang sambil berdiri dari duduknya untuk memberikan akses Milka duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milka's Destiny {On Going} Belum Di REVISI
RomanceAndra semakin menggenggam erat tangan Milka. "Please, bertahan Mil. Kamu harus kuat hiks... hiks.." Air matanya jatuh mengenai tangan Milka. Milka hanya tersenyum. Senyum yang memancarkan kepedihan. "Ish Ndra. Kam-kamu jangan nangis dong." Tanganya...