37

1K 118 30
                                    

Sebenarnya Justin tak menepati janjinya kepada Milka jika ia tidak akan lama. Toh, Milka sendiri tak mempermasalahkanya. Bahkan sekarang mereka sedang berada di tempat pedagang seblak langganan Milka.

Hari ini Milka sangat senang, karena pertemananya dengan Justin sudah membaik.

"Mil, itu seblak punya lo gak pedes apa?" Tanya Justin, matanya mengintip seblak yang warnanya sangat merah dan itu sedang Milka makan tanpa rasa takut.

Sebelum menjawab, Milka meneguk air mineral yang tadi Justin beli. "Pedes, tapi enak! Lo mau? Nihh, aaaaa." Justin menjauhkan wajahnya ketika Milka mengulurkan tanganya yang berisi sendok dengan seblak miliknya.

Berasa kayak bukan temenan melainkan sepasang kekasih. Itulah tanggapan anak remaja yang juga sedang memakan seblak di tempat yang sama atau hanya sekedar membeli, tapi mereka masih menyempatkan untuk melihat dua sejoli itu.

Iri

Itulah perasaan para jomblowers yang tengah ikut menonton.

Milka menahan tawanya karena dari raut wajah Justin ia bisa lihat jika Justin sangat takut saat ia menyuruhnya makan.

"Udah ayo, coba dulu. Masa cowok takut pedes! Dasar cemen!" Dengan segera Justin mengubah raut ketakutanya menjadi datar tapi lucu.

"Gue gak cemen. Oke, gue makan. Sini." Justin merampas sendok yang masih setia Milka pegang kemudian ia mulai memasukan seblak yang sudah ada dalam sendok itu ke mulut.

Jujur. Setelah mencoba seblak milik Milka, keringat mulai bercucuran padahal ia hanya mencicipi sesendok. Justin langsung meneguk minumnya. Sedangkan Milka tertawa melihat reaksi Justin yang sangat lucu.

Tanpa disadari Milka, sambil meminum minumanya, Justin juga mencuri pandang kearahnya saat tertawa. Ia hanya mengulas senyum sambil minum melihat Milka yang sepertinya bahagia.

Setelah menghabiskan seblaknya masing-masing mereka memutuskan pulang karena ini sudah malam dan Milka berkata bahwa ia lelah dan ingin segera berbaring dikasur. Justin dan Milka membelah jalanan ibu kota dengan suasana hati gembira.

Angin malam membuat bulu kuduk Milka berdiri karena dingin. Justin yang sesekali  memperhatikan Milka lewat kaca Spion tau bahwa Milka sedang kedinginan. Ia menepikan motornya kemudian turun dari motor membuat Milka mengerutkan keningnya.

"Kenapa berenti? Terus lo ngapain turun?" Tanya Milka yang masih duduk di atas motor.

Justin tak menghiraukan pertanyaan Milka, ia hanya fokus melepas jaketnya kemudian menyelampirkanya di kedua bahu Milka. "Pake. Udaranya dingin. Nanti lo kemasukan setan." Setelah mengucapkan hal konyol itu Justin langsung menaiki motornya lagi dan langsung melajukan motornya kembali.

Sedangkan Milka hanya berenggut kesal tapi sedikit senang. Ia membenarkan jaket yang tadi Justin selampirkan di bahunya dengan benar-benar ia pakai.

***

Andra sudah sampai di rumah depan rumah Milka. Ia memarkirkan motornya di depan pagar, kemudian ia turun dan melihat pagar rumah Milka ternyata tidak di gembok. Dengan cepat Andra masuk setelah berhasil membuka pagar rumah Milka.

Ia berdiri di depan pintu utama yang tertutup dan terkunci.

Tok tok tok

Andra mengetok pintu tak lupa dengan dibarengi salam terkadang juga ia memencet bel rumah. Tapi sudah sekitar lima menit-an masih belum ada tanda-tanda orang akan membuka pintu.

Sampai akhirnya Andra mencoba sekali lagi berhasil. Pintu berhasil terbuka lebar, tapi orang yang membuka pintu bukan sosok gadis yang sekarang sedang ia cari atau wanita yang telah melahirkanya. Melainkan dia adalah kalaknya. Mampus.

Milka's Destiny {On Going} Belum Di REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang