Prolog

2.3K 249 36
                                    

"Cari dan tangkap mereka, hidup atau mati!"

Teriakan bergema di tengah hutan, membuat sepasang kekasih terkesiap.

"Mereka tiba!" seru sang pria menatap liar ke arah sekeliling dengan napas terengah. Sisa-sisa air danau masih menetes dari rambut hitam yang terkepang ketat di punggung. Ekspresi wajahnya waspada. "Kita harus tetap bergerak."

Wanita di hadapannya mengangguk walau kelelahan masih terlihat jelas di wajahnya. Gaun hijau berlengan putih dengan kerah cheongsamnya meneteskan air. Dia berusaha bangkit berdiri walau kakinya terasa lemas. Determinasi kuat terlihat di wajahnya yang pucat.

Haken berusaha menahan diri dari membantu kekasihnya berdiri. Dia memandangi Isla bertumpu pada kedua tangannya, sebelum dengan satu dorongan kuat akhirnya berdiri walau limbung. Haken harus meredam refleksnya untuk mengulurkan tangan dan menopang Isla. Teriakan-teriakan dari pengejar mereka semakin keras, tanda bahwa bahaya mendekat.

"Ayo Isla!" Pandangan Haken menyapu pepohonan yang mengelilingi mereka. Pemuda itu lalu mematahkan sebuah ranting dan mengulurkannya pada Isla.

Gadis itu tersenyum sebelum menggenggam ranting itu di ujung yang berbeda. Haken membalasnya dengan senyuman. Walau tidak bersentuhan langsung, kedekatan ini tetap terasa menyenangkan. Ingin rasanya menyesap waktu-waktu hening ini lebih lama tapi keadaan berkata berbeda. Haken harus tetap fokus bila dia ingin menyelamatkan dirinya dan Isla.

Kedua orang itu berlari menembus pepohonan, tidak memedulikan tebasan ranting pohon yang menorehkan luka dan merobek pakaian. Gemerisik daun mengikuti mereka di belakang. Haken dapat melihat lidah-lidah api mengambang di antara rimbun hutan. Para pengejarnya. Dia sendiri mengandalkan cahaya bulan untuk melihat, tidak bisa mengambil resiko menyalakan api untuk penerangan. Mereka harus menyembunyikan diri, sampai tujuan mereka terlihat.

"Ah!"

Haken merasakan tarikan dari belakang. Dia menoleh dan menyadari bahwa Isla sudah tersungkur. Baju dan wajahnya tercoreng tanah. Gadis itu meringis, rambutnya yang berwarna biru dan berpendar pelan kusut dan terlepas dari ikatan tunggal. Perhiasan mutiaranya tercabik dan putus tapi bagi Haken, kecantikan Isla tidak pudar. Iris sewarna batu safir memandang pemuda di hadapannya teguh. Dengan susah payah, gadis itu berusaha bangkit. Dia memegangi tongkat yang menghubungkannya dengan Haken seakan seluruh nyawanya terhubung di sana. Haken tidak mengecewakannya dengan menahan berat tubuh Isla, menjadi tumpuan baginya untuk berdiri. Namun, ketika kaki kiri Isla menjejak lantai hutan, pekikan sakit kembali lolos dari mulutnya.

"Isla!" Haken mati-matian menahan diri dari menyentuh gadis itu.

"Kakiku terkilir," ucap Isla di tengah helaan napasnya. Wajahnya berkerut menahan sakit. "Tinggalkan aku dan larilah ke Dunia Kedua. Di sana kau akan aman."

Haken menggeleng. "Tidak. Alasanku ke sana adalah untuk bersamamu. Untuk apa jika aku harus hidup tapi sendiri? Tinggal sedikit lagi kita akan sampai. Kita akan berjuang atau tertangkap."

Pemuda berbadan kekar itu mengulurkan kembali tongkat penghubung mereka. Isla meraihnya dan berusaha berjalan walau menahan ngilu. Kakinya berdenyut setiap kali dia terseok. Kecepatan mereka jauh berkurang, tapi tidak sedikit pun ada ragu dalam setiap langkah yang diambil. Sementara keributan makin mengejar, Haken dan Isla menyadari bahwa hutan mulai terlerai. Pepohonan berkurang dan sekeliling mereka berubah menjadi bebatuan tandus. Menyadari bahwa mereka semakin dekat dengan tujuan mereka, Haken dan Isla mempercepat langkah. Rasa sakit dikalahkan oleh antusiaisme yang juga menulikan telinga mereka dari gemerisik dedaunan yang makin keras di belakang mereka.

Mereka terus berjalan dan berjalan hingga hutan benar-benar lenyap dan mereka dapat melihat ujung perjalanan mereka. Sepotong tebing batu berwarna suram yang menjulang tinggi. Hanya itu. Tidak ada portal, tidak ada sesuatu yang magis, tidak ada cahaya. Tidak ada tanda-tanda pintu ke dunia lain seperti yang mereka harapkan.

[END] Dunia KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang