Chapter 27

154 40 8
                                    

Mata Alex terbuka. Terkesiap sambil menarik napas dalam-dalam. Untuk sesaat dia diam, lalu mengerjapkan mata beberapa kali untuk mengumpulkan kesadaran. Langit-langit kamarnya kembali menyambut ketika pemuda itu mendapati dirinya berada di atas tempat tidur. Lagi-lagi dia tidak ingat kapan dia memutuskan berhenti melukis dan beristirahat. Alex berdecak. Semakin lama, mimpi-mimpi ini semakin mengganggu. Awalnya hanya mengusik rasa penasarannya, kini mimpi itu mengganggu tidurnya. Pemuda itu mulai meragukan kewarasannya.

Sambil mendesah, Alex bangkit dari tempat tidurnya dan melihat sekeliling. Matanya berhenti pada kanvas yang tak lagi putih, tapi berisi adegan di mana Isla duduk di atas batu sedang memandang ke arah Haken dengan latar hutan dan danau. Mata biru gadis itu tampak lembut dan penuh cinta. Pemuda itu menahan napas. Alex bertanya-tanya bagaimana dia bisa menggambar sehidup itu.  Dia menggambar itu dalam tidurnya sambil bermimpi seperti kesetanan karena Alex tahu, dia tidak mungkin melukis secepat dan seakurat itu.

Pemuda itu menggeleng berusaha menyingkirkan perasaan tidak nyamannya. Terlalu nyata, terlalu mengganggu. Alex merasa dirinya menjadi Haken.

Alex menepuk pipinya berkali-kali, menyingkirkan perasaan ganjil yang tersisa. Dia turun dari tempat tidur. Waktunya kembali ke dunia nyata. Masih banyak yang harus dia lakukan. Alex menguatkan tekadnya dan melihat jam di ponsel. Sudah lebih dari tengah hari. Kemungkinan besar dia kembali ke tempat tidur ketika fajar.

Hari ini adalah waktunya. Pemuda itu menghela napas penuh antisipasi. Dia melihat ponsel dan mendapati tiket ke Bangkok sudah terkirim ke surel beserta booking pass.  Penerbangannya menjelang tengah malam. Dia memiliki waktu beberapa jam untuk bersiap dan meninggalkan tempat itu untuk selamanya.

Namun, benarkah ini yang dia inginkan?

Percakapannya dengan Illa dan Sienna kembali terputar di kepalanya. Sanggupkah dia melihat dunia yang dia kenal hancur atau meninggalkan Sienna dalam bahaya?

Kepala Alex sakit ketika memikirkan kemungkinan Sienna akan terlibat perebutan kekuasaan yang terjadi. Jika Illa dan Lady Bedelzve pergi, otomatis posisi Nael menjadi rawan. Bukan tidak mungkin keluarga WIlloughby akan dihancurkan untuk mengurangi oposisi. Dada Alex serasa diremas oleh tangan tak terlihat ketika membayangkan hal itu menjadi kenyataan. Dia tidak mempertimbangkan ini ketika dia kabur. Tidak mengira pamannya akan pergi meninggalkan mereka dan tidak ikut campur lagi dalam Dewan.

Haruskah dia kembali?

Alex tidak tahu. Rasa bersalah dan ketidakpercayaan diri menggenggam erat kesadarannya. Dia tidak tahu apakah keberadaannya akan mengubah sesuatu. Mungkin, lebih baik dia berada jauh ketika keluarganya mengalami kehancuran daripada dia harus melihat hal itu dengan mata kepala sendiri.

Pemuda itu meremas kaos biru dongker yang dia pakai. Hatinya tidak tenang. Rasanya seluruh keputusannya salah. Baik tinggal atau pergi.

Mencoba mengabaikan yang terjadi, Alex memutuskan untuk mandi. Guyuran air dingin membuat bebannya sedikit terangkat. Rasa segar membasuh tubuhnya, meluruhkan pikiran kalut. Ketika keluar dari kamar mandi, Alex memutuskan untuk terus melakukan rencananya. Jika memang Takdir ada dan mengatur segala sesuatu seperti yang dikatakan oleh Illa, mungkin saja ada intervensi yang membuatnya membatalkan pelariannya. Mungkin. 

Pikiran bodoh. Namun mengapa Alex mendapati dirinya berharap?

Menghela napas, Alex mengirim pesan ke Illa, menceritakan secara singkat mimpinya. Dia sudah berjanji memberi tahu perkembangan terbaru dari mimpi ajaib itu pada Illa, terlepas dari dia sudah tidak lagi peduli pada mimpi tentang Haken dan Isla. Tidak lupa dia memberi tahu Illa kapan dia berangkat. Setelahnya, Alex mengirim pesan ke agennya untuk datang karena dia baru saja menyelesaikan satu lukisan lagi dan dia membutuhkan sebanyak mungkin uang agar bisa bertahan di tempat baru. Tiket melintasi setengah bumi telah menguras tabungan Alex yang dia kumpulan berbulan-bulan terakhir.

[END] Dunia KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang