Chapter 9

424 84 16
                                    

Alex kembali ke kamar apartemen dan langsung mengganti pakaiannya yang basah karena keringat, sekaligus mandi. Dia mengambil sebuah kaos berwarna kelabu dengan motif pisang sebagai gantinya. Setelah memakai celana rumah yang nyaman, Alex melakukan apa yang harus dia lakukan, memasang pelindung di sekitar apartemennya.

Dia keluar dari kamar sambil membawa empat buah tabung sebesar kelingking dengan batu berwarna coklat di tengahnya. Sambil bersiul santai, dia mengelilingi gedung apartemen dan meletakkan satu dari setiap tabung di sudut-sudut bangunan. 

Begitu semua selesai diletakkan, sebuah garis sinar meluncur dari setiap batu, melengkung melewati tinggi gedung dan bersatu membentuk kubah berwarna coklat transparan dengan dihiasi ribuan huruf kuno, membentuk kata-kata perlindungan. Alex tersenyum puas, tapi pekerjaannya belum berakhir. Alex sadar betapa cerobohnya dia selama ini. Hanya memberikan satu pelindung di sekitar kamarnya, sementara penyerangnya adalah klan yang bisa mengepungnya dalam waktu singkat.

Sedikit paranoid, Alex menambahkan beberapa perangkap tambahan, termasuk sihir yang menjebak mereka ke dimensi berbeda. Dia memastikan bahwa kamarnya tidak tertembus tanpa izin. Setelah selesai, kaos kelabunya kembali basah oleh keringat. Matahari sudah bergerak ke barat dan cahayanya melemah. Pada saat itu Alex mendengarkan perutnya protes karena belum diisi dengan layak sejak pagi. Setelah berganti pakaian (lagi), Alex segera memanaskan lasagna beku di microwave lalu makan dengan sunyi, sambil memerhatikan ruangan tempatnya tinggal. Barangnya memang tidak banyak, Alex memang tidak berminat tinggal terlalu lama di sana. Sejak awal, dia sudah berniat pergi sejauh mungkin dari New York, tempat ayahnya berada dan dari London tempat rumah keluarga besarnya berada. Setelah mendapatkan cukup uang dan koneksi, dia berpikir untuk menghilang ke Asia di mana pengaruh keluarganya paling lemah.

Namun, apakah itu yang dia inginkan?

Cerita Illa tentang kondisi Dewan yang dipimpin oleh keluarga Willoughby membuat Alex tidak tenang. Lagipula, ada salahnya hingga situasi sekarang terjadi. Apakah keluarganya dapat bertahan bila terjadi pemberontakan? Bagaimana dengan kakak dan ayahnya? Bagaimana dengan dunia sihir bila mereka terpecah belah?

Alex menghela napas dan menenangkan diri. Dia menghapus bayangan buruk di kepalanya dengan keyakinan bahwa Illa dan Lady Bedelzve tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Benar, ini bukan pertama kalinya Dewan tidak memiliki penerus. Sejarah panjang dunia sihir tidak selamanya mulus tapi selalu ada Penjaga yang mengawal agar kejadian terburuk tidak terjadi. Alex memasukkan lasagna terakhir ke mulutnya dan mengunyah. Dia melanjutkan rencananya. Toh sejak awal, dia tidak pantas menjadi penerus ayahnya.

"Sepertinya kau bekerja keras."

Alex terlonjak berdiri dan tersedak oleh makanannya. Illa yang tiba-tiba muncul segera menawarinya segelas air yang dia ambil entah dari mana. Alex menghabiskan dua menit berikutnya untuk menelan dengan benar.

"My goodness! Tidak bisakah Paman masuk dengan cara biasa?!" seru Alex dengan napas terengah. "Dan bagaimana caranya Paman bisa menembus semua pelindungku?!"

Pria di hadapannya hanya menyunggingkan senyum lebar. Tampak kalau dia menikmati keterkejutan Alex.

"Kau akan belajar melakukannya," balas Illa santai. "Aku ingin masuk lewat pintu tapi kau sudah memasang Penyembur Api, Pelempar Batu, dan Pengurung Dimensi. Jadi aku mencari cara yang lebih mudah." Illa berjalan mendekati meja kecil serbaguna tempat di mana mangkuk sisa lasagna berada lalu duduk di salah satu kursi kayu. "Jadi apa yang ingin kau ceritakan? Aku sudah menyerahkan dua orang itu ke asisten ayahmu. Mereka akan membereskan masalah ini dan mencatat semuanya untuk dibawa ke pertemuan."

Alex melemparkan tatapan kesal kepada Illa sebelum duduk di depan pria yang berpenampilan seperti biasa, setelan jas hitam dan kemeja putih tanpa dasi. Sejauh yang dia ingat, Illa selalu memakai pakaian yang sama. Hanya sesekali saja dia melihat Illa memakai pakaian yang lebih kasual.

[END] Dunia KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang