Chapter 37

353 48 0
                                    

"Kau tidak kembali bersamaku?" tanya Alex ketika mereka keluar dari ruang pertemuan ketua suku Shui. Matanya memandang Haken dengan tatapan tidak percaya. "Apa kau uakin?"

Kepala suku muda di hadapannya kembali menggeleng tanpa tenaga. Ekspresinya tampak kalah. "Aku tidak memiliki pilihan. Jika Dewa pergi, harus ada yang tinggal dan memastikan perintah Dewa dilakukan. Kohen tidak siap menjadi kepala suku dengan keadaannya dan Kenan belum ditemukan."

Haken mengertakkan gigi menahan emosi. Tangannya terkepal erat di kedua sisi tubuh.

"Aku tidak bisa tenang sampai dia tertangkap dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dia bisa kembali dan membuat kekacauan lagi. Harus ada yang menghentikannya dan hanya aku yang bisa."

Alex terdiam. Bahu Haken turun sementara matanya kehilangan cahaya. Pemuda itu tampak menyedihkan, terjebak antara suku dan kekasihnya yang menunggu. Alex ingin menunda kepulangannya dan membantu tapi dalam kondisi saat ini, hal itu tidak mungkin. Dia harus menyelamatkan Sienna.

"Lalu bagaimana dengan Isla?"

Pertanyaan itu terasa pahit di lidah Alex, tapi dia harus melemparnya demi mendapat jawaban. Dia juga ingin tahu sejauh mana tekad Haken untuk menjaga sukunya.

Pertahanan Haken runtuh. Dia mengambil napas tajam. Tubuhnya limbung dan harus bersandar pada tembok bangunan. Napasnya berat menahan emosi yang bergejolak. Alex menatapnya prihatin ketika mata pemuda itu berkaca-kaca. Namun dia memutuskan diam dan menunggu Haken menguasai diri. Resiko menjadi seorang pemimpin, tanggung jawab pribadi dan kepentingan orang banyak dapat berbenturan, memilih salah satunya tidak pernah mudah.

Haken mengambil napas dalam beberapa kali sebelum dia mendapatkan suaranya. Dia mengangkat kepalanya dan menatap Alex dengan tekad baja yang membuat Alex kagum.

"Aku mohon, Dewa. Jaga dia. Aku hanya meminta kebahagiaannya ...."

"Kau menyerah?" tanya Alex, terdengar dingin tapi dia benar-benar ingin tahu apa yang dipikirkan Haken. Padahal baru beberapa jam lalu dia melarikan diri ke Dunia Kedua demi bersama Isla.

"Aku tidak menyerah," potong Haken cepat. "Aku akan kembali ke Dunia Kedua, entah bagaimana. Setelah aku menyelesaikan tugasku di sini, aku akan mencari cara agar aku bisa bersama Isla."

"Walau saat itu puluhan tahun telah berlalu dan mungkin Isla sudah melupakanmu?" tanya Alex menyelidik. Dia ingin tahu sampai mana tekad Haken.

Untuk sesaat Haken gamang, tapi dia segera menyingkirkan pemikiran itu dan mengangguk tanpa ragu. "Aku berdoa untuk kebahagiaan Isla. Jika saat itu aku bukan bagian dari kebahagiaannya, selama aku bisa melihat dirinya kembali, itu sudah cukup."

Naif.

Itu yang dipikirkan oleh Alex. Dia seperti melihat dirinya sebelum melakukan kesalahan yang membuat Sienna lumpuh. Menganggap bahwa semesta akan mendukung keputusannya dan entah bagaimana dia akan menemukan jalan untuk mempertahankan idealisme. Namun pengalaman mengajarkannya bahwa tidak semua hal berjalan sesuai dengan kehendak. Keterbatasan adalah bagian dari kemanusiaan. Dia bukan seperti paman Illa atau Lady Bedelzve yang memiliki kemampuan luar biasa. Bahkan jika mereka berdua tampak tak terkalahkan, Alex sadar, tetap ada hal-hal yang tidak bisa dikendalikan.

"Tapi jika selamanya kau tidak bertemu dengan Isla, apakah kau siap?"

Haken menarik napas dan tercekat. Mata hitamnya bergetar menatap Alex. Kenyataan memang pahit tapi itu harus ditanggung oleh seorang pemimpin, sama seperti Alex harus mengakui bahwa kesalahannya telah membuat Sienna lumpuh dan menerima hal tersebut untuk melangkah maju, untuk terus berjalan walau ada jejak kepedihan yang tertinggal. Kekuatan seperti itu yang dia butuhkan, hal yang diajarkan oleh Illa di akhir hidupnya.

[END] Dunia KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang