Sudah tiga puluh menit, bahkan lebih, Arya menunggu Abia di sini. Akhirnya, karena menyadari tidak ada tanda-tanda Abia tersadar dari pingsannya, Arya memilih memanggil dokter yang tadi berjaga di UKS.Khawatir terjadi sesuatu yang lebih serius pada gadis ini. Setelah meminta izin untuk membawa Abia sendiri dengan jaminan kartu pelajarnya, Arya sekarang sudah membopong Abia menuju mobilnya.
Begitu sampai di Rumah Sakit, seorang Dokter perempuan memandang Abia terkejut. Arya yang menyadari kalau Dokter tersebut mengenal Abia langsung saja meminta pertolongan.
Cintya memandang terkejut gadis yang tak sadarkan diri di hadapannya.
"Kenapa Biya bisa kayak gini?" tanya Cintya pada Arya.
"Dia kayaknya dihukum lari keliling lapangan, Dok. Terus dia pingsan sama mimisan," jelas Arya cepat.
"Udah berapa lama dia nggak sadarkan diri?"
"Hampir satu jam." Jeda sejenak, "Dokter ... siapanya Abia?"
"Saya Tantenya," jawab Cintya singkat setelahnya memasuki ruang IGD.
***
"Bisa kita bicara?" Cintya berucap membuat Arya mengalihkan atensi.
Cowok bertubuh tegap itu berdiri dengan wajah cemas. "Abia gimana, Dok?" Arya mengalihkan topik.
"Itu yang mau saya bicarakan. Bisa ikut ke ruangan saya?" Arya mengangguk.
Begitu sampai di ruangan Dokter yang ia ketahui bername tag Cintya A. Itu, Arya dipersilakan duduk.
"Oh iya ... nama kamu siapa?" tanya Cintya teringat sesuatu.
"Arya, Dok. Arya Januar Malik." Arya berucap sopan.
"Temennya Biya apa pacarnya, nih?" goda Cintya sembari membuka laci mejanya.
"Otw Pacar, Dok," jawab Arya iseng.
"Eh ... nggak nyangka si Biya udah mau punya pacar aja." Cintya tersenyum hangat. Arya hanya mengangguk kikuk.
"Jadi ... Abia gimana, Dok?" Arya kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama sedari tadi.
Cintya tersenyum simpul. Pemuda di depannya ini sepertinya benar-benar khawatir akan keadaan keponakannya. Sepertinya dia bisa diajak berkompromi, pikir Cintya.
"Sebelumnya ... kamu bisa janji nggak, kalau udah tau semuanya kamu harus nyembunyiin ini dari siapapun termasuk Abia sendiri. Jangan cerita sama Biya kalau kamu tau hal ini!"
"Memangnya ada apa, Dok?" Arya bertanya penasaran.
Cintya sodorkan sebuah amplop putih dengan logo Rumah Sakit yang di tempatinya sekarang. Arya semakin dibuat bingung.
"Ini apa?" Arya semakin mengernyit heran.
"Buka aja." Cintya berucap lirih.
Dan, tepat ketika Arya berhasil mengetahui isi amplop tersebut, bersamaan dengan kesimpulan yang ia dapati, pria itu mematung tak percaya.
"Ini ... ini ... ini nggak beneran kan, Dok?" Arya membulatkan mata terkejut.
Cintya tak menjawab. Memilih mengalihkan pandangan guna menahan diri sendiri untuk tidak terlihat sedih.
"Maka dari itu, Arya. Dokter mohon banget sama kamu, bisa kamu jaga dia? Abia itu tertutup. Karena sama Tante pun dia nggak pernah mau nyeritain masalahnya." Cintya berucap memohon.
Arya dibuat bingung dengan situasi saat ini. Bagaimana bisa dia mendapat amanah untuk menjaga seorang gadis? Di saat mereka saja baru bertemu dua kali. Tapi, akhirnya ia mengangguk saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIA [TAMAT]
Jugendliteratur"Izinin gue peluk lo. Ini yang terakhir." *** Sejak beranjak remaja, Abia mulai sadar terlahir bodoh adalah sebuah dosa. Dulu, ia pikir Ayah membencinya karena terlalu sering melakukan kesalahan. Tapi, kenapa setiap Kakaknya melakukan kesalahan, Bis...