Karena terus bungkam dan tidak mau bicara, Kaisar marah pada Abia. Pria sipit itu jadi mendiamkannya sekarang.
"Gimana cara ngomongnya?" gumam Abia masih sambil berbaring menyamping di kasur.
Kepalanya masih diliputi banyak pertanyaan. Tapi, karena tubuhnya yang rupanya belum membaik, Abia memilih membolos sekolah lagi hari ini.
Tulang belakangnya masih terasa nyeri. Jangan tanyakan kepalanya yang malah semakin berdenyut sakit hari ini.
"Argh! Emang dasar tubuh sialan! Kenapa kambuhnya pas lagi sama Bang Kai?!" geram Abia sambil berguling-guling di kasur frustasi.
Sebenarnya, sekarang Abia lapar. Tapi, karena tidak berani bertemu Kaisar, gadis itu berdiam diri di kamar. Baru saja hendak memejamkan mata, sebuah notifikasi pesan mengusiknya.
085339******
Hai, Metta! Apa kabar? Kalau masih sakit, jangan sekolah dulu, ya!
Katakan 'Ya' jika kamu sayang Arya :v
Abia terkekeh geli membaca pesan itu. Darimana Arya mendapat nomor ponselnya? Apa pria itu meminta pada sahabat-sahabatnya?
Menyadari ada orang yang memperhatikannya, Abia tersenyum. Kenapa dia merasa sedikit bahagia? Mengabaikan sejenak rasa laparnya, perempuan itu memilih bangkit menuju kamar mandi.
Dia akan sekolah saja hari ini. Entah kenapa, dia ingin bertemu Arya.
****
"Metta!" Sebuah teriakan dari arah belakangnya membuat Abia membalikkan tubuh.
Arya berlari ke arahnya di antara koridor yang ramai pagi itu.
"Apa?" Abia bertanya malas begitu Arya sudah berdiri tepat di depannya.
"Kenapa lo sekolah? Lo belum sembuh. Seharusnya kan lo istirahat di rumah. Astaga! Lo bandel banget sih!" Arya berucap kelewat panik sekaligus lebay--menurut Abia.
"Lebay banget sih lo! Gue sekolah kenapa lo yang repot?" Abia bertanya sembari terkekeh geli.
Melihat ekspresi cemas Arya malah membuat sesuatu di dalam diri Abia membuncah dan menimbulkan kesan menyenangkan. Entah perasaan apa namanya.
"Udah ah, gue mau masuk ke kelas. Lo nggak usah heboh kayak gini. Masuk sekolah nggak bakal bikin gue sampai masuk rumah sakit juga."
Abia berjalan meninggalkan Arya. Tapi, cowok itu malah menarik tas Abia dari belakang membuat langkah Abia tertahan.
"Apa lagi?"
"Gue anter, yaa?" Arya menawarkan.
"Terserah."
****
Di sepanjang koridor menuju kelasnya, Abia dibuat mengernyit keheranan karena beberapa siswi menjerit dan beberapa lainnya memandang tajam. Apa saja yang ia lewatkan setelah tidak masuk 3 harian ini?
"Ar ... mereka kenapa? Kok tatapannya kayak zombie kelaperan gitu?" Abia bertanya lirih.
"Mereka emang lagi laper. Kayaknya pengen makan lo." Arya malah menyahuti dengan canda.
"Aissh ... serius, Bambang!" kesal Abia ngegas.
"Nama gue Arya!" Arya menyahut tak kalah ngegas.
Begitu sampai kelas pun, Abia harus rela menjadi sasaran pertanyaan netizen budiman yang tak lain adalah sahabat-sahabatnya sendiri.
"Itu Abia, Astaga! Dia sama Arya itu loh. Beneran Arya!" Violyn berteriak dari dalam kelas.
"Tuh anak ngilang tiga hari, pas balik udah dapet gebetan aja." Alea menggeleng-geleng takjub.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIA [TAMAT]
Teen Fiction"Izinin gue peluk lo. Ini yang terakhir." *** Sejak beranjak remaja, Abia mulai sadar terlahir bodoh adalah sebuah dosa. Dulu, ia pikir Ayah membencinya karena terlalu sering melakukan kesalahan. Tapi, kenapa setiap Kakaknya melakukan kesalahan, Bis...