Hari sudah malam dan Sara belum juga sadar.
Dan disinilah kedua orang tua Sara sekarang.Benar kata Samuel,orangtuanya masih lebih mementingkan kondisi Vera dibandingkan Sara.
Pintu ruangan terbuka dan muncullah seorang dokter bersama suster.
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin,namun dia tak kunjung sadar dan dia kritis" ujar dokter itu.
"Apakah kami bisa mengunjungi nya dok?" tanya William.
"Bisa,hanya saja harus menggunakan pakaian yang telah disediakan dari rumah sakit," ujar dokter itu. "Dan sepertinya kamu tidak perlu ke ruangan saya lagi,karena saya sudah menjelaskan apa yang diderita pasien" lanjut dokter itu.
Air mata Zeffany mengalir begitu saja dan ia jatuh pingsan.
"Ma...mama!" panggil Jovian.
"Sebaiknya panggil suster lain" ujar dokter itu.
Zeffany pun dibawa ke ruangan lain.
Tinggallah Samuel bersama dengan dua orang pecundang ini.
Mereka hanya diam. Samuel bangkit berdiri dan masuk ke ruangan Sara.
Setelah Samuel menggunakan pakaian khusus dari rumah sakit,dia berjalan menuju Sara.
Dilihatnya tubuh yang sangat lemah dan tak berdaya milik Sara. Rambutnya yang lepek akibat darah yang mengalir membasahi rambutnya.
Samuel menggenggam tangan Sara,"Kamu harus kuat ra" ujar Samuel.
Tes.
Air mata Samuel jatuh begitu saja."Gue gak bakalan sanggup kehilangan lo," ujar Samuel. "Bangun dong ra" lanjutnya.
Sara tidak memberikan reaksi apapun.
Samuel menghela nafas panjang,"Gue sayang sama lo" ungkap Samuel.
Sara menggerakkan jarinya yang aa digenggaman Samuel.
Samuel yang sadar langsung bergegas memencet tombol berwarna merah didekat Sara.
Tak lama kemudian dokter datang bersama dua orang perawat.
Samuel pun sudah berada diluar ruangan.
Selang beberapa menit,Jovian dan Vera datang bersama Michael.
"Bagaimana keadaan Sara?" tanya Michael.
"Sedang ditangani oleh dokter" jawab Reyhan.
Mereka semua memanjatkan doa dan pengharapan yang sangat besar agar Sara bisa kembali sadar dan berkumpul bersama lagi.
Dokter keluar dari ruangan,"Kami sudah bekerja semampu kami.Namun Tuhan berkehendak lain,pasien dinyatakan meninggal dunia" ujar dokter itu. "Saya turut berduka" lanjut dokter itu.
Bagai petir di siang bolong,mereka semua hanya kaget tidak bisa berkata apa-apa.
"Almarhum pasien mengalami komplikasi banyak penyakit,sebab itu kami tidak bisa bekerja dengan mudah karena penyakit yang sensitif" ujar dokter itu.
"Sara!!" teriak Samuel dengan air mata yang sudah berjatuhan. Samuel pun berlari memasuki ruangan Sara,diikuti yang lainnya.
Samuel tidak melihat adanya lagi alat bantu Sara untuk bertahan hidup,alat-alat itu sudah dilepas.
Samuel memeluk erat tubuh Sara,"Cepat banget lo ninggalin kita ra!gue gak bisa percaya semua ini!" jerit Samuel histeris.
Rasa penyesalan dan rasa bersalah semakin menyelimuti perasaan William.
William tidak mampu berkata lagi,dia hanya bisa berdiri dengan kaki yang lemas dan tatapan sendu.
Lain dengan Vera yang sadar tadi memeluk erat Reyhan dan menangis dalam dekapannya.
Jovian juga meneteskan air matanya,berbeda dengan Michael yang masih menatap lurus Sara.
Michael mengingat kembali apa yang pernah ia lakukan pada gadisnya ini.
Dia tidak pernah membuat gadisnya ini bahagia,justru dia mengekang gadis ini. Michael tidak pernah lagi melihat senyum yang terlukis dari bibir gadis itu. Hidup Sara seperti air mengalir yang terus berjalan namun tidak berwarna. Dia sudah berprasangka buruk pada gadisnya,dia terlalu sibuk dengan Vera.Michael menyesal tidak pernah memperlakukan gadis ini dengan baik.
Michael berjalan mendekati Sara,Samuel yang mengerti pun langsung bergeser.
"Sebenarnya papa gak kuat bilang ini!" seru Michael. "Papa minta maaf karena papa gak bisa melakukan apa yang seharusnya seorang ayah lakukan pada gadisnya" lanjut Michael.
"Kamu terlalu kuat menghadapi semua ini,maaf karena papa gak pernah peka sama kondisi kamu," ujar Michael. "Papa gak pernah lagi lihat senyum dari kamu."
"Kamu yang tenang disana,istirahat lah" kata Michael sambil mengelus kening Sara.
"Mungkin disana adalah tempat istirahat yang terbaik untuk kamu" ujar Michael.
"Papa kehilangan satu gadis yang pantang menyerah," ungkap Michael. "Hiks...Papa belum siap kamu tinggalkan!" teriak Michael begitu pilu membuat yang lainnya menangis semakin dalam.
"PAPA!!" teriak Jovian,Vera dan William dengan kuat.
Michael jatuh dan terus memegang kuat dadanya.
Vera menangis dan memeluk papanya erat,"Papa kenapa?" tanya Vera.
"Panggil dokter!" seru Jovian.
Reyhan pun berlari menuju dokter.
Tak lama kemudian,Michael langsung diperiksa oleh dokter.
"Pasien mengalami penyakit jantung yang akam kambuh jika merasa kaget dan khawatir yang berlebihan,jika tidak ditangani dapat menimbulkan banyak masalah bahkan bisa meninggal dunia" ujar dokter itu. "Saya permisi" lanjutnya.
Inilah yang disebut karma.
cerita ini banyak silent readers. Sedih aku tuh. Ayo,keluar dong para silent reader...
BUAT YANG BELUM FOLLOW,LANGSUNG FOLLOW YA.
BUAT YANG BELUM VOTE,BALIK LAGI KE CHAPTER AWAL,VOTE YANG BELUM KAMU VOTE!!!
wkwk...
Mau tau profil lebih gue,check aja di:
INSTAGRAM| @devi.crdlMaaf ya teman-teman kalau aku sering unpublish part nya.. Semangat
KAMU SEDANG MEMBACA
SARAVERA [COMPLETED]
Novela JuvenilSara terlalu kuat untuk remaja seusia nya. Selalu serba salah? Saudara yang tak acuh? Dianggap sebagai pembawa sial? Percayalah! Sara tidak menginginkan itu semua. Sara pikir penderitaan nya hanya sampai disitu saja. Bahkan lelaki yang di cintai ny...