Awal Masa Depan

631 46 7
                                    

   "Maaf, saudara Febri.. Kami sudah putuskan untuk menutup kasus kehilangan adik anda.. Karena ini sudah melebihi  batas waktu pada umum nya.." Ucap salah seorang kepala polisi di kantornya.

"Saya mohon, pak.. tolong lebih diusahakan.." Ucap Febri memohon dengan genangan air mata di pelupuk matanya.

"Kami sudah berusaha semampu kami, tapi kami mohon maaf.. kami hanya bisa berusaha sampai batas ini saja.. " Ucap pak polisi itu sambil meminta maaf sedalam-dalam nya.

"Hikss.. la-lalu apa keputusan akhir nya pak?..hikss"  Ucap Febri dengan kegelisahan yang luar biasa.

"Adik anda.."

"Sudah dipastikan meninggal"

DEG!!!

    Oh God!

    Rasanya Febri ingin mati saja untuk menyusul Nadia 'kesana', jika memang iya adiknya benar-benar meninggal dunia. Tubuh nya lemas, seolah raga tanpa nyawa. Pandangan nya sedikit kabur, kepala nya pusing, dan air mata tanpa henti terus mengalir.

    Mengapa? Mengapa dunia ini begitu kejam?

   pertama ia harus menerima kenyataan pahit bahwa ia lahir tanpa orang tua, lalu yang kedua ia mendengar kabar bahwa ia dan Nadia adalah anak yang di buang oleh orang tua mereka sendiri. Lalu sekarang? Apa ini? Ia harus menerima fakta bahwa Nadia sudah.. meninggal..

"ANDA PASTI SALAH, AHJUSSI!! APA BUKTI NYA KALAU ADIK SAYA SUDAH MENINGGAL, HAH?!” Teriak Febri sambil menggebrak meja, hingga membuat petugas yang berjaga melihat kearah nya.

"Tenang! saya  mohon anda untuk tenang dulu.."Polisi itu berusaha menenangkan Febri.

"TENANG? ANDA PIKIR SAYA BISA TENANG KETIKA ANDA SEENAKNYA MENCAP ADIK SAYA SUDAH MATI? APA-APAAN INI, Cih" Ucap Febri benar-benar marah.

"Dari seluruh data yang kita punya, mulai dari kerusakan motor yang ditimbulkan.. darah yang ada di tempat kejadian.." Ucap polisi itu sambil menyodorkan sebuah berkas.

"Dan waktu menghilang yang sudah tidak wajar, sudah dipastikan adik anda sudah dipastikan meninggal.."

"Nadiaaa!!! Hiikss..hikss.." Febri pun terduduk lemas dilantai sambil menangis sekuat-kuat nya.

     Sudah tidak ada lagi alasan ia untuk hidup sekarang. Hidup nya adalah Nadia, nafas nya adalah Nadia, kebahagiaan nya adalah Nadia, dan bahkan nyawa nya pun adalah Nadia. Tapi sekarang? Nadia sudah tidak ada.

  Untuk apa ia hidup sekarang?

    Kepala nya berat sekali, deru nafas nya memburu. Seolah seluruh beban berat di letakkan di punggung nya. Tubuh nya melemas, pandang nya kabur, dan seketika..

"FEBRI!! NAK..BANGUN NAK!!"

    Febri pingsan ditempat dengan air mata yang masih mengalir. Sang polisi itu pun beranjak dari tempat duduk nya, dan meminta bantuan tim nya untuk membawa Febri kerumah sakit.
.

.

.

.

.

.

.

.

  Satu hari setelah kejadian febri pingsan, dia di larikan ke salah satu rumah sakit di Seoul. Dan saat ini jam menunjukan pukul 06.30 KST

     Warna putih mendominasi diruangan ini, Febri tengah terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Infusan pun masih menancap di salah satu tangan nya. Matanya kini kian lama terbuka, semakin lama semakin membulat, walau cahaya lampu kamar ini seperti menusuk indra penglihatannya.

Who Are You??  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang