Tulisan tercetak miring, belanda.
V Pov
Malam hari di kota Amsterdam saat ini tengah turun salju pertama, yang membuat suhu semakin dingin.
Mungkin semua orang lebih memilih mendekam di dalam rumah, duduk di dekap perapian dengan secangkir teh hangat tentunya.
Tapi tidak denganku yang saat ini masih saja berkeliaran di luar rumah.Kalian pasti sudah mengenalku bukan? Jadi aku tak akan mengulangi untuk perkenalan.
Dari sini aku sudah dapat melihat toko yang sedari tadi menjadi tujuanku keluar malam malam ini.
Membuka pintu kaca itu dengan perlahan, mengambil sebuah troli dan menuju rak rak yang penuh akan aneka ragam bahan makanan.
Mengambil beberapa bahan makanan dan memasukkannya ke dalam troli.
Seharusnya sore tadi aku membeli bahan persediaan makanan, tapi karena soobin anakku merengek ingin pergi ke taman, jadi ya mau bagaimana lagi?Mengingat hal itu membuatku berhenti sejenak, apa yang soobin inginkan?
Ah sebaiknya aku belikan saja roti, sekalian untuk beomgyu.Perlahan aku kembali mendorong troliku yang sudah akan penuh itu menuju bagian rak buah, tapi seketika tubuhku kaku.
Di sana, seorang pria dengan jaket bulu tengah mengambil beberapa buah apel. Pria yang amat ku kenali dan sangat ku hindari beberapa tahun belakangan ini.
Sebelum pria itu menyadari keberadaanku disini, dengan segera aku berbalik mendorong troli dengan sedikit tergesa menuju meja kasir." Bisa kau hitung belanjaanku? "
Ujarku sedikit tergesa dan memaksa.Wanita berkaca mata itu mengangguk dan tersenyum manis. Dengan lihai menghitung semua belanjaanku.
Kemudian aku menyodorkan beberapa lembar euro dan segera berlalu, namun suara seseorang yang sudah lama tak pernah terdengar itu kini menghentikanku, refleks aku menahan nafas.
" sorry, je brood is givallen (Maaf, rotimu terjatuh) "
Tampa menatap wajahnya, aku segera mengambil roti yang ia pegang,
" Bedankt (Terimakasih) ".
Jawabku cepat dan segera berlalu,Jantungku terus berpacu, tak menghiraukan salju salju yang menerpa diriku.
Hanya satu tujuanku saat ini,
Pulang.
Soobin, aku membutuhkannya, sangat.
Melihat pria tadi membuatku kembali takut, apakah ia akan membuat hidupku kembali hancur?
Walau tak begitu jelas, tapi aku masih sangat ingat dengan wajah bahkan suaranya itu.Tampa mengucapkan salam, aku langsung masuk meletakkan belanjaanku tadi dengan sembarangan.
" V? Apa yang terjadi? "
Tampa menghiraukan pertanyaan jimin, aku segera memasuki kamarku, kamarku dengan soobin.
Dapat ku lihat, wajah polosnya terlelap dengan damai.
Perlahan aku mendekat, membaringkan tubuhku di sampingnya dan memeluknya dengan erat, seakan ia akan pergi meninggalkanku.Sungguh, kali ini aku tak bisa menahan diriku lagi, setelah sekian lama akhirnya aku kembali menangis.
" Hiks... "
Aku hanya dapat terisak, membenamkan wajahku di punggung mungilnya.
" Mama?... "
Ah sepertinya aku membangunkannya.
" Mama menangis? Mama kenapa menangis? ".
Tanya nya lagi.Aku hanya mengusap wajahku dengan kasar, sial air mata ini tak bisa di ajak kompromi!