13

14.8K 1.3K 8
                                    














V sedari tadi tak henti hentinya tersenyum melihat tingkah lucu anaknya itu.

" Mama, soobinie sudah tampan kan? "

Pertanyaan itu terus saja ia lotarkan entah untuk yang keberapa kalinya.

" Kau sudah sangat tampan sayang.... "
Jawab V lagi dan lagi dengan senyum.
Bocah itu tampak tersenyum menampakkan gigi susu nya yang berjejer rapi.

Tapi tak sampai di situ, bocah itu tampaknya tak kenal lelah, mulutnya kembali terbuka hendak bertanya kembali sepertinya.

" Mama, papa ada di rumahkan? .... "

Sejenak V terdiam, tapi kemudian ia mengangguk.

" Ya, semoga saja "

Semuanya kembali hening. Hanya deru mesin mobil sebagai pengisi kekosongan.

" V, apa kau yakin? "

V menoleh ke samping, Suga menatapnya dengan ragu akan tindakan yang di ambil adiknya itu.

" Aku sudah sangat yakin hyung. Semoga ini jalan yang terbaik untukku "

Jika sudah begini, suga tak dapat berbuat apa apa lagi, dia hanya bisa menghela nafas.
Mobil mereka berhenti tepat di depan gedung apartemen tempa kediaman sementara jungkook.

" V, ingat. Jika dia kembali membuatmu kecewa, datanglah segera pada kami. Aku dan jimin akan selalu menerimamu  karena kau adikku, kau keluargaku.
Katakan padanya, jika dia berani membuatmu atau soobinie kembali menangis, aku tak akan segan segan memukulnya hingga ia harus ku bedah sekalipun! "

V tersenyum lembut, dan mengangguk semangat.

" Pasti hyung. Kalau begitu, kami pergi dulu "

Setelah itu V keluar bersama soobin. Bocah itu tampak semangat saat memasuki gedung itu, membuat banyak orang terkikik gemas di buatnya.

" Mama, ayo mama cepat!... "

Mereka berdua memasuki lift menuju lantai paling atas gedung itu. Setelah tiba di lantai atas, soobin keluar terlebih dahulu, berlari kecil menuju pintu satu satunya itu.

" Mama buka pintunya... "

V menatap pintu itu dengan ragu, apakah ia harus mengetuknya atau langsung masuk saja?

Guncangan dari soobin menyadarkannya, jari lentiknya menekan password yang masih ia ingat dengan betul.

Klik

Ah ternyata, jungkook tak mengubah kata kunci itu, tanggal lahir soobin.

Dengan semangat soobin berlari masuk ke dalam apartemen itu.
V menatap sekeliling, keadaan masih sama seperti terakhir kali ia pergi dari sana.

" Mama, kenapa sepi sekali? Dimana papa? "
Soobin tampak bingung menatap ruangan besar itu yang begitu amat sepi.

V tersenyum.
" Mungkin papa sedang tidur? Atau sedang pergi? "

" Coba kita lihat kamar, ayo! "
Soobin kembali menarik tangan V, menyeretnya menuju pintu kamar yang sempat ia tempati itu.

Cklek

Hal pertama yang mereka lihat adalah gelap, hanya sedikit penerangan dari lampu tidur di meja nakas.

Tapi mata seorang anak kecil seperti soobin nampaknya lebih jeli daripada V.

" Papa! "

V hanya bisa mematung di pintu melihat anaknya sedang memeluk seseorang yang sedang duduk di sudut tempat tidur membelakanginya, yang di yakininya adalah jungkook.

Pria itu lantas berbalik, saat merasakan tangan mungil memeluknya dari belakang tak lupa panggilan yang begitu, ah entahlah.

" Soobinie?.... "
Jungkook tampaknya masih terkejut dengan apa yang terjadi. Tapi ada yang aneh, suara pria itu tampak bergetar dan lemah, apa dia baru saja menangis?

" Papa, kenapa kamarnya kelam? Binie tidak bisa melihat papa dengan jelas "

Klik

Seketika lampu ruangan itu terang, V dapat melihat jelas wajah jungkook terlihat sembab dan lebih pucat.

" Soobinie? Ini kau nak? Soobin- "

Bruk

" PAPA!!! "
Teriak soobin ketika mendapati jungkook yang tiba tiba tak sadarkan diri.

" MAMA!!!!.... "

V dengan cepat membantu jungkook untuk berbaring di tempat tidur, tubuh pria itu terasa sangat panas rasanya.
Sejujurnya V begitu terkejut saat soobin berteriak begitu kencang.

" Mama, papa kenapa? Kenapa papa tidak bangun bangun? "
Bocah itu tampaknya begitu khawatir, dengan mencoba tak ikut panik, V hanya bisa memeluk anaknya.

" Mama tidak tau, mama akan menelepon dokter dulu okay? Sudah jangan menangis "

V meraih ponsel dan menelepon dokter kepercayaan keluarga yang tak lain teman suga.

Tak lama seseorang pria berbadan tegap dengan setelan khas dokter memasuki apartemen dan langsung memeriksa jungkook.

Sedangkan soobin tak henti hentinya terus menangis  V saja sampai kewalahan di buatnya.

" Bagaimana keadaannya ? "

Dokter itu menatap V sejenak sebelum mengelus kepala Soobin tak lupa dengan senyum.

" Dia hanya terkena demam, dan juga kekurangan nutrisi, membuat maag nya kambuh  usahakan ia harus makan dengan teratur kalau tidak lambungnya akan terluka nantinya. Aku tadi juga sudah menyuntikkan vitamin.
Kau tenang saja, dan ini obatnya. Setelah ia bangun tolong berikan obat ini dan jangan lupa dia harus
makan "

" Terimakasih dokter "

" Sama sama. Jika ada apa apa jangan sungkan meminta bantuanku okay.
Dan kau jagoan, jangan menangis lagi, seorang jagoan itu tidak boleh menangis, nanti papamu sedih lho? "
Lanjut dokter.

" Dokter sudah tahu? "
V menatap dokter itu dengan pandangan terkejut.

" Suga memberitahuku "
Jawabnya dengan senyum.
" Kalau begitu aku pamit undur diri "
Lanjutnya.

V mengangguk dan mempersilahkan dokter itu.
V menatap soobin yang sedang memeluk jungkook, ia ikut berbaring di samping pria itu, tangisnya sudah reda hanya tinggal cegukan yang belum juga hilang karena efek menangis terlalu lama.

" Soobinie, bisa tunggu di sini? Mama ingin membuat makanan sebentar "

Soobin langsung  mengangguk dan kembali memeluk leher jungkook dan membenamkan wajahnya di dada papanya.
V yang melihat itu tak kuasa menahan sesak di dadanya, tak ingin berlama lama ia langsung beranjak ke dapur.

" Apa aku begitu jahat selama ini memisahkan mereka? Salahkan aku egois? "
Ucapnya lirih.
Matanya menatap sendu keluar jendela dapur itu.

Tak mau berlarut terlalu lama, V segera mencari bahan bahan yang bisa ia gunakan untuk membuat makanan.
Gerakan nan begitu lincah ia lakukan, membuatnya tak terlalu susah dalam mengerjakan pekerjaan.

Selagi menunggu masakan nya matang, V memilih membersihkan ruangan itu.

Please, Dont CryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang