" V bagaimana dengan yang ini? "
Jimin mengarahkan sekotak kue kering berbentuk hati yang baru saja mereka buat ke arah V.
" Bisa kau coba? Apa ada rasa yang kurang? "
Lanjut jimin.V mengambil sepotong dan memakannya pelan, dan mengangguk.
" Enak. Rasanya pas, tidak ada yang kurang kok "
Jawab V dengan senyum tipis.Jimin melihatnya, senyum itu tampak begitu sendu. Walau V selalu menampakkam senyumnya, tapi tetap saja raut kesedihan itu terlihat.
Jimin perlahan mendekat, menyentuh pundak rapuh itu dengan lembut.
" Apa yang kau fikirkan? "
V melihatnya ragu namun tetap menggeleng.
" Tidak ada "Jimin menghela nafas sejenak sebelum kembali menatap V.
" V, aku tau kau berbohong saat ini "
V hanya bisa menunduk, ia tak berani menatap jimin, karena jimin benar.
" Kau saudaraku, kau adikku, aku tau dirimu walau kita bukanlah satu aliran darah. "
V menatap jimin dengan pandangan berkaca kaca, sungguh ia sangat bersyukur memiliki keluarga ini.
" Kau pasti memikirkan kejadian kemarin bukan? "
Tepat sasaran. V langsung memalingkan wajahnya menatap kosong ke arah meja di depannya.
" V, lihat aku "
Jimin menarik dagu V agar menghadap dirinya.
" Apa segitu marahnya kau terhadap jungkook, hingga kau tak bisa
memaafkannya? "" Jim, aku ingin sekali memaafkannya tapi aku tak bisa! Setelah apa yang dia lakukan terhadap kami, aku sungguh tak bisa. Dulu dia mengatakan bahwa dia tak menginginkanku dan soobin yang jelas jelas- "
" Aku tau, aku tau V. Tapi untuk saat ini coba kau bayangkan. Soobin membutuhkan seorang papa di sisinya "
" Soobin tidak membutuhkannya, hidup kami sudah bahagia tampa harus ada dia "
Bantah V cepat.Jimin lagi lagi menghela nafas, di satu sisi V memanglah keras kepala.
" Ya, untuk saat ini kalian memang bahagia, aku bukannya ingin mendoakan yang buruk, hanya saja kita tak tau untuk masa yang akan datang bukan?
V, sampai kapan kau akan membohongi dirimu sendiri dan Soobin?
Kau harus ingat, soobin semakin lama akan semakin tumbuh besar, dia pasti akan tau kebenarannya. Dan di saat ia tau kebenaran itu, apa kau sanggup kehilangannya? Soobin pasti kecewa denganmu, bagaimana seseorang yang selama ini begitu ia sayang membohongi dirinya?
Dia membutuhkan kasih sayang seorang ayah. Apa kau pernah merasakannya? Tentu saja tidak, kau pernah merasakannya hingga kau besar, sedangkan dia? Sejak kecil tak mendapatkan kasih sayang itu?
Kau memang ibunya, tapi kau tak dapat merasakan apa yang tengah di rasakannya, bagaimana irinya dia di saat melihat anak lain bergandengan tangan dengan keluarga utuh.
Aku menceritakan ini karena aku peduli denganmu, dengan kalian. Percayalah. Karena aku pernah merasakannya, aku pernah ada di posisi soobin "V hanya diam tertunduk, entah apa yang tengah di pikirkannya saat ini.
Jimin lantas berdiri.
" Pikirkanlah, untuk saat ini jangan egois. Kami mendukungmu. "Setelah itu jimin pergi ke dalam kamar meninggalkan V sendirian di ruang tengah dalam kesunyian.
Ia sama sekali tak dapat berkata kata, pikirannya mengacu utaran jimin tadi yang begitu mempengaruhinya.
V beranjak dengan tubuh bergetar, sekuat tenaga untuk menahan isakan. Ia tak ingin anaknya mendengar tangisannya.
V berdiri di ambang pintu kamarnya, di sana di hamparan karpet bulu itu, soobin anaknya tampak begitu fokus dengan lukisannya.
Perlahan ia mendekat dan duduk di samping anaknya itu.
" Soobinie menggambar apa? "
Tanya V dengan suara serak.Soobin lantas tersenyum.
Memperlihatkan gigi susunya yang rapi.
Menyerahkan selembar kertas penuh warna itu." Ini gambar mama, binie, uncle suga, aunty jimin, dan gyumie "
Ujarnya dengan riang.Sejenak V termenung di buatnya ada perasaan haru, sedih, rindu, semuanya bercampur aduk. Tampa sadar, air matanya mengalir begitu saja di pipi.
" Mama jangan menangis. Gamarnya jelek ya? Nanti binie ganti- ".
" Tidak sayang, mama tidak nangis kok. Gambarnya bagus, mama suka "
" Sungguh? "
V mengangguk, tersenyum lembut, memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang.
" Soobinie sudah besarkan? Mama mau bicara.... "
Soobin menatap mamanya dengan tanda tanya.
" Mama mau bicara apa? "