19

13.5K 1.2K 17
                                    











" Apa aku boleh membantu? "

Semua maid di dapur itu seketika berhenti dan menatap taehyung dengan ragu, tapi tak lama mereka membungkuk saat Xio memberi perintah.

" Ah, tuan. T- tentu saja boleh, tapi apakah tak apa? "
Xio sebagai kepala pelayan memulai bicara.

" Sungguh tak apa, lagipula kan aku yang menawarkan diri. Jadi kalian akan masak apa? "

Mereka tampak mulai ritual memasaknya, Tampaknya taehyung tak begitu sulit dalam menyesuaikan diri.

Soobin duduk di meja pantri dengan sepiring cake coklat kesukaannya yang baru saja di hidangkan sang pelayan.
Para pelayan tampak begitu gemas melihat tingkah soobin terbukti dengan para pelayan yang tak henti hentinya tersenyum dan mencoba ikut bermain, berceloteh dengan si kecil.

Sedangkan jungkook hanya memperhatikan dari pintu dapur.
Ia sesekali akan terkekeh akan tingkah anaknya yang sungguh aktif, apalagi saat ia sedang berceloteh dengan aksen china yang belum begitu fasih dan akan ia selingi dengan bahasa belanda maupun inggris  sungguh menggemaskan.

Taehyung memang sengaja mengajarkan anaknya beberapa bahasa sejak soobin mulai bisa bicara seperti Korea, China, Inggris, dan Belanda.

" Jungkook, kita perlu bicara "

Tampa menunggu perintah kedua kalinya, jungkook langsung beranjak mengikuti langkah pria yang tampak mulai menua, namun masih tampak kuat, tegas dan bugar dalam bersamaan. Wajahnya tentu masih tampak raut tampannya.
Mereka berhenti tepat di ruang tengah, duduk saling berhadapan dengan pandangan tak pernah lepas.

" Anak Siapa yang kau bawa kamarin itu "
Suara begitu datar seakan akan ia tak sedang bertanya.

Jungkook menghela nafas dan kembali menatap pria di hadapannya itu yang tak lain adalah sang ayah.

" Dia anakku "
Singkat, padat dan jelas.
Namun tampaknya sang ayah belum puas akan jawabannya itu, ia ingin yang lebih detail.

" Jelaskan Jeon! "
Tuntutnya tak ingin di bantah.

" Aba, aku yakin aba sangat jelas tau mengenai ini.
Aba ingat beberapa tahun lalu, dimana aku mengalami depresi karena ditinggal seseorang yang sangat ku cintai?
Aku yakin, aba mengingatnya.
Dia orangnya, pria tadi malam itu adalah orangnya. Dan anak itu adalah anakku, dia pergi dalam keadaan mengandung anakku, dia yang melahirkannya dan membesarkannya "

" Lalu kenapa baru sekarang kau membawanya kemari? Kenapa tak dari kemarin
saja? "

" Aba tau bukan, dia pergi karena kesalahanku? Jadi mana mungkin aku bisa membujuknya dengan mudah? "

" Tapi, apa kau yakin dia anakmu? Bisa jadi dia- "

" Aba! Dia anakku! Aku yakin itu. Karena aku sendiri yang memeriksanya dengan tes DNA, dan itu terbukti dia memang anakku. Jadi jangan pernah aba meragukannya "

Jungkook menatap ayahnya dengan tajam, ia benci jika ada yang meragukan anaknya.

" Papa.... "
Suara si kecil terdengar begitu lirih, membuat jungkook seketika mendelik ke sang ayah.

" Baba! Jangan menatap anakku begitu. Kau membuatnya takut!

Soobinie, kemari sayang jangan takut ".

Dengan pelan soobin mendekati jungkook dan bersembunyi di balik punggungnya.

" Papa, kenapa kakek tua itu menatap soobinie begitu?
Soobinie tau  jika soobinie memang tampan, tapi tatapan kakek itu membuat soobinie malu..... "
Soobin berucap dengan pelan tapi dapat di dengar jelas oleh kris, membuat pria tua itu berdecak malas.

Sedangkan jungkook terkikik geli sekaligus gemas dengan sang anak.

" Tuan, sarapan sudah siap "

Jungkook segera membimbing soobin menuju meja makan di ikuti dengan kris.

Taehyung yang melihat kris seketika menunduk, ia tak berani menatap mata ayah jungkook itu.

Mereka makan dalam hening.
Kris diam diam menatap cara soobin makan, seketika hatinya tersentak.
Cara bocah itu makan sangat persis dengan jungkook, dan jika di lihat lebih teliti lagi, kris dapat melihat begitu banyak kemiripan mereka dalam segi fisik.

Lalu matanya beralih ke Taehyung yang sedari tadi enggan untuk mendongakkan kepalanya, dia hanya terus menunduk.

Setelah selesai makan, semuanya berkumpul di ruang keluarga.
Tak ada pembicaraan, sungguh suasana yang begitu canggung.

Hanya soobin yang sedari tadi tampak memperhatikan mereka dalam diam, bocah itu tak bisa tenang tampaknya, sekarang saja mulutnya begitu gatal sekali ingin bicara.

" Kakek, kenapa kakek terus menatap mama soobinie? "

Suara soobin berhasil membuat semuanya buyar, kris entah mengapa menjadi salah tingkah di buatnya.

" Kakek tidak boleh lihat mama lama lama, mama sudah punya papa sama soobinie "

Lagi lagi ucapan soobin membuat semuanya tercengang.
Jungkook meringis mendengarnya, sedangkan Taehyung hanya semakin menunduk karena malu.
Sungguh, ia ingin sekali mencubit gemas anaknya itu.

" Ck, siapa juga yang memperhatikannya "
Sanggah kris malas.

" Ishh.... Sudah ketahuan tak mau ngaku lagi! Kakek jangan bohong, soobinie dari tadi memperhatikan kakek lho "

" PD sekali kau bocah "
Decak kris tak terima.

" Tentu saja. Terus kenapa sekarang kakek melihat soobinie begitu? Soobinie tau, soobinie memang tampan jadi kakek jangan iri ya... "

Semua para maid lantas tertawa, apalagi jungkook yang sudah terduduk di lantai.
Sungguh, anaknya memang hebat.

" Oh astaga...... Dasar bocah sialan! Urus anakmu itu jungkook  dia membuatku sakit kepala saja "

Kris beranjak dari kursinya, sepertinya ia harus ke kamar sekarang.
Berdebat dengan bocah tadi bukanlah hal yang baik baginya.

" Mama, kakek tadi kenapa?"
Tanya soobin yang langsung berdiri di depan mamanya dengan pandangan polos.

Taehyung menggeleng, ia pun juga tak tahu harus menjawab seperti apa.

" Papa, apa kakek tadi marah? Apa soobinie berkata kasar? "
Sekarang gantian ia menghadap jungkook yang sudah sangat merah wajahnya karena terlalu lelah tertawa.

" Tidak sayang, kakek tidak marah. Dia hanya sedang lelah.
Tapi tadi itu soobin sangat hebat! Papa bangga padamu "

Soobin tersenyum senang mendengarnya.

" Tae, apa kau mau ikut? "

" Kemana? "
Taehyung sedari termenung seketika menatap jungkook yang sudah berdiri dari kursinya.

" Taman belakang. Ku dengar, pelayan sedang memanen buah anggur "

Taehyung mengangguk antusias. Tentu saja, ia sangat menyukai buah buahan.

" Anggur? "
Soobin seketika menatap jungkook dengan pandangan berbinar.

" Yap, soobinie mau? "

" Mau! "

" Kalau begitu, kita kebelakang sekarang "

Dan benar saja, tak jauh dari area kolam renang, beberapa pelayan sedang memetik buah anggur yang sudah matang itu ke dalam keranjang.

Taehyung dan soobin langsung ikut serta membantu, walaupun bocah itu tampaknya langsung memakannya terlebih dahulu.

Jungkook hanya melihat saja dari tepi kolam.
Sedangkan di atas sana tepatnya di lantai dua, kris terus memantau soobin yang tengah asik memakan buah buah itu dengan lahap.
Entah mengapa, hal itu mengingatkannya saat jungkook masih kecil dulu yang juga begitu menyukai buah buahan.
Hatinya menghangat, ada perasaan rindu di hatinya akan kenangan lama bersama mendiang istri.
Tak ingin terlalu berlarut larut, akhirnya ia memutuskan untuk memasuki kamar.

Please, Dont CryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang