"Sekeras apapun usahamu untuk menaklukannya, kalau dia dan kekasihnya saling mencinta, kamu dianggap apa?"
****
Clarissa hanya demam biasa, hanya perlu waktu sehari untuk beristirahat. Hari ini ia sudah masuk sekolah seperti biasa.
Saat ia memasuki gerbang sekolahnya, semua tatapan mata tertuju padanya. Tak seperti biasanya.
Clarissa mengendikan bahunya lalu melanjutkan langkahnya.
Dalam perjalanan menuju kelas, samar-samar ia mendengar percakapan dua orang siswi yang sedang duduk didepan kelasnya.
"Gak nyangka ya Kak Abi sama Kak Aldi sampai adu otot gitu!"
Clarissa mengernyit. Ini Abi sama Aldi yang mana ya?
Clarissa melambatkan langkahnya agar dapat mendengar lebih jelas lagi.
"Iya, padahal kan mereka berdua ganteng! Banyak cewek-cewek yang ngantri mau jadi pacar mereka! Kenapa coba harus rebutan cewek?"
Clarissa semakin menajamkan telinganya. Ini Abi dan Aldi teman kelasnya?
"Katanya, sih, ya, itu ceweknya teman sekelas mereka juga!"
Clarissa penasaran bukan main. Well, sepertinya ia sudah melewatkan sesuatu yang besar kemarin. Ia harus segera sampai di kelas!
Clarissa mempercepat langkahnya untuk menuju ke kelas.
Teman sekelasnya sudah banyak yang datang. Namun ada yang aneh, mengapa suasana kelasnya menjadi dingin dan hening seperti ini?
Bahkan untuk mengobrol saja berbisik-bisik. Clarissa semakin tak mengerti.
Sejak kapan kelas XII IPA 2 menjadi kelas tertib seperti ini? Padahal pagi-pagi seperti ini harusnya Abi, Reza, dan Fadlan sudah menebarkan virus rabiesnya.
Hari yang aneh.
Kayak judul ...
Clarissa berjalan memasuki kelas, berbagai macam tatapan ia dapatkan. Iri, takjub, kagum, dan bahkan ada yang kesal, mungkin?
"Kalian semua kenapa?" Clarissa memecah keheningan. Jelas, siapa yang merasa nyaman ditatap seperti itu? Clarissa risih!
"Eh, Clarissa! Udah sembuh? Ayo ayo sini duduk!" Maura menepuk kursi sebelahnya.
Clarissa berjalan mendekati Maura, lalu duduk disebelahnya.
"Pada kenapa, sih, Ra?" Clarissa yang sedari tadi bingung memutuskan untuk menanyakannya pada Maura.
"Eh? Kenapa ya? Jadi—" ucapan Maura terpotong.
"Kenapa? Gak kenapa-kenapa kok!" kilah Salsa.
Salsa memberikan kode kedipan mata pada Maura.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAVER [Completed]
Teen FictionKetika cinta dibiarkan terbagi, di saat itulah hati diharuskan memilih. Jika mereka bagaikan hujan dan matahari, aku selalu butuh keduanya untuk dapat melihat pelangi. Hujan selalu meneduhkanku, membiarkan semua masalahku ikut terhanyut oleh rintik...