『25』тяιρ тσ ρυη¢αк

1.5K 119 21
                                    

Happy reading <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading <3

¸¸♫·¯·♪¸¸♩·¯·♬¸¸

Abi kembali dengan dua kantong plastik di kedua tangannya. Saat ia memasuki lapas tempat ayahnya ditahan, ia berpapasan dengan Aldi yang berjalan terburu-buru.

"Lho? Mau kemana, Di?" tanya Abi.

"Eh? Sorry, Bi, kayaknya gue harus pulang duluan. Ada urusan mendadak," ucap Aldi.

Abi mengangguk lalu tersenyum. "Oh, ya udah. Hati-hati."

Aldi mengangguk sebagai respon lalu melanjutkan langkahnya. Abi juga melangkahkan kakinya kembali, masuk ke dalam lapas.

Dilihatnya, ayahnya sedang duduk sambil menopang dagu. Seperti memikirkan sesuatu.

"Ayah? Nih, Abi bawa makanan." Abi segera menggelar kantong plastik yang dibawanya tadi.

Ada tiga bungkus nasi padang dan tiga botol minuman teh dingin. Seharusnya yang sebungkus untuk Aldi. Namun Aldi pergi dikarenakan ada urusan yang mendadak, katanya.

"Abang? Ayah mau tanya," ucap Arfin. Tatapannya masih belum lepas dari segala bayang-bayang masa lalu yang memenuhi pikirannya.

"Tanya apa, Yah?" ujar Abi.

"Temanmu yang tadi itu, siapa nama lengkapnya?"

Abi sempat berpikir. "Renaldi Adrian kalau gak salah, Yah. Kenapa?"

Arfin menoleh ke arah Abi. "Gak, gak kenapa-kenapa. Ayo kita makan!"

Abi terkekeh melihat tingkah ayahnya yang selalu lucu dan aneh dimatanya. Ayahnya selalu ada kapanpun dan dimanapun untuk keluarga kecilnya.

Ayah juga yang selalu membuatnya tak pernah kesepian meskipun ia tak punya adik atau kakak kandung. Dan karena itu jugalah ia berpikir, apakah benar ayahnya melakukan semua kejahatan yang dituduhkan?

Abi memandang ayahnya dengan sedikit sendu. Rindu akan kebersamaan mereka di rumah. Bersama mamanya yang cerewet dan selalu bertingkah lucu.

Tuhan, terima kasih telah memberiku orang tua hebat seperti mereka. Aku janji Tuhan, tak akan membiarkan setetes air mata pun jatuh dari pelupuk mata mereka.

Kalau Abi saja mampu menyayangi orang tuanya dengan sepenuh hati, kenapa kalian tidak bisa? Kenapa kalian suka berbicara dengan nada tinggi di depan orang tua? Apalagi seorang ibu, mau apapun statusnya, entah kandung atau tiri. Tetap saja, surga kalian ada di bawah telapak kakinya.

¸¸♫·¯·♪¸¸♩·¯·♬¸¸

"LIBUR TELAH TIBA! LIBUR TELAH TIBA! HOREE ... HOREE ..." Reza berjingkrak-jingkrak di atas sebuah kursi kayu penuh ukiran cantik. Sedangkan di bawahnya, ada Abi yang sedang menatap kursi kayu itu dengan perasaan was-was.

WAVER [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang