『33』мємυℓαι кємвαℓι

1.6K 132 6
                                    

Happy reading <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading <3

¸¸♫·¯·♪¸¸♩·¯·♬¸¸

Semua sudah berlalu. Segala konflik yang rumit sudah selesai. Aldi sudah mengetahui segala kebenaran yang ada. Bahwa bukan ayah Clarissa dan ayah Abi yang menyebabkan papanya meninggal.

"Jadi, kamu anaknya Adrian?" tanya Arfin.

Aldi mengangguk.

Saat ini, ia berada di lapas tempat di mana ayah Abi di tahan. Bersama dengan Abi dan Clarissa juga tentunya.

"Kamu mengira bahwa saya dan ayahnya Clarissa yang sudah membunuh Papa kamu?" tanyanya lagi.

"Ya, saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri," jawab Aldi tegas dan penuh keyakinan.

Arfin mengangkat sebelah alisnya.

"Saya lihat, Om memegang sebuah pistol," jelas Aldi.

Arfin mengangguk mengerti, menghela napas. Ini semua sebuah kesalahpahaman.

"Saya akan menjelaskan semuanya. Dengarkan dan cermati!" perintah Arifin pada Aldi, Abi, dan Clarissa.

"Dulu, kami bertiga merupakan sahabat dekat. Saya, papa kamu, dan ayah Clarissa. Kami sama-sama bersaing di bidang bisnis."

"Sampai akhirnya, papa kamu mulai termakan sifat tamak. Dia merencanakan sesuatu yang jahat, mengorupsi uang perusahaan yang sudah kita bangun bertiga."

"Saya sendiri yang memergokinya, saya bermaksud untuk melapor pada ayah Clarissa, tapi papamu itu mengancam akan menembak kepala saya dengan pistol yang ada di saku celananya."

"Tidak mungkin saya diam dan pasrah, saya melakukan perlawanan. Bergelut dengan tujuan untuk merebut pistol yang ada di tangannya. Nahas, pistol itu malah tertembak ke dadanya sendiri. Dan itu murni kesalahan dia, kasus ini sudah pernah diusut. Terbukti, bahwa bukan saya tersangkanya."

Aldi menunduk lemas, ternyata selama ini ia meyimpan dendam yang sia-sia. Malah, ia sudah membunuh satu nyawa yang tak bersalah. Ayah Clarissa.

"Lalu, gimana dengan ayahku, Om?" Clarissa menuntut penjelasan.

Arfin melirik Aldi sebagai respon. "Tanyakan padanya, dia dalang di balik semuanya."

Aldi menengadahkan wajahnya. "Bunuh gue, Clar!" ucapnya lirih.

Clarissa terenyuh, merasa iba pada Aldi. Ia sudah mengikhlaskan kepergian ayahnya, biarlah.

"Gue marah dan kecewa? Itu udah pasti, Di. Tapi gue juga harus ikhlas, gue gak boleh nyimpan dendam kayak lo. " Clarissa mencoba tegar.

Aldi beranjak dari duduknya, melangkah dengan lunglai. Dia sempat menoleh ke belakang. "Gue pamit," ucapnya.

Saat itu juga, ayah Arfin terbebas dari gugatannya. Semua hanya salah paham. Abi memeluk ayahnya, rindu sekali rasanya.

WAVER [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang