Happy reading <3
¸¸♫·¯·♪¸¸♩·¯·♬¸¸
Kamis, 24 Maret 2018
Masa-masa menegangkan sudah mereka lewati. Ratusan soal ujian telah mereka hadapi.
Kini tinggal menunggu beberapa menit lagi, Ujian Nasional benar-benar telah berakhir.Kring! Kring!
Bel sekolah berbunyi. Tanda habisnya waktu mengerjakan soal. Semua murid keluar dari ruang ujiannya masing-masing.
Abi, Aldi, Fadlan, Reza, Clarissa, Maura, Salsa, dan Ririn keluar bersamaan dari kelas sambil melemparkan kertas ujian yang telah dirobek kecil-kecil. Layaknya berjalan di red carpet lalu disambut lemparan bunga.
Mereka bersorak senang, kini tugas mereka menjadi pelajar SMA telah selesai. Tinggal menunggu hasil yang selama 3 tahun ini mereka pelajari. Lalu, melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
University! We are coming!
"WE ARE THE CHAMPION! MY FRIENDS!" Reza menyenandungkan lagu yang biasa dilantunkan ketika sebuah tim sepakbola telah merebut kemenangan. Dengan kedua tangan yang direntangkan ke atas.
"ASEK, ASEK JOSS!" timpal Fadlan yang kini bergoyang ala trio macan. Memutar dan mengibaskan rambutnya.
"Kayak punya rambut semeter aja lo! Rambut cuma 5 senti gitu!" cibir Maura.
"Suka-suka gue dong! Kenapa situ yang repot?" tanya Reza, sambil menatap sinis.
"Wah, makin lama makin songong ya, lo!" Maura memicingkan matanya, lalu menyingkap kedua lengan seragamnya. Bersiap untuk melayangkan jambakan keras di rambut Fadlan.
"EH! SABAR, RA! JANGAN EMOSI. BISA DISELESAIKAN SECARA KEKELUARGAAN!" teriak Abi yang berusaha menengahi. Tapi tangan Maura tetap saja tak berhenti menjambak rambut Fadlan.
"Sssh, argh! Sakit, Ra! AMPUN!" Reza mendesis kesakitan sambil menangkis pukulan bertubi-tubi dari Maura.
Bukannya menolong yang lain malah tertawa melihat tingkah Fadlan dan Maura yang begitu lucu. Seperti film suami-suami takut istri katanya.
Karena tak tahan lagi, akhirnya Fadlan mencengkram kedua lengan Maura. Sehingga gadis itu tak bisa berkutik lagi.
Fadlan menatap Maura dengan tatapan yang sulit terbaca, sedangkan Maura meneguk ludahnya dengan susah payah karena gugup ditatap seperti itu.
"Ekhem ..." Suara dehaman dari Aldi membuat aksi tatap-tatapan mereka terhenti. Fadlan langsung melepaskan cengkraman tangannya dan berusaha mengendalikan diri karena sedikit salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAVER [Completed]
Genç KurguKetika cinta dibiarkan terbagi, di saat itulah hati diharuskan memilih. Jika mereka bagaikan hujan dan matahari, aku selalu butuh keduanya untuk dapat melihat pelangi. Hujan selalu meneduhkanku, membiarkan semua masalahku ikut terhanyut oleh rintik...