Akhirnya perjuanganku tinggal di rumah sakit berakhir sudah. Kondisi Lora sudah membaik, jadi dia diperbolehkan pulang. Yey!
Memang dua hari lalu Lora sempat drop. Kata Lora, hal itu sudah biasa terjadi kalau mau memasuki masa datang bulan atau pas kelelahan. Aku baru tahu kalau ternyata ada perempuan yang harus mengalami drop dulu sebelum datang bulan. Selama ini kalau aku mau kedatangan tamu tidak pernah mengalami demam atau sejenisnya seperti yang dialami Lora.
Ternyata susah ya jadi perempuan. Banyak sekali yang harus dihadapi.
"Sudah semua? Cek lagi, ada yang ketinggalan atau tidak. Aku tidak mau balik ke sini lagi kalau misalnya ada yang ketinggalan."
Lora mengecek semua barang bawaannya satu per satu. Lalu setelah dirasa tidak ada yang ketinggalan, Lora mengangguk. Setelah benar-benar dirasa tidak ada yang tertinggal, aku membantu Lora membawa tas ransel berisi pakaiannya selama dua hari kemarin.
Dalam perjalanan menuju ke parkiran mobil, tidak ada yang kami bicarakan. Aku maupun Lora sepertinya enggan untuk berbicara. Aku memang sedang tidak ingin banyak bicara karena rasa lelah yang tiba-tiba menyerang, yang ada dalam pikiranku sekarang adalah cepat sampai di rumah.
Aku ingin segera mandi dengan air hangat, setelah itu berbaring di ranjang. Ah, pasti enak sekali. Dua hari tidur di sofa membuat punggungku sakit. Sepertinya punggungku merindukan empuknya kasur.
Sesampainya di parkiran, kami segera masuk ke dalam mobil All New Honda Civic Hatchback-nya Mbak Alya, aku memang sengaja tidak memanggil Pak Narto, karena aku tidak suka merepotkan orang lain. Lagipula, aku ingin menikmati waktuku bersama dengan Lora.
Civic keluaran terbaru yang aku pakai sekarang ini adalah milik Mbak Alya, seharusnya aku tidak diperbolehkan menaiki mobil selain Pajero Sport, karena memang itu yang seharusnya aku pakai. Tapi masa bodoh, aku ingin merasakan tenaga Civic keluaran terbaru ini. Lagian tidak ada Mbak Alya dan Rendra, jadi aku bebas mau pakai Civic, Pajero Sport, Jazz atau bahkan Range Rover-nya Rendra. Selagi mereka tidak ada di rumah, kenapa tidak aku coba saja? Dari pada penasaran, ya 'kan?
Salah siapa punya koleksi mobil banyak macam mengoleksi Hot Wheels, aku 'kan jadi ingin mencoba satu per satu. Huh.
"Ngg..."
Sekeluarnya kami dari rumah sakit, memang tidak ada yang ingin kami obrolkan. Hingga kami berhenti di lampu merah ketiga, Lora membuat suara. Aku menoleh, menunggu Lora mengatakan apa yang ingin dia katakan.
"Ngg..."
"Apa? Ngomong aja. Jangan ang-eng-ang-eng, ea-ea."
"Itu... Em... Kalau aku menyuruh kamu untuk putar balik, apa kamu mau?"
Lampu hijau sudah menyala, aku kembali menjalankan mobil. Dengan tanpa menoleh ke arah Lora, aku bertanya alasan kenapa dia ingin putar balik. Jangan bilang kalau ada yang ketinggalan.
"Memangnya kenapa?"
Aku menoleh sejenak, lalu kembali menatap jalanan yang padat merayap. Siang hari selalu membuat jalanan menjadi padat. Apalagi jam makan siang seperti sekarang ini, banyak orang kantor atau anak kos yang keluar sarang untuk mencari makan.
"Itu, handphone-ku ketinggalan."
Hampir saja aku menabrak bumper belakang mobil BMW ketika mendengar ada barang Lora yang ketinggalan. Untung saja rem Civic-nya Mbak Alya cakram. Kalau tidak, sudah habis dimaki oleh pengemudi BMW yang bumper belakangnya hendak aku tabrak itu.
Kok bisa-bisanya Lora meninggalkan separuh hidupnya di rumah sakit? Dia ini sebenarnya paham tidak sih dengan perkataanku sewaktu di rumah sakit tadi?
"Apa kamu bilang? Ketinggalan? Kamu dengar tidak apa yang aku katakan tadi sewaktu di rumah sakit?"
![](https://img.wattpad.com/cover/144748781-288-k282598.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulemetry
RomanceNadine tidak pernah berpikir kalau akan menjadi istri kedua. Menikah dengan laki-laki saja tidak pernah terpikirkan olehnya, apalagi memikirkan tentang menjadi istri kedua. Nadine tidak pernah bersungguh-sungguh mencintai suaminya, karena dia menik...