"Beb, nanti jalan yuk?"
"Yah, aku nggak bisa."
"Loh, kenapa?"
"Kamu ingat perempuan yang jadi istri kedua Ayah, 'kan? Nah dia lagi sakit, jadi aku harus ngurus dia. Maaf ya."
"Yah, yaudah deh, nggakpapa. Get well soon ya buat Bundamu. Inget, kamu jangan galak-galak sama dia, kasian lagi sakit."
Ingin rasanya aku memukul Oka, tapi mengingat kami sedang ada di area kampus--yang mana adalah tempat umum--jadi aku mengurungkan niatku. Aku tidak mau dicap sebagai perempuan yang suka main tangan.
Untuk digaris bawahi saja, istri kedua Ayah itu bukan Bundaku, karena sampai kapanpun Bundaku hanya satu. Tidak bisa ditambah-tambahi lagi.
"Kamu masih ada ujian nggak? Anterin aku pulang kalau kamu udah nggak ada ujian."
"Masih ada, tapi nanti jam satu. Yaudah yuk aku anterin pulang dulu."
Setelah itu, aku dan Oka pergi meninggalkan ruang kelas untuk menuju ke parkiran khusus mahasiswa. Sebenarnya kami beda jurusan, tapi Oka suka menunggu aku di depan kelas hingga aku selesai dengan kelasku.
Hari ini jadwalnya adalah UTS dan kebetulan hari ini mata kuliah yang diujikan hanya dua. Ujian pertama tadi pukul tujuh, lalu diteruskan ujian kedua pukul sembilan. Karena tadi pagi aku bangunnya terlambat, jadi aku belum sempat menengok keadaan istri kedua Ayah. Bahkan, aku juga belum sempat sarapan. Padahal aku tidak pernah melewatkan sarapan. Bagiku sarapan itu penting.
$$
Oka dan motor sport-nya telah pergi meninggalkan rumahku. Seperti biasa sebelum pergi Oka pasti memberikan kecupan selamat tinggal. Dia selalu suka dengan kelembutan bibirku.
Ketika belum ada beberapa menit aku masuk ke dalam rumah, pintu rumah diketuk. Karena tidak ingin membuat tamu menunggu, aku meninggalkan dapur untuk membukakan pintu.
Hal pertama yang aku lihat ketika pintu terbuka adalah dua sosok manusia berbeda jenis kelamin sedang berdiri tidak jauh dari pintu, mereka tersenyum ketika pintu itu terbuka.
"Cari siapa ya?"
"Nadine. Apa dia ada di rumah?"
Kalau saja perempuan itu tidak bersuara, pasti orang-orang akan banyak yang terkecoh dengan gender perempuan itu karena kepalanya botak. Kenapa ya dia mencukur habis mahkotanya? Tapi anehnya, perempuan itu masih terlihat cantik walaupun mahkota di kepalanya sudah tidak ada.
"Kalian siapa ya?"
"Kami temannya Nadine. Dari kemarin dia tidak ada kabar, kami hanya ingin memastikan dia ada di rumah atau tidak."
"Oh, iya, dia ada kok. Lagi tidur di kamar. Mari masuk."
Kedua orang yang mengaku sebagai teman Nadine itu masuk ke dalam rumah setelah aku persilakan. Setelah menutup pintu, aku berjalan mendahului mereka untuk menuntun mereka ke kamar Nadine. Sesampainya di depan kamar istri kedua Ayah, aku membukakan pintu untuk para tamu ini.
"Itu yang kalian cari."
"Nadine sakit?"
Aku mengangguk untuk menanggapi laki-laki bermuka angkuh dengan tulang rahang yang tegas. Sekilas laki-laki yang lengannya penuh dengan tato itu mengingatkan aku dengan Junior Juna Rorimpandey.
Kenapa teman Nadine bertato semua, sih? Mana banyak lagi. Apalagi si perempuan berkepala pelontos itu, hampir seluruh tubuhnya tertutup tato. Apa coba maksudnya?
"Kalian masuk aja nggakpapa, aku tinggal ke dapur dulu ya."
Setelah kedua teman istri kedua Ayah mengangguk, aku meninggalkan mereka untuk ke dapur. Tadinya aku ingin membuat bubur untuk Nadine, tapi karena ada kedua temannya, jadi aku tunda saja dulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Soulemetry
RomanceNadine tidak pernah berpikir kalau akan menjadi istri kedua. Menikah dengan laki-laki saja tidak pernah terpikirkan olehnya, apalagi memikirkan tentang menjadi istri kedua. Nadine tidak pernah bersungguh-sungguh mencintai suaminya, karena dia menik...