29. Rage-Room

6.7K 756 111
                                    

Untung saja pagi ini aku bisa bangun lebih pagi dari biasanya. Mungkin karena semalam aku tidak bisa tidur karena terus memikirkan kebodohanku sendiri jadi aku bisa bangun pagi. Rasanya aku ingin segera memasuki pagi hari untuk bertemu dengan Lora.

Dan ya, pagi ini aku menemukan Lora sedang bermain ponsel sambil menikmati minumannya di gazebo. Tanpa pikir panjang, aku menghampiri perempuan itu. Padahal ini masih jam sembilan pagi, tapi Lora sudah terlihat rapi dengan pakaian casual-nya. Apa dia ada kelas pagi ini?

Sampai di gazebo, aku berdiri di hadapan Lora. Aku memang sengaja tidak duduk bersebelahan dengan perempuan itu, karena kupikir bisa membuatnya tidak nyaman.

"Elora, maaf buat yang kemarin."

Perempuan itu terlihat sedang mengetik, alisnya bertaut. Apa dia sedang ada masalah dengan kekasihnya?

"Elora."

Lora masih mengacuhkanku. Perempuan itu masih sibuk dengan ponselnya, sesekali dia menyesap tehnya.

"Elora, aku minta maaf."

Kembali aku mencoba untuk bersuara. Kali ini perempuan itu berhenti memainkan ponselnya, dia menaruh ponselnya ke atas meja kecil yang ada di hadapannya. Kembali menyesap tehnya, kemudian menatapku. Of course dengan tatapan tajamnya.

Uh, aku benar-benar merindukan tatapan itu.

Lora menghela nafas. "Oke, oke, aku akan memaafkanmu. Berhenti memohon-mohon, aku lelah mendengarkan rengekanmu."

"Kamu bersungguh-sungguh, Lora?"

Terdengar, Lora kembali menghela nafas. "Ya. Mungkin memang aku yang bersikap agak berlebihan kemarin. Mungkin karena aku membencimu, jadi apapun yang kamu katakan dan apapun yang kamu lakukan selalu tidak aku sukai. So, aku juga minta maaf."

"Jadi, kamu beneran maafin aku?"

Perempuan itu mengangguk.

"Sungguh?"

Lora mengangguk lagi. Aku hanya bisa tersenyum. Secara reflek, aku mendekati perempuan itu dan memeluk tubuhnya.

"Thankyou, Lora."

"LEPASIN!!"

Mendengar teriakannya, barulah aku tersadar. Ups, sorry. Aku terlalu senang, jadi lupa kalau yang aku peluk itu adalah Elora. Perempuan judes yang menggemaskan.

"Sorry, sorry, aku terlalu senang."

Perempuan itu hanya berdehem dan mengangguk. Aku masih berdiri di hadapan Lora, dia kembali mengambil ponselnya dan memainkannya.

"Kamu ada kelas hari ini?"

"Enggak."

Jawabannya barusan sangat singkat, padat dan jelas. Kalau tidak ada kelas kenapa dia sudah rapi? Ada janji dengan Oka?

"Oh, terus kenapa sudah rapi? Mau kemana?"

Tanpa menatapku, dengan masih sibuk mengetik, Lora menjawab. "Tadinya mau jalan sama Oka, tapi di-cancel. Dia disuruh nganterin Mamanya."

Dalam hati aku bersorak riang, ini kesempatanku untuk membuat hubunganku dengan Lora membaik. Aku harus memanfaatkan setiap kesempatan yang ada.

"Pergi sama aku aja, yuk. Mau nggak? Sebagai permohonan maafku."

Perempuan itu terlihat berpikir sejenak, lalu setelah melihat ponselnya yang kembali berbunyi, dia menatapku, aku tersenyum. Kemudian perempuan itu menganggukkan kepala.

YES!

"Oke, baiklah. Kalau begitu, aku mandi dulu."

Setelah melihat Lora mengangguk, aku beranjak dari hadapan Lora untuk mandi dan bersiap-siap. Sepanjang perjalanan dari gazebo menuju ke kamar, tidak pernah sekalipun senyumku memudar.

SoulemetryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang