Rendra tidak pernah tahu bagaimana seorang ibu rumah tangga bernama Vivian Sukmawati murka.
Rendra salah kalau mencari gara-gara dengan seorang dokter hewan bernama Tjokro Wahyono.
Saat ini aku sedang duduk diam bertopang dagu di ruang santai sambil memperhatikan tontonan yang sangat jarang aku lihat. Seorang ibu duduk di samping seorang ayah yang sedang sibuk memaki seorang pria dewasa yang sedang berdiri menundukkan kepala. Pria dewasa itu sudah sangat dipercaya oleh keluarga Tjokro untuk menikahi anak semata wayangnya.
Rendra dengan sempurna telah mematahkan kepercayaan orang tuaku. Pria itu telah membuat lubang kuburnya sendiri. Bom yang dibawa Rendra jatuh bukan pada tempatnya.
Ups, salah tempat.
"Berani-beraninya kau melakukan hal itu, Narendra! Kau sadar tidak apa yang sudah kau lakukan pada keluarga ini? Kenapa kau menyembunyikan ini semua? Kenapa setelah menikah baru kau mengakui perbuatanmu, ha?! Apa motivasimu melakukan hal ini?!"
Rendra diam ketika Papa berbicara. Sebenarnya, inilah yang aku sukai dari Rendra. Ketika sedang berdebat, dia selalu diam tidak mau menyela hingga lawan bicaranya selesai mengutarakan isi pikirannya. Kalau lawan bicaranya sudah selesai barulah Rendra buka suara. Menurutku, Rendra cukup sopan.
Mama yang masih tidak percaya dengan pengakuan Rendra hanya bisa menggelengkan kepala. Mungkin saat ini Mama menyesal karena selama ini selalu memaksaku agar cepat menikah dengan Rendra.
"Saya sungguh menyesal karena tidak membicarakan hal ini dari awal dengan Bapak dan Ibu. Tapi sungguh, demi Allah, saya menikahi putri Bapak karena benar-benar mencintainya, saya berjanji akan selalu berperilaku adil. Saya menikahi putri Bapak juga karena istri pertama saya tidak bisa mengandung. Jadi saya putuskan untuk menikahi putri Bapak. Mohon maafkan saya."
Lagi-lagi aku terkejut dengan pengakuan Rendra, semalam Rendra tidak bilang kalau selain mencintai aku, dia menikahi aku karena istri pertamanya tidak bisa hamil. Itu berarti Rendra ingin mempunyai anak dari aku, 'kan?
WHAT?!!
Seumur-umur aku tidak pernah memimpikan akan disetubuhi oleh laki-laki. Bahkan aku selalu bermimpi bisa dijamah dan menjamah wanita seksi nan menggoda.
Itu berarti jika ada kesempatan Rendra pasti akan menjamah tubuhku dan meminta haknya sebagai suami, dong?!
HELL!!!
NO-FUCKING-WAY!!
Ma, Pa, aku ini gay, aku lesbian, aku vegan, aku pecinta wanita! Bukan penikmat terong!
Oh, goshhhh!
"Jadi istrimu tidak bisa memberikan momongan lantas kau menikahi anak saya, begitu? Memang sudah berapa lama umur penikahanmu dengan istri pertama?"
"Sekarang memasuki tahun ke-12, Pak. Sebenarnya saya dan istri pernah membicarakan perihal ini, dia mengijinkan saya menikah lagi karena memang kondisi istri saya tidak bisa memberikan momongan. Jadi, saya putuskan untuk menikahi putri Bapak."
APA?!!
DUA BELAS TAHUN KATANYA?!!!
Bisa-bisanya dia menghianati istri pertamanya yang sudah dinikahi selama dua belas tahun. Dasar om-om sinting!
Aku hanya bisa menghela nafas, dan menggeleng tidak percaya. Mama mulai memperhatikan aku, beliau mungkin mengawatirkan keadaanku. Sedangkan raut wajah Papa mulai melunak setelah mengerti keadaan rumah tangga Rendra yang sebenarnya.
Ini masih tetap mimpi buruk buat aku. Menjadi istri kedua, dan pasti tidak akan lama pertanyaan Mama akan berubah menjadi; 'kapan punya anak?'
Huft!
Aku belum siap punya momongan, aku masih ingin bermain-main, mimpiku menjadi seorang pemain teater Broadway saja belum kesampaian, masa aku sudah disuruh mikirin punya momongan sih? Sungguh tidak adil!
"Saya janji, saya akan menjadi suami yang berlaku adil. Saya tidak akan mengurangi rasa cinta saya pada putri Bapak."
Setelah jeda sejenak, akhirnya Papa mengangguk.
"Baiklah, saya pegang janji kau. Tapi kalau sampai saya mendengar keluh kesah anak saya tentang ketidakadilanmu, saya tidak akan segan-segan menghabisimu."
"Saya akan selalu mengingat itu, Pak."
Aku hanya bisa menghela nafas tidak percaya, ternyata semudah itu Papa memaafkan Rendra. Sesi Papa telah selesai, kini giliran Mama yang angkat bicara.
"Saya mengijinkan kamu menikahi anak saya bukan berarti saya mengijinkan kamu mempermainkan hatinya. Sampai saya tahu dia menangis karena kamu permainkan, tidak segan-segan saya akan menyunatimu untuk yang kedua kalinya."
Rendra mendongakkan kepalanya ketika mendengar ucapan Mama, "Sa-saya akan selalu mengingat hal itu, Bu."
Kini, ingin rasanya aku tertawa. Boleh tidak aku ikut bersuara? Aku ingin sekali bilang kalau aku tuh tidak mencintai Rendra.
Mana mungkin aku bisa hidup dengan seorang yang tidak aku cintai? Pastinya, aku akan terus mencari orang yang pantas untuk aku cintai. Bahkan, jika Abigail datang kepadaku dan meminta untuk kembali padanya, aku akan menerimanya.
Jauh di lubuk hatiku, aku masih mencintai seorang perempuan seksi bernama Abigail Putri. Aku kan juga ingin menjadi pemain teater Broadway bersama dengan Abigail.
Tidak adakah yang ingin mengetahui keinginanku sekarang?
Ma, aku ingin kembali bersama dengan Abigail.
Pa, aku tidak ingin hidup bersama dengan Rendra.
$$$$$
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulemetry
RomansaNadine tidak pernah berpikir kalau akan menjadi istri kedua. Menikah dengan laki-laki saja tidak pernah terpikirkan olehnya, apalagi memikirkan tentang menjadi istri kedua. Nadine tidak pernah bersungguh-sungguh mencintai suaminya, karena dia menik...