3. Nightmare

9.3K 885 73
                                        

Aku memang ingin menikah.

Aku memang ingin memiliki kehidupan rumah tangga sendiri.

Aku memang ingin menjadi seorang istri.

Tetapi menjadi istri kedua?

Gosh, itu bukan mimpiku!

Ini mimpi buruk!

Kenapa Rendra tidak pernah membicarakan hal yang seserius ini padaku?

Kenapa dia menyembunyikan hal ini dariku? Bukankah seharusnya dia mengaku sejak dari awal kalau dia sudah resmi menjadi suami orang?

Laki-laki ini bodoh apa gimana, sih?

Mau di taruh mana mukaku coba kalau orang-orang sampai tahu aku menjadi seorang pelakor? Mau di taruh mana harga diriku coba kalau orang-orang tahu aku jadi istri kedua?

Kok ya aku bodoh sih?! Kenapa tidak dari awal aku mencari tahu tentang Rendra? Kenapa aku tidak pernah menanyai tentang kehidupan Rendra secara mendalam? Duh, repotnya jadi seorang penikmat tacos yang tidak pernah benar-benar ingin menikahi seorang laki-laki tuh ya gini!

Raut mukaku berubah menjadi serius, aku bangkit dari ranjang, ikut duduk bersandar di sandaran ranjang. Tatapan mataku tajam menusuk mata Rendra--sama seperti ketika Mama sedang serius berbicara denganku.

"Kamu sudah punya istri? Kamu jadikan aku sebagai istri kedua? Kamu bodoh apa gimana sih? Kenapa kamu nggak pernah bilang ke aku kalau kamu sudah punya istri? Kamu pikir aku ini wanita apaan, ha?!"

Rendra menundukkan kepalanya. Dia tidak berani menatapku. Karena kesal, aku beranjak dari ranjang. Aku tidak mau berdekatan dengan Rendra saat ini.

"Maafkan aku, Nadine. Ini memang salahku, seharusnya sejak dari awal aku jujur padamu. Maafkan aku."

Aku hanya bisa menggelengkan kepala, masih tidak percaya dengan apa yang aku alami saat ini. Aku mundur beberapa langkah, menjauhi ranjang. Aku sengaja duduk di kursi depan meja rias menjauhi Rendra yang duduk di atas ranjang.

"Mungkin aku bisa memaafkan kamu, tapi aku tidak yakin dengan orang tuaku, Ren."

Kepalaku lagi-lagi hanya bisa menggeleng, seharusnya ini menjadi malam pertamaku sebagai seorang istri. Tetapi ternyata malam pertama itu tidak selalu baik. Malam pertamaku kacau--balau.

"Siapa lagi yang belum kamu beritahu tentang ini? Apa jangan-jangan kamu belum bilang ke istri pertamamu kalau kamu ingin menikah lagi? Terus apa semua tamu undangan itu tahu kalau kemarin adalah pernikahan keduamu?"

Akhirnya Rendra berani menatapku. Dia menghela nafas, sangat berat. Dia adalah laki-laki gila dan nekat yang pernah aku temui. Oh ralat, om-om gila yang sangat nekat.

"Hanya teman dekat yang tahu, sisanya tamu undangan itu yang belum pernah aku undangan ke pernikahan pertamaku. Istri pertamaku belum aku beritahu. Aku belum sempat memberitahu karena dia lagi ada misi kemanusiaan di Ambon."

Aku memejamkan mataku, menghela nafas berkali-kali, menggelengkan kepala berkali-kali. Rendra benar-benar sudah tidak waras.

"Kamu belum bilang ke istri pertamamu? Kamu sudah gila? Apakah kepalamu itu tidak ada isinya? Apa jangan-jangan kamu lupa membawa otakmu selama ini?"

"Maafkan aku, sayang. Aku sudah kadung jatuh cinta sama kamu. Rasanya aku ingin memilikimu hingga aku lupa pada kenyataan."

"Kamu sadar tidak kalau kamu akan menyakiti hati istri pertamamu? Berani-beraninya kamu menikahi aku tanpa sepengetahuan istri pertamamu. Jika aku tahu ini dari awal, aku pasti tidak akan merusak rumah tanggamu, Rendra. Kamu pikir aku ini wanita murahan?"

"Jangan bilang seperti itu, Nadine. Di mataku kamu adalah permata. Rasa sayangku tulus buat kamu, aku janji aku akan berlaku adil pada kalian."

"Tidak ada manusia yang benar-benar bisa adil, Rendra. Hanya Sang Pencipta yang bisa adil, manusia tidak."

Rendra beranjak dari ranjang, dia mendekatiku, lalu berlutut di hadapanku. Aku menepis tangannya ketika ia ingin menggengam tanganku.

"Aku mau besok pagi kamu harus mengakui kebodohanmu pada orang tuaku. Aku tidak ingin mereka kamu tipu. Setelah itu, kamu harus mengaku pada istri pertamamu."

Rendra mengangguk. Lalu setelah itu, aku meraih tangannya untuk aku gengam. Hatiku memang sedikit tersakiti ketika mengetahui kenyataan ini. Tetapi, aku juga salah. Aku tidak benar-benar mencintai Rendra yang sangat mencintaiku. Rendra memang tidak sempurna, begitu juga dengan aku. Aku memakai Rendra untuk menutupi ke-tidak-normal-an-ku.

Jadi, biarlah ini tetap berjalan sebagaimana mestinya. Aku tidak akan menceraikan Rendra. Tetapi aku tidak ingin Rendra menjamahku, karena Rendra bukanlah milikku, Rendra adalah milik istri pertamanya.

$$$$$

SoulemetryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang