16. Kenapa?

5.9K 687 57
                                    

-E-

Kadang aku iri dengan orang yang bisa tidur dibawah jam sepuluh malam. Karena aku tidak bisa tidur kalau belum jam dua dini hari atau jam tiga dini hari. Aku tidak tahu kapan itu bermula, yang jelas, sampai saat ini, aku kesal dengan insomnia-ku.

Kalau dulu aku menghabiskan malamku dengan damai, tidak ada yang menganggu. Kini, setiap malam aku selalu bertemu dengan istri kedua Ayah. Dia selalu menganggu malamku.

Apa dia juga terserang insomnia seperti aku?

Aku tidak bisa jika harus berbaring di ranjang sambil menunggu hingga pukul dua dini hari tanpa melakukan apapun. Jadi, setiap malam, aku selalu ke dapur untuk ngemil.

Thanks God, karena aku tidak bisa gemuk meskipun aku ngemil banyak makanan manis setiap malam.

Kadang juga Oka menemani malamku, tapi karena dia tinggal bersama dengan keluarga yang taat beragama dan terlalu memperhatikan jam malam, jadi sebelum jam sepuluh malam pasti Oka akan menyudahi sesi chatting atau video call kami.

Aku sih tidak mempermasalahkan jam tidur Oka yang terlalu cepat itu, dia beruntung karena bisa tidur sebelum jam dua dini hari.

Maka dari itu setiap malam aku selalu keluar kamar untuk mencari makanan, selain itu aku juga selalu menghabiskan malamku dengan menonton tv, menonton film, atau mengerjakan tugas-tugas kampus.

"Hai, selamat malam, owl girl."

Bola mataku akan secara otomatis berputar malas ketika indra pendengaranku mendeteksi suara yang berasal dari pita suara istri kedua Ayah. Perempuan itu lagi-lagi menganggu malamku.

Kenapa sih dia masih diberi kesempatan untuk bernafas? Apa dia tidak bosan menganggu malamku?

"Apa yang akan kamu lakukan malam ini? Menonton tv seperti biasa? Atau bermain laptop? Atau mau melakukan sesuatu hal yang berbeda? Seperti mengobrol denganku misalnya?"

Kenapa sih perempuan ini sangat terobsesi untuk mengobrol denganku? Padahal sudah berulangkali aku tidak memberikan respon yang baik.

Apa sih yang sebenarnya dia cari? Kenapa dia tidak membenciku saja seperti aku membencinya? Kenapa dia tidak mencoba untuk menjauhiku seperti aku menjauhinya?
Kenapa sih Ayah harus menikahi perempuan yang seperti itu? Kenapa sih tiap malam perempuan itu selalu berkeliaran? Apa dia tidak ada niatan untuk tidur?

"Aku doain supaya Allah beneran mengambil pita suaramu, agar kamu benar-benar tidak bisa berbicara untuk selama-lamanya."

Selain menganggu dan bersikap menyebalkan, perempuan ini juga suka asal bicara. Huft. Aku benar-benar ingin melenyapkan istri kedua Ayah dari hadapanku, kalau perlu dari rumah ini sekalian.

Kenapa sih Ayah tidak menempatkan istri keduanya di rumah lain? Kenapa harus satu rumah dengan Bunda? Ayah 'kan orang kaya, untuk membeli satu unit rumah mewah 'kan bukan sesuatu yang sulit. Kenapa harus disatukan dengan Bunda?

"Diam berarti kamu mengamini perkataanku."

Aku menghela nafas, ingin rasanya aku mengeluarkan segala macam umpatan untuk mengutuki istri kedua Ayah. Tapi aku tidak bisa, Bunda mengajari aku untuk tidak menyumpah serapahi orang tua.

"Allah tidak akan mengabulkan doa orang jahat sepertimu."

Padahal malam ini hanya ingin aku nikmati dengan menatap langit malam sambil meminum segelas susu jahe hangat di gazebo halaman belakang. Tapi sayangnya, niat baikku digagalkan oleh iblis yang menjelma dalam bentuk manusia.

"Tahu darimana kalau aku orang jahat? Memang kamu tahu kalau aku punya catatan kriminal?"

"Untuk menjadi jahat tidak perlu memiliki catatan kriminal. Dengan kamu menganggu ketenanganku saja sudah termasuk dalam kejahatan. Dengan kamu menyakiti hati Bundaku itu sudah termasuk dalam tindak kejahatan. Sampai sini paham?"

Perempuan di sampingku ini mendengus. "Kenapa sih kamu selalu mengungkit hal itu?"

Keningku mengernyit, "Hal itu apa?"

"Ya itu, tentang aku menyakiti hati Bundamu. Harus berapa kali aku bilang kalau aku juga termasuk korban disini?"

"Aku tidak peduli kamu mau korban disini, disana, ataupun dimana-mana. Yang aku pedulikan adalah hati Bundaku yang kamu sakiti."

"Susah memang bicara dengan anak kecil."

Aku meneguk susu jaheku, menikmati setiap tetes air jahe yang membasahi kerongkonganku. Setelah susu jaheku tandas, aku berdiri. Pergi meninggalkan istri kedua Ayah sendirian di gazebo.

Hah, malamku tidak akan pernah tenang jika istri kedua Ayah masih ada di rumah ini. Mulai saat ini, aku harus menyusun rencana untuk membunuhnya agar perempuan itu tidak menganggu kenyamananku.

Tunggu sampai aku mendapatkan ide untuk membunuhmu, jika aku sudah menemukan cara yang tepat. Aku akan datang padamu, dan menghabismu.

Dasar,

perebut,

laki,

orang!

Aku,

membenci,

mu!

$$$$$

SoulemetryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang