21. Nyinyir

6.5K 726 108
                                    

-E-

Aku paling tidak suka jika harus memiliki hutang budi.

Aku paling tidak suka jika harus membalas budi.

Dan yang paling tidak aku suka adalah: memiliki hutang budi dengan orang yang tidak aku sukai.

Suatu hari, suatu saat, entah kapan, pasti aku harus membalas budi baiknya.

Hell.

Belakangan ini, aku merasa sedang tertimpa sial. Bergabungnya istri baru Ayah ke keluargaku itu adalah kesialan pertama, Bunda diajak ke India itu adalah kesialan kedua, aku tinggal serumah berdua dengan istri baru Ayah adalah kesialan ketiga. Aku sakit disaat Bunda tidak ada disampingku adalah kesialan keempat.

Setelah ini, kesialan apalagi yang akan menimpa daku?!!!

Selama dua hari ini, tidurku tidak nyenyak. Aroma dari obat-obatan dan aroma orang sakit selalu menganggu indra penciumanku. Kenapa sih bau rumah sakit itu selalu khas? Aku sangat tidak menyukainya.

Oh, lebih tidak suka lagi, ketika aku terbangun, pandangan mataku selalu menangkap sosok perempuan berambut keriting yang masih terlelap dengan nyaman di sofa yang ada di dalam ruangan ini.

Ya ampun, aku harus satu ruangan dan berbagi oksigen dengan perempuan itu!

Perempuan itu telah menghabiskan waktunya di rumah sakit ini bersama dengan aku. Dia tidak pergi bekerja, dia tidak pernah kemana-mana--selain untuk membeli makanan. Dan kurasa, dia tidak pernah mandi.

Dia selalu membelikan aku makanan, padahal aku tidak meminta. Dia bilang, makanan di rumah sakit itu tidak enak, aku pasti tidak akan suka. Jadi dia membelikan aku makanan.

Kenapa sih dia harus melakukan hal itu? Kenapa sih dia harus membuat aku memiliki hutang budi? Dia sengaja ingin aku membalas budi baiknya, ya?

Hah, dasar perempuan licik!

Getaran ponsel pada laci nakas yang ada di samping ranjangku, membuatku tersadar dari lamunan. Aku mengecek laci nakas untuk melihat ponsel siapa yang bergetar. Ternyata itu ponselku. Aku tidak ingat kalau ternyata aku membawa ponsel ke rumah sakit. Apakah perempuan itu yang membawakannya untukku?

Aku mengambil ponselku dan mengecek panggilan yang masuk. Oka, kekasihku. Ketika ponsel itu kembali bergetar, tanpa ingin menunggu getaran kedua, aku menjawab panggilan itu. Aku hanya tidak ingin Oka menunggu terlalu lama.

"Hai, Beb. Good morning."

"Hei, kamu dimana? Kenapa kamu tidak menghubungiku kemarin? Apa kamu baik-baik saja? Apa yang terjadi denganmu?"

Nampaknya dua hari di rumah sakit membuat aku lupa memberi kabar pada Oka.

"Hei, hei, hei. Satu-satu dong nanyanya. Aku lagi di rumah sakit nih, kena demam. Maaf ya aku lupa ngasih tahu kamu. I'm fine."

"Rumah sakit? Rumah sakit mana? Aku akan ke sana sekarang."

Terdengar suara kekhawatiran Oka di seberang sana. Yaiyalah khawatir, dua hari tidak aku beri kabar, sekalinya aku beri kabar bilangnya ada di rumah sakit. Aku pasti juga akan khawatir kalau seperti itu.

"Mandi dulu dong, sayang. Jangan langsung ke sini. Nanti aku shareloc, jangan ngebut-ngebut ya bawa motornya!"

"Iya, aku mandi. Kamu mau nitip apa? Nanti aku belikan."

"Em, aku titip pesan aja. Pesannya, kamu jangan ngebut-ngebut, hati-hati bawa motornya. I love you."

"Oke, oke. I'll remember it. Love you too, gorgeous."

SoulemetryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang