-E-
"Kamu kenapa, beb?"
"Oh, hei. Dengar ya Nona Lora, anak perempuan satu-satunya Tuan Rendra dan Nyonya Alya. Jangan kamu berpikir kalau kamu itu adalah korban disini. Saya disini juga korban. Korban kebohongan Tuan Rendra, Ayah kamu. Jangan kamu berpikir kalau saya ini perempuan yang doyan merebut laki orang. Jangan pernah."
Ya jelaslah aku menyebutnya perebut laki orang, jelas-jelas dia mau menikah dengan Ayah! Masa bodoh dia mau jadi istri kedua, ketiga, keempat. Sekalinya menikah dengan laki-laki yang sudah beristri, aku akan tetap menyebutnya perebut laki orang.
"Dengarkan saya baik-baik. Kalau dari awal saya tahu Ayah kamu itu sudah menjadi milik Bundamu, saya tidak akan pernah mau dengan Ayahmu, Nona."
Oh, jadi sebenarnya perempuan itu tidak pernah tahu kalau Ayah sudah punya istri? Ah, masa sih Ayah berbohong tentang statusnya? Apa coba motifnya? Lantas kalau sudah begini siapa yang seharusnya aku percayai sekarang? Ayahku atau perempuan muda itu?
Semalam, perempuan itu--sih--terlihat sangat menyakinkan. Aku masih sangat ingat bagaimana tatapan matanya, bagaimana nada bicaranya. Dia benar-benar menyakinkan. Ah, tatapan matanya benar-benar menusuk! Seharusnya yang boleh memiliki tatapan mata menusuk itu aku, bukan dia.
"Sial!"
"Beb, are you okey?"
Mataku mengerjap, konsentrasiku kembali ke alam yang aku pijak. Laki-laki di sampingku ini mengusap punggungku. Ah, iya, aku lupa sedang bersama dengan Oka.
"Ya."
"Tapi kayaknya kamu sedang banyak pikiran, apa yang kamu pikirkan?"
Aku menggelengkan kepala, lalu memberikan senyuman terbaikku untuk Oka. Aku hanya tidak ingin laki-laki berdarah campuran Maryland-Palopo ini mengkhawatirkan aku. Meski sebenarnya perkataan-perkataan istri kedua Ayah itu terus terngiang di kepalaku.
"Nggak kok, nggak ada yang aku pikirkan. Aku hanya kurang tidur."
"Kamu yakin?"
"Iya, yakin."
"Mau aku antar pulang? Mending kamu pulang aja, nggak usah masuk kelas, titip absen aja. Sebaiknya kamu tidur di rumah, biar badan kamu fit lagi. Ya?"
Aku menghela nafas, sejujurnya, aku tidak mau cepat-cepat kembali ke rumah. Malahan aku ingin tidak kembali ke rumah. Aku tidak mau bertemu sapa dengan istri kedua Ayah. Aku masih tidak terima dengan kenyataan ini.
Kenapa sih Ayah menikah lagi? Kenapa sih perempuan yang dipilih Ayah masih muda? Kenapa sih istri kedua Ayah mau dinikahi sama Ayah? Kenapa sih sebenarnya dengan dunia ini? Kenapa Ayah harus berpoligami?
"Elora?"
Lagi-lagi aku mengerjap ketika tangan Oka kembali menyentuh telapak tanganku.
"Iya?"
"Aku antar pulang ya?"
Terpaksa aku menganggukkan kepala. Rasanya hari ini aku tidak ingin masuk kelas, aku tidak ingin mengikuti kelasnya Pak Tukimin, dosen yang satu itu sangat serius, selain itu juga bikin ngantuk.
Tapi aku tidak ingin cepat-cepat pulang ke rumah. Jadi lebih baik aku kemana?
$$
Setelah berhasil meyakinkan Oka, akhirnya dia menyerah juga. Oka tidak jadi mengantarkan aku pulang, karena aku ingin menonton film dan jalan-jalan di mall. Cuci mata adalah salah satu kegiatan membunuh waktu yang sangat menyenangkan. Memang sejak dari pagi aku tidak berniat untuk ke kampus. Tapi karena aku tidak ingin berlama-lama di rumah, jadi ya aku tetap berangkat.
Tapi nyatanya sampai di kampus, aku tidak langsung masuk kelas. Aku lebih memilih untuk ke kantin, niatku sih untuk memperbaiki mood, tapi ternyata sama saja, kejadian kemarin malam masih terngiang di benakku. Mereka itu seperti radio rusak yang tidak mau berhenti berputar. Rasanya sangat pening.
Meski banyak orang di kantin, tapi aku merasa sendirian. Aku hanya duduk diam tanpa melakukan apapun. Menatap lurus ke depan, yang sebenarnya aku sendiri tidak tahu apa yang sedang aku perhatikan.
Kenyataan Ayahku menikah lagi adalah masalah berat lainnya yang menimpa diriku. Untuk melupakan hal ini sangat sulit, seperti sewaktu aku mendapati berita sangat tidak mengenakan yang terjadi beberapa tahun silam.
Hingga akhirnya laki-laki berkumis tipis yang sudah menjadi kekasihku selama enam bulan itu datang, dan mengusap punggungku. Oka berhasil mengembalikan konsentrasiku, namun tetap saja perkataan perempuan itu lebih mendominasi.
Bisa tidak sih perkataan itu pergi untuk barang sejenak saja dari pikiranku?
"Terima kasih untuk hari ini."
"Kalau ada apa-apa jangan lupa cerita, aku tuh selalu ada buat kamu. Aku selalu mau dengerin celotehan kamu."
"Iya, sayang, iya, aku tahu. Kamu 'kan memang yang terbaik."
Oka pun tersenyum melihatku tersenyum. Aku akui Oka memang laki-laki terbaik yang aku miliki. Dia selalu mengerti perasaanku.
Ketika bibir tebal itu menyentuh bibirku, aku memejamkan mataku. Merasakan kecupan Oka yang selalu bisa menjadi kegemaranku.
"Udah, sana pulang. Hati-hati di jalan."
Terpaksa aku melepaskan pagutan kami, karena aku tidak mau ada orang lain yang melihat adegan mesraku dengan Oka.
"Bye gorgeous. I love you."
"Love you too."
Setelah memberikan kecupan singkat terakhir, Oka beranjak untuk mendekati motor besarnya itu. Setelah memastikan Oka benar-benar safety dengan helm full face dan jaketnya, aku melambaikan tangan melepas kepergiannya. Rasanya setengah jiwaku menghilang bersamaan dengan kepergian Oka.
Untung aku masih punya Oka, laki-laki yang paling waras.
$$
"Ngapain kamu berdiri di situ?"
Begitu aku masuk ke dalam rumah, aku melihat istri kedua Ayah yang sedang berdiri di dekat jendela ruang tamu. Perempuan itu hanya menggeleng seperti salah tingkah begitu menyadari kehadiranku.
"Oh, jadi daritadi kamu ngintipin aku?!"
"Idih! Ya enggaklah, ngapain aku ngintipin situ? Kurang kerjaan!"
"Halah ngaku aja! Aku sumpahin mata kamu bintitan kalau nggak mau ngaku. Mampus kamu."
Perempuan itu hanya memutar bola mata, lalu mengibaskan tangannya dan pergi begitu saja.
Aku sangat yakin, pasti perempuan itu melihat kejadian mesra yang terjadi di depan rumah tadi.
Dasar pengintip!
$$$$$
P.S: -E- for Elora Sudut Pandang, -N- for Nadine sudut pandang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Soulemetry
RomanceNadine tidak pernah berpikir kalau akan menjadi istri kedua. Menikah dengan laki-laki saja tidak pernah terpikirkan olehnya, apalagi memikirkan tentang menjadi istri kedua. Nadine tidak pernah bersungguh-sungguh mencintai suaminya, karena dia menik...