03

2.1K 216 19
                                    

Hanbin POV

"Oppa, bangunlah.", kudengar suara gadis yang sedang berusaha membangunkanku.

Aku membuka mata, dan kulihat gadis yang sama sekali tak kuinginkan kehadirannya sedang duduk dipinggir ranjangku.

"Yak! Siapa yang memperbolehkanmu masuk kedalam kamarku? Pergilah! Aku pusing, jangan buat aku tambah pusing lagi! Keluar sekarang!", teriakku pada gadis itu.

"Oppa, mengapa kau bersikap begitu pada calon istrimu?", tanya gadis itu yang tak lain adalah Yeri, anak dari teman appaku.

Dulu saat appa masih menjadi CEO, perusahaan mengalami kebangkrutan dan appa meminta bantuan dari teman appa yang tak lain adalah appa Yeri.

Appa yeri mau membantu appa, asal appa mau menjodohkan aku dengan Yeri. Dan demi perusahaan, appa akhirnya menyutujuinya. Padahal aku sudah bercerita pada appa bahwa aku sudah mempunyai kekasih, tapi appa tetap saja menjodohkanku dengan Yeri dan malah menyuruhku untuk mengakhiri hubunganku dengan kekasihku itu.

Lalu aku berniat memberitaukan appa yang sebenarnya, tentang aku dan Jennie. Aku berharap appa menghentikan perjodohan ini. Tapi, appa malah menghajarku dan mengancamku.

#flashback on (5 tahun sebelumnya)

"Appa, aku ingin bicara denganmu.", kataku yang sekarang sudah ada diruang kerja appa.

"Bicaralah.", kata appa.

"Aku tak mau dijodohkan, appa. Karena aku ...", kataku terputus oleh ucapan appa.

"Masalah itu lagi? Kali ini, alasan apa lagi? Jika itu tentang kekasihmu, putuskan dia!", perintah appa.

"Dia sebenarnya bukan kekasihku appa.", kataku.

"Bukan? Jadi, kau membohongi appa? Tapi, tak apa Hanbin-a. Itu kabar baik.", kata appa.

"Dia memang bukan kekasihku, appa. Tapi, aku telah menghamilinya saat kami masih kelas 2 SHS.", kataku jujur.

Dapat kulihat ekspresi appa yang sangat terkejut.

"Mwo?", tanya apa lirih.

"Hanbin-a, mengapa kau seperti itu? Mengapa kau ... mengapa kau sebrengsek itu? Menghamili seorang gadis saat masih dibangku sekolah? Kau bohong kan, Hanbin-a?", tanya appa bertubi - tubi sambil mendekatiku.

"Appa, mianhae.", kataku tertunduk.

"Katakan pada appa, jika kau sedang berbohong! Kau mengarang cerita ini agar appa membatalkan perjodohanmu dengan yeri? Iyakan?", tanya appa.

Tapi aku hanya diam saja, tiba - tiba aku jadi mengingat Jennie. Apakah dia benar - benar menggugurkan anak kami atau tidak.

"Yak! Hanbin-a, jawab appa!", teriak appa menyadarkanku.

"Aku ... aku tak berbohong atau mengarang cerita, appa.", kataku.

Seketika itu juga, appa menampar bahkan memukuliku tanpa henti. Sampai - sampai aku tersungkur tak berdaya dilantai.

We Miss You Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang