27

927 121 8
                                        

Jennie POV

Saat aku bilang bahwa aku tinggal dirumah Hanbin, appa mengira bahwa kami tinggal bersama. Emosinya kembali memuncak. Appa mendorongku agar aku tak menghalanginya untuk menghajar Hanbin.

"Aniya, appa. Appa salah paham.", kataku yang sedang berusaha melindungi Hanbin.

Melindungi Hanbin? Aku tak tau mengapa aku melindunginya? Sebenarnya, Hanbin sangat pantas mendapatkan pelajaran dari appa. Tapi, aku merasa tak tega. Aku merasa, bahwa aku tak bisa melihatnya terluka. Apalagi jika itu karenaku.

"Mengapa kau terus bersi keras melindunginya? Menyingkirlah! Appa harus memberinya pelajaran karena berani mempermainkanmu. Jika kalian tak menikah, mengapa kau mau tinggal bersamanya?", tanya appa.

"Appa salah paham.", kataku.

"Salah paham bagaimana?", tanya appa.

"Lebih baik kita bicarakan ini di rumah saja. Aku malu appa terus berteriak disini.", kataku.

Jennie POV End

Author POV

Jennie akhirnya membatalkan niatnya untuk membeli kemeja untuknya dan Jisoo karena dia malu atas apa yang telah appanya lakukan di butik.

Kini mereka berada dirumah Hanbin.

"Ini ahjumma, ahjussi, silahkan diminum.", kata Jisoo sambil meletakkan hot tea dihadapan kedua orang tua Jennie.

"Ne, gomawo.", jawab eomma Jennie.

"Dia adalah sahabatku dari Busan. Namanya Jisoo.", kata Jennie memperkenalkan Jisoo pada kedua orang tuanya.

"Ah, begitu? Dia sangat cantik.", kata eomma Jennie memuji kecantikan Jisoo.

"Gamsahabnida, ahjumma. Kalau begitu silahkan diminum, saya permisi kebelakang.", kata Jisoo yang tak ingin ikut campur masalah keluarga Jennie.

"Setelah eomma dan appa mengusirku, aku tinggal di Busan.", kata Jennie mulai bercerita.

"Mengapa kau tak ke Jeju saja? Kau memiliki saudara disana, jadi kau pasti tak akan susah sendirian.", kata eomma Jennie.

"Aku ingin, tapi disanalah kejadiannya. Aku tak ingin mengingat kejadian buruk itu. Jadi, aku memilih untuk tinggal di Busan.", kata Jennie.

Hanbin yang mendengarnya sangat menyesal telah membuat Jennie sangat menderita.

"Disitulah aku bertemu Jisoo, keluarganya yang membantuku segalanya. Dari tempat tinggal, makan, pakaian bahkan saat aku melahirkanpun keluarga Jisoo lah yang mengurusnya. Aku sangat berterima kasih pada keluarga Jisoo, itu sebabnya aku menganggapnya seperti saudara ... seperti keluargaku sendiri. Itu karena dia dan deluarganya ada disaat aku susah.", kata Jennie yang mulai meneteskan air mata lagi.

"Mianhae, Jen.", kata eomma Jennie yang juga ikut menangis.

Appa Jennie dan hanbin pun juga ikut menangis. Mereka menyesal atas perbuatannya pada Jennie. Sedangkan Ella kini hanya bisa menenangkan Jennie dengan pelukannya.

"Setelah Ella kemungkinan bisa kutinggal bekerja, aku mendaftar ditempat Jisoo bekerja. Dan aku tak menyangka, pemilik restoran itu menerimaku bahkan setelah mendengar ceritaku lewat Jisoo ... pemilik restoran itu mengangkatku sebagai anaknya.", kata Jennie.

"Jen, jeongmal mianhae.", eomma Jennie benar - benar merasa berdosa telah mengusir anaknya dimasa lalu.

"Eo, Jen. Maafkan appa juga eo? Appa sangat menyesal.", kata appa Jennie yang tak kalah menyesalnya dari eomma Jennie.

Karena memang appa Jennie terlebih dahululah yang sangat kecewa dan tanpa berpikir panjang mengusir Jennie begiru saja.

"Setelah itu, aku tak tau kapan dan bagaimana Tuhan mempertemukan Ella dengan appanya. Aku senang, tapi aku juga takut.", kata Jennie.

"Apa yang eomma takutkan?", tanya Ella.

"Eomma takut, appa akan membawamu pergi dari eomma. Kau adalah anak eomma, Ella-ya. Kau harus tau bagaimana eomma memperjuangkanmu disaat halmeoni, harabeoji bahkan appamu sendiri tak menginginkanmu saat itu.", kata Jennie dengan tangisnya yang semakin menjadi - jadi.

"Mianhae.", satu kata dari bibir Hanbin terucap.

Sedari tadi, Hanbin hanya diam. Dia sangat takut pada appa Jennie saat ini. Dan dia juga sangat menyesal pada Jennie.
Jadi, da memilih diam.

"Jujur, aku tak butuh permintaan maaf kalian. Sakit hatiku tak bisa diobati oleh permintaan maaf kalian.", kata Jennie.

"Aku hanya butuh bagaimana kalian menerima Ella dengan baik sekarang. Aku tak ingin kalian membencinya. Aku tau, dia ada karena suatu kesalahan. Tapi, dia tak tau apa - apa. Dia tak bersalah.", lanjut Jennie.

"Ne, eomma dan appa akan menerima ella. Karena bagaimanapun, dia adalah cucu kami.", kata eomma Jennie.

"Eo, eomma benar. Pintu rumah kami juga akan terbuka lebar untuk kalian berdua. Datanglah kapanpun kalian mau. Appa akan sangat senang.", kata appa Jennie.

"Berdua?",tanya jennie memastikan.

"Eo, berdua. Kau dan ella.", kata appa Jennie.

"Dia juga.", kata Jennie sambil melirik kearah Hanbin.

"Mwo?", appa Jennie terlihat bingung.

"Appa juga harus menerima Hanbin. Dia adalah appa kandung Ella. Aku tak ingin appa dan eomma membencinya. Maafkan kesalahannya dimasa lalu, itu semua 100% bukan kesalahannya. Dia tak sengaja. Dia melakukannya bukan karena dia ingin. Dia dalam pengaruh alkohol saat itu.", kata Jennie sambil menatap kedua orang tuanya, dia sangat berharap orang tuanya bisa mengerti dan memaafkan Hanbin.

Author POV
.
.
Tbc.

Gimana part 27nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.

We Miss You Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang